Sebuah pertanyaan yang akhir-akhir ini menyeruak di media sosial di warganet Jawa Barat dan khususnya masyarakat di Bandung Barat terkait adanya potensi gempa sesar Lembang. Tentunya Kita mengharapkan gempa ini tidak terjadi namun berdasarkan sejarah dan beberapa kejadian gempa yang terjadi akhir-akhir ini di pusat sesar Lembang tidak tertutup kemungkinan sejarah akan berulang dan tentunnya dari awal Kita yang berada dan hidup dan tumbuh disekitaran pusat gempa harus sejak dini mempersiapkan diri dalam menghadapi  berbagai kemungkinan yang terjadi. Saya mencoba menulis kira-kira apa yang perlu Kita persiapkan sebelum kejadian gempa itu terjadi sebagai mitigasi dalam menghadapi bencana gempa bumi sesar Lembang ini.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kerawanan gempa bumi tertinggi di dunia. Hal ini tidak lepas dari letak geografis yang berada di jalur cincin api Pasifik. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi dengan jumlah penduduk yang padat, juga memiliki ancaman gempa yang cukup serius. Salah satu sumber ancaman tersebut adalah Sesar Lembang, patahan aktif yang membentang sepanjang kurang lebih 29 kilometer dari Padalarang hingga ke arah timur kawasan Lembang.
Keberadaan Sesar Lembang bukanlah hal baru. Para ahli geologi telah lama meneliti aktivitasnya dan menyimpulkan bahwa sesar ini masih aktif dan berpotensi menimbulkan gempa dengan magnitudo signifikan. Dampaknya bisa meluas tidak hanya di Kabupaten Bandung Barat, tetapi juga ke Kota Bandung dan sekitarnya. Potensi ini menuntut seluruh elemen masyarakat untuk lebih waspada dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk.
Mitigasi bencana bukanlah upaya yang dilakukan setelah gempa terjadi, melainkan harus dimulai jauh hari sebelum bencana itu datang. Persiapan yang baik akan mengurangi risiko korban jiwa maupun kerugian materi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membangun budaya sadar bencana di setiap lini kehidupan, baik di rumah tangga, sekolah, tempat kerja, maupun lingkungan masyarakat.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah edukasi. Masyarakat harus memahami apa itu Sesar Lembang, bagaimana dampaknya, serta apa yang perlu dilakukan ketika gempa mengguncang. Pengetahuan sederhana seperti cara berlindung saat gempa (drop, cover, hold on) dan jalur evakuasi bisa menjadi penentu keselamatan. Edukasi ini dapat disebarkan melalui sekolah, kegiatan keagamaan, kelompok masyarakat, hingga media sosial.
Selain edukasi, setiap keluarga perlu menyiapkan tas siaga bencana atau go-bag. Tas ini berisi kebutuhan dasar seperti air minum, makanan siap saji, obat-obatan pribadi, senter, baterai cadangan, hingga dokumen penting. Dengan adanya tas siaga, keluarga dapat segera bertahan hidup minimal selama 72 jam pertama setelah bencana, sebelum bantuan datang.
Kesiapan lingkungan juga sangat penting. Bangunan rumah sebaiknya memenuhi standar tahan gempa. Banyak kerugian besar saat gempa bukan semata karena guncangannya, melainkan karena runtuhnya bangunan yang tidak memenuhi kaidah konstruksi. Pemerintah daerah bersama masyarakat perlu mendorong penerapan aturan tata ruang dan standar bangunan yang memperhitungkan risiko gempa.
Dalam konteks komunitas, masyarakat perlu memiliki jalur evakuasi yang jelas dan titik kumpul aman. Jalur ini harus diketahui oleh seluruh warga, termasuk anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas. Simulasi evakuasi bersama menjadi kunci agar saat bencana benar-benar terjadi, warga sudah terbiasa bergerak dengan cepat dan teratur tanpa menimbulkan kepanikan berlebih.
Pemerintah daerah melalui BPBD dan instansi terkait juga perlu memperkuat sistem peringatan dini. Informasi resmi dari BMKG harus disebarluaskan dengan cepat dan akurat. Dalam era digital, keberadaan grup komunikasi darurat seperti WhatsApp RT/RW atau aplikasi siaga bencana sangat membantu dalam menyampaikan informasi kepada warga.
Tidak kalah penting adalah kesiapan psikologis. Banyak korban selamat gempa justru mengalami trauma mendalam karena tidak siap secara mental menghadapi situasi darurat. Edukasi, latihan, dan simulasi akan membantu masyarakat lebih tenang dan mampu mengambil keputusan rasional ketika gempa terjadi. Sikap tenang adalah separuh dari keselamatan.