Kegiatan terbimbing pada materi coaching bersama Fasilitator Ibu Anastasia Moertodjo melalui LMS, juga ada lokakarya bersama teman-teman juga pendamping, serta pendampingan individu bersama pengajar praktik Bapak Miftah Churrohman pada materi coaching merupakan proses belajar di pendidikan guru penggerak mengenai guru berpihak pada murid.Â
Calon guru penggerak mengaplikasikan tahapan coaching pada rekan sejawat, Â mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan strategi perbaikan diri dalam pengajaran yang berpihak pada murid.Â
Calon guru penggerak dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dalam melakukan coaching, Penerapan strategi coaching di sekolah, dan umpan balik murid dan rekan sejawat.
Keterampilan coaching membekali CGP menjaadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaaan reflektif untuk memprediksi hasil dan melihat berbagai opsi untuk menentukan solusi sehingga daapaat mengambil keputusaan dengan baik.Â
Di dalam proses pengambilaan keputusaan yang efektif dan bertanggung jawab juga diperlukan kompetensi kesadaran diri, kesadaraan sosial, dan keterampilan berhubungan sosial. Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan kesadaran penuh.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi bingung atau dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta  adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar.Â
Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggappenting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.
Etika lebih dipandang sebagai seni hidup yang mengarah kepada kebahagian dan memuncak pada kebijaksanaan. Sedangkan "moral" mengacu pada baik-buruknya manusia terkait dengan tindakannya, sikapnya dan cara mengungkapkannya.Â
Jadi dalam proses pendidikan seorang pendidik terutama pendidik  tidak hanya menstransfer ilmu pengetahuan saja namun disertai dengan memoles karakter yang dimiliki anak didik dengan etika dan moral, sehingga menjadi penerus bangsa yang berkepribadian.Â
Etika dan moral yang saat itu udah mulai punah oleh pengaruh teknologi, seorang pendidik harus mampu memanfaatkan tehnologi untuk menerapkan etika dan moral dalam proses pendidikan. Pembentukan karakter dengan etika dan moral mempunyai peran yang luar biasa, jika seorang pendidik mampu mengaplikasikan etika dan moral tersebut pada proses pendidikan yang baku tapi luwes, sehingga anak didik tidak pernah merasa terbebani dengan aturan-aturan yang selama ini banyak anak yang menganggap aturan-aturan (etika dan moral) tersebut hanya untuk orang-orang tua atau tidak gaul.Â
Dilema etika memang sebuah masalah yang sangat sulit untuk dipecahkan, karena membingungkan dimana kedua pilihan kadang saling mengandung nilai kebenaran tergantung dari nilai-nilai yang dianut oleh pendidik. Sebagai pendidik harus bisa membuat keputusan yang tepat untuk dilaksaanakan, sehingga kita perlu menanamkan nilai-nilai positif dalam diri kita agar keputusan yang kita ambil itu benar-benar tepat tidak merugikan, mempersulit, dan membuat orang lain merasa tidak keberatan.