Lalu, bencana itu datang. Setelah restart, Bagnaia mengganti ban belakang dengan ban baru, dan sejak saat itu, performanya menurun drastis. "Setelah itu, semua berjalan tidak bagus," keluhnya.Â
"Sekarang, kami harus mencari tahu penyebabnya. Yang jelas, setelah balapan di-start ulang, saat berakselerasi, saya tidak bisa maju ke depan. Saya banyak berputar, daya cengkeram ban begitu kecil, dan semua orang menyalip saya."
Kisah Bagnaia ini menyoroti sensitivitas tinggi motor MotoGP terhadap perubahan sekecil apa pun, seperti pergantian ban. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya faktor keberuntungan dalam balapan.Â
Ia mungkin telah melakukan segalanya dengan benar di start pertama, namun sebuah insiden di luar kendalinya membalikkan keadaan. Permasalahan daya cengkeram ban setelah restart menjadi misteri yang harus segera dipecahkan oleh tim, karena ini bisa menjadi kunci bagi performa mereka di balapan berikutnya.
Mentalitas Juara: Antara Adaptasi dan Penerimaan Batasan
Meski Bagnaia kecewa, ia menegaskan bahwa secara mental, kejadian ini tak berdampak padanya. "Saya selalu memastikan bahwa saya sudah mengerahkan 100 persen kemampuan saya di lintasan," katanya.Â
"Di posisi manapun saya finis, itu artinya saya sudah mengerahkan segalanya dan tak bisa lebih baik lagi. Saya selalu berusaha memberikan yang lebih besar lagi, tetapi selalu ada yang dinamakan batasan."
Pernyataan ini menunjukkan mentalitas seorang juara yang tahu kapan harus menerima dan beradaptasi dengan kondisi yang ada. Bagnaia memahami potensinya, tetapi ia juga realistis tentang batasan yang kadang muncul, entah itu dari motor, ban, atau situasi balapan.Â
Sementara Marquez menunjukkan kemampuan untuk menutupi masalah, Bagnaia menunjukkan kedewasaan untuk menerima ketika masalah itu tak bisa dihindari, dan kemudian fokus pada solusi.
Balapan di Silverstone ini menjadi pengingat bahwa MotoGP bukan hanya tentang kecepatan murni. Ini juga tentang strategi, adaptasi, keberuntungan, dan terutama, kekuatan mental.Â
Marquez telah membuktikan bahwa ia adalah seorang maestro dalam mengatasi rintangan, sementara Bagnaia sedang dalam proses belajar untuk menghadapi ketidakpastian.