Mohon tunggu...
Muhamad Baqir Al Ridhawi
Muhamad Baqir Al Ridhawi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lagi belajar nulis setiap hari.

Blogku sepi sekali, kayaknya cuma jadi arsip untuk dibaca sendiri. Hohohoho. www.pesanglongan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang Ngeyel, yang Manut, Siapa Itu?

3 Maret 2021   21:42 Diperbarui: 3 Maret 2021   22:05 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penceramah itu bilang, kalau orang yang bodoh tapi tahu kalau dirinya bodoh, itu lebih enak kalau dikasih tahu. Soalnya dia sadar. Tapi kalau orang yang bodoh dan tidak tahu kalau dirinya bodoh, itu susah sekali kalau dikasih tahu. Bahkan, meski sudah berulang-ulang dikasih tahunya. Atau kalau dalam Bahasa Prancis itu namanya ngeyelan. Yang terakhir itu tambahanku sendiri.

Sesungguhnya yang diucapkannya itu telah diucapkan oleh orang-orang bijaksana terdahulu. Adalah Imam Ghazali, beliau dulu menggolongkan manusia menjadi 4. Dan golong yang ke-4 yaitu yang dimaksud oleh penceramah itu, rojulun laa yadri wa la yadri annahu laa yadri. Seseorang yang tidak tahu dan dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu. 

Ya, beliau menggunakan kata tidak tahu, bukan bodoh. Meski kataku sih sama saja maksudnya untuk konteks ini. Tapi memang begitulah teks agama biasanya (dalam arti Qur'an, hadits, kitab kuning, atau kitab-kitab karangan ulama/fiqih), berusaha memilih kata sehalus mungkin. Dalam kita kuning berpegon Jawa pun kayak gitu juga, maka ada yang namanya ngalap seneng ing antarane wudel lan dengkul. Artinya? Ah, jangan pura-pura gak pinterlah. Kamu tahu kan?

Eits, kok melebar. Oke, kembali ke pembahasan manusia ngeyel tapi/dan bodoh.

Dan ternyata orang-orang Barat, tepatnya Amerika Serikat, tepatnya New York, tepatnya David Dunning dan Justin Kruger pernah melakukan penelitian perihal ini pada tahun 1999. Dan penelitian ini terinspirasi oleh peristiwa ajaib dari seorang perampok. Namanya McArthur Wheeler.

Dia ditangkap pada tahun 1995 tak setelah merampok dua bank di siang hari tanpa mengenakan masker atau jenis penyamaran lainnya.

Ketika polisi menunjukkan padanya rekaman kamera keamanan, dia memprotes, "tapi saya mengenakan jus (lemon)." (bbc.com)

Usut punya usut, si penjahat Malang Amerika Serikat ini percaya bahwa jika dia menggosokkan wajahnya dengan cairan jus lemon, maka wajahnya tidak terlihat oleh kamera keamanan.

Kalau disuruh menjawab setuju atau tidak dengan kata-kata si penceramah, maka aku setuju. Tetapi aslinya itu bisa ada salahnya juga saat dia bilang begitu. Karena di sana ada kesan dan harapan (mungkin besar) bahwa dia ingin si ngeyel berubah, dan manut dengan kata-katanya. 

Bukankah itu hampir tidak beda dengan si ngeyel? Dan jika ditelusuri lagi, memangnya si penceramah itu siapa? Orang yang bisa mengubah orang, begitu? Apa iya? Semisal dia sudah berpengalaman, sudah berhasil mengubah 100 orang, bukan berarti dia pasti akan berhasil mengubah orang ke-101. Karena sesungguhnya Yang Maha Mengubah-lah atau Allah-lah yang dapat mengubah orang. Bukan dia. Si penceramah itu hanya perantara.

Si Penceramah atau pun kita hanya bisa memberikan pendapat, atau mungkin narasi perspektif kita kepada orang lain. Dan orang lain pun belum tentu bisa paham, juga belum tentu mau paham, lalu menerima dan manut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun