Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bajak Laut

20 Juli 2020   00:41 Diperbarui: 20 Juli 2020   00:39 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata saudariku, Uniah Wulandari.

Seseorang yang melihat sesuatu dengan sebelah mata itu seperti bajak laut. Ya, Bajak Laut identik dengan satu mata yang tertutup dan satunya terbuka. Bisa saja saudariku yang hobby nya traveling ini.

Yang baik belum tentu benar, dan salah belum tentu bertentangan dengan kebenaran. Mungkin saja ia hanya belum memahami atau belum memiliki pengetahuan mengenai sesuatu sehingga melakukan kesalahan dalam satu tindakkan. Yang dimana jika dari kesalahan itu ia mengambil pelajaran dan melakukan perbaikan, maka ia mulai masuk ke dalam wilayah kebenaran. Kesalahan yang menghantarkan seseorang pada mengenali Kebenaran.

Segalanya hadir sebagai kesempurnaan di dunia ini, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tercipta sebagai keburukan (ketidak-sempurnaan) atau bahkan sia-sia.

Semuanya hadir dan tercipta sebagai Kesempurnaan. Dimana kesempurnaan secara nilai lebih mengacu kepada Realitas, Kenyataan, Kebenaran. Pisau hadir sebagai Realitas dalam kehidupan dengan kapasitasnya sebagai materi. Hasil karya alam, yang bisa digunakan dalam kehidupan manusia. Ia tercipta penuh guna, dan sedikitpun tiada yang sia-sia. Jangan tuduh pisau sebagai penyebab terjadinya pembunuhan, karena ia hanya hadir sebagai dirinya. Manusialah yang menodai kesempurnaannya, menculasi guna dan manfaatnya. Tak memahami Realitas wujud dan peran kehadirannya di dunia.

Sayuran hijau pun demikian. Ia hanya hadir sebagai kesempurnaan dengan kapasitas realitasnya sebagai sayur-mayur. Ia bisa sangat menyehatkan bagi tubuh manusia jika di konsumsi, karena mengandung berbagai macam gizi dan vitamin yang juga dibutuhkan oleh tubuh. Namun jangan salah, beberapa sayuran mengandung sebuah kandungan yang juga bisa berbahaya dan memberi efek samping kurang baik bagi tubuh. Baik di konsumsi normal maupun di konsumsi secara berlebih, atau dalam suatu kondisi tubuh tertentu (mengidap penyakit tertentu).

Misalnya sawi, mengandung Oksalat yang mengganggu penyerapan Kalsium dalam tubuh dan berbahaya bagi mereka yang bermasalah dengan ginjal. Lalu wortel, yang baik untuk mata karena mengandung vit. A, namun dapat menyebabkan Karotenemia atau kondisi menghitamnya kulit di beberapa bagian tubuh, daging wortel juga mengandung jarum-jarum yang mampu melukai usus.

Rebung mengandung kadar sianida yang tinggi dan racun HCN. Kol mengandung zat goiterogen, yang menyebabkan perut kembung. Seledri mengandung senyawa beracun yaitu psoralen. Dampak negatif dari senyawa psoralen pada seledri adalah kulit menjadi sensitif jika terkena sinar matahari, mengonsumsinya dalam jumlah banyak bisa mengurangi produksi air susu, dan bagi ibu hamil bisa menyebabkan kontraksi uterus dan menyebabkan keguguran.

Jika kita memandang semuanya dengan sebelah mata, maka kita tidak akan melihat sisi lain dari sesuatu itu. Seseorang membenci sesuatu itu dikarenakan ketidak-tahuannya, atau kondisi kurangnya ilmu dan pengetahuan yang ia miliki tentang sesuatu itu. Maka janganlah sampai kita membenci sesuatu, karena belum tentu yang dalam pandangan dan pendapat kita baik, akan sama bagi orang lain. Ataupun sebaliknya.

Semuanya hadir sebagai kesempurnaan, manusialah yang mensifatinya. Jangan hukumi sesuatu sebelah mata, karena kamu bukan bajak laut. Buka mata, kenali segala sesuatu lebih dalam. Agar kamu tidak salah dalam menyikapi kehadirannya sebagai kesempurnaan.

Cintai segala sesuatu sewajarnya, dan benci segala sesuatu sekadarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun