Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Demokrasi vs Aristokrasi

6 Maret 2020   01:29 Diperbarui: 6 Maret 2020   01:43 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Penuh dengan hiruk-pikuk, huru-hara dan belakangan agak sedikit ricuh. Antara bani Kampret dan bani cebong yang berkepanjangan.

Gaya saya udah kaya pengamat kelas kakap ya?? Wkwkwk..

Ini merupakan pandangan klasik pra perang dunia pertama, pandangan Modernnya sering disebut dengan Republik yang condong ke gaya demokrasi dan Monarki yang condong ke gaya aristokrasi.

Masalahnya sebenarnya bukan pada sistem-sistem itu sih. Masalahnya ada pada individunya, ada pada kita sebagai pelaku dari aktivitas itu semua. Sudah menjadi tabiat dari akal manusia untuk mengkategorisasi hal-hal yang berbeda dalam kehidupan dan menamainya dengan nama yang berbeda sehingga nampak berseberangan dan saling berlawanan. 

Padahal jika dilihat dari tujuan awal dari keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mengatur (mengorganisir) kehidupan masyarakat di suatu daerah untuk mencapai cita-cita bersama. 

Atau dalam bahasa yang lebih padat bisa dikatakan sebagai aktivitas manusia mengelola manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia. Juga biasa disebut sebagai Politik.

Kembali ke obrolan. Bahwasanya seperti itulah tabiat akal manusia (mengkategorisasi). Yang mendorong manusia memandang kedua kategori ini menjadi dua kubu yang berseberangan dan berlawanan adalah sisi kejiwaan atau sisi emosional dalam diri manusia.

Menariknya, kita punya Ideologi yang sangat excellent. Dan para pendiri bangsa ini lagi-lagi sangat teliti dan tepat menggunakan istilah dalam menyebut hal-hal yang berkaitan dengan urusan kepemimpinan dan pemerintahan. Pada sila ke-4, disebutkan "Kerakyatan yang di pimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan, dalam permusyawaratan/perwakilan."

Asas ini mengandung dua sisi, satu sisi mendorong masyarakat untuk menjadi bangsa yang mencapai Hikmat Kebijaksanaan. Yaitu bangsa yang berpengetahuan, cerdas dan bijaksana. Juga mengacu kepada permusyawaratan yang diwakilkan oleh seorang dari masyarakat yang paling atau diketahui serta dikenal sebagai seorang yang mencapai Hikmat Kebijaksanaan tertinggi di antara masyarakat. 

Sila ke-4 dalam Pancasila disusun berdasarkan pelajaran yang mendalam mengenai kelebihan serta kekurangan yang ada di dalam dua sistem pemerintahan yang ada. Dikombinasikan dengan sangat cermat dan ketat, sehingga melahirkan suatu peradaban besar, suatu Bangsa yang hidup dalam Hikmat Kebijaksanaan tertinggi umat manusia.

Secara simple bisa dikatakan bahwa gerakan Pancasila atau sistem Pancasila adalah sinergi suara antara suara rakyat yang berpengetahuan, cerdas dan bijaksana (sehingga tidak mudah dibodohi) dengan suara para tokoh yang merupakan wakil dari rakyat tadi dan merupakan tokoh yang juga dikenal sebagai tokoh yang berpengetahuan, cerdas dan bijaksana (sehingga tidak mudah di beli oleh "elite" dan tetap mengedepankan kemaslahatan bersama/tidak egois).

Panjang Umur Pengetahuan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun