Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Work From Home: Konsep Pendidikan Pemuda Era Digital

28 Oktober 2021   06:26 Diperbarui: 28 Oktober 2021   06:29 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: lancangkuning.com; Integrasi Pendidikan Era Digital

Beberapa waktu lalu kami pergi berkunjung ke sebuah outlet di Computer Plaza, Malang. Tempat teknisi yang biasa saya kunjungi. Ternyata orangnya, Mas Edi saya memanggilnya, sudah dua bulan ini pindah beberapa langkah dari outlet biasanya. 

Nama outletnya tetap sama. Saya berfikir, ini salah satu bentuk pengembangan fisik bisnisnya. 

Outlet ini merupakan langganan saya. Butuh sekitar dua jam untuk upgrade aplikasi yang ada pada laptop, yang sebenarnya milik seorang teman yang sedang saya antar.   

Sambil menunggu diperbaikinya laptop, saya bertanya kepada teknisinya, bagaimana kelangsungan bisnis selama Covid-19. Dijawabnya bahwa Corona tidak berdampak negative terhadap bisnis yang dia tekuni. Justru naik omsetnya hingga sekitar 150%. Dilanjutkan bahwa bisnis yang tidak terganggu selama masa pandemic ini di antaranya makanan, teknologi informasi dan kesehatan.

Bisnis teknologi informasi ini melonjak demand and supply nya, karena adanya perubahan system pendidikan. 

Dari offline menjadi online dalam jumlah yang massive. Bayangkan, kepemilikan HP Android misalnya, sepertinya wajib bagi setiap anak sekolah serta mahasiswa. Laptop juga demikian. Belum lagi hitungan aplikasi, service jika ada gangguan, serta kebutuhan perangkat lainnya. 

Kebutuhan IT yang terkait pendidikan ini masih harus diperkaya lagi dengan Games dan jenis hiburan yang digandrungi anak-anak muda di era digital. Bisa dimengerti manakala pebisnis dan teknisi IT kemudian dibuat kewalahan karenanya.

Salah seorang teman saya, Fahmi namanya, saat ini memiliki outlet jualan pulsa di empat tempat di Aceh. Dari satu, kemudian mencuat jadi empat dalam kurun waktu 7 tahun. Luar biasa. Dia geluti bisnisnya sejak kuliah. Sewaktu pertama kali saya datang ke Jawa, saya melihat penduduk di Jawa ini padat banget, namun yang jualan pula pula tidak 'seramai' yang ada di Banda Aceh. 

Di sana pedagang pulsa ini bisa berbaris di beberapa sentra, kayak pedagang kaki lima. Hal yang sama tidak saya temui di Malang saat saya tinggal di sana selama dua tahun. Mungkin sistemnya saya berbeda. 

Di Malang orang bisa pesan pulsa cukup lewat WhatsApp atau SMS. Sedangkan di Aceh, secara fisik orang menggelar outlet di tempat terbuka kayak oran jualan sayur. Itulah yang membuat orang-orang yang bisnisnya jualan pulsa ramai di Tanah Rencong.

Entah sampai kapan bisnis seperti ini akan berlangsung. Yang jelas, sepanjang belum ada pengganti system telekomunikasi (internet dan telepon) dengan menggunakan pulsa ini, bisnis seperti ini akan tetap bertengger di papan atas.   

 

Dua contoh aktivitas di atas yang dilakukan oleh Mas Edi di Malang dan Fahmi di Aceh merupakan sebuah realita saat ini yang menjadi trend era digital. Dengan segala rencana dan idenya dalam menyikapi kebutuhan masyarakat akan pentingnya peran teknologi informasi, manusia secara proaktif mencari cara-cara baru dalam berbisnis. Peluang kerja jadi makin luas tanpa harus ke luar rumah. 

Bukan hanya untuk kebutuhan pembelian pulsa atau aplikasi. Saat ini makanan pun bisa dipesan cukup dengan menggunakan aplikasi, tanpa repot-repot harus ganti pakaian, ke luar rumah dan beli bensin mencari restaurant. Demikian pula jika sakit. Dengan menggunakan aplikasi Hallodo* misalnya, kita bisa berkonsultasi dengan ahli kesehatan.

Dari sisi pendidikan, fenomena selama pandemik ini bisa dijadikan pelajaran yang sangat berharga. Tentunya perubahan kebutuhan peserta didik berubah mengingat tuntutan zaman yang berbeda karena adanya wabah ini. Ternyata, wabah yang mematikan juga memberikan hikmah yang besar bagi hidup dan kehidupan masyarakat. Pemuda adalah salah satunya.

Pemuda sebagai generasi penerus pembangunan bangsa mestinya mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah terkait kebutuhan mendidikan di era digital yang senantiasa membutuhkan renovasi dan inovasi. 

Pemuda membutuhkan system pendidikan baru yang relevan dengan eranya. Kurikulum sebagai perangkat terpenting dalam pencapaian tujuan pendidikan, diharapkan selalu update, guna menjawab kebutuhan akan kekinian.

Dari dua contoh kasus di atas kita bisa secara gamblang melihat betapa peran Work From Home (WFH) atau Bekerja dari Rumah misalnya, bisa dijadikan salah satu tambahan materi belajar atau kuliah yang sangat menjanjikan masa depan pemuda. Mata kuliah ini di tingkat universitas bisa diintegrasikan dalam semua jenis jurusan, bukan hanya IT saja. 

Saya yang berlatar belakang Keperawatan juga bisa memetik menfaat dengan adanya materi ini. Keperawatan juga butuh semacam aplikasi Keperawatan Online, konsultasi keperawatan online, pelatihan keperawatan online hingga penjualan alat-alat keperawatan online. Mungkin masyarakat luas belum tahu, namun sebagai professional keperawatan tahu, bahwa kebutuhan masyarakat terhadap profesi yang satu ini makin berkembang.

Oleh sebab itu, sudah saatnya pemegang  kebijakan pendidikan, para pendidik atau dosen serta pemilik lembaga pendidikan memikirkan penambahan materi yang terkait WFH ini. Bisa berhubungan langsung dengan perangkat, konten materinya serta teknik pembelajaran (proses belajar mengajarnya).

Pemuda akan sangat diuntungkan dengan lahirnya era digital ini. Dengan konsep WFH pemuda-pemuda tidak perlu menghabiskan waktu di luar rumah, apalagi melakukan kegiatan yang kurang atau tidak bermanfaat. 

Sebagai gantinya, pemuda bisa sibuk di dalam rumah mendalami ilmu baru yang memberikan masa depan yang cerah bagi masa depan kehidupannya nanti.

Konsep pendidikan ini perlu digeluti lebih dalam dan bisa diuji dalam bentuk penelitian, sehingga hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara akademik. Hasil penelitian yang dikemas dalam bentuk jurnal atau buku ilmiah ini bisa dikembangkan dan disosialisasikan ke pemuda dan masyarakat supaya bisa dimengerti dan diterima secara luas. 

Outputnya bukan hanya mata kuliah baru yang berjudul WFH, namun bisa saja berupa jurusan atau departemen baru. Sebut saja Work From Home Department di bawah naungan Fakultas Entrepreneur.

Pemuda-pemuda Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan hal-hal yang terkait teknologi informasi di era digital ini agar tidak terkesan memiliki gadget bagus dan mahal, namun manfaatnya hanya sebatas untuk main-main serta hiburan yang tidak memberikan manfaat yang esensial bagi masa depannya.

Mas Edi dan Fahmi telah memberikan contoh bagus dan membangun. Tinggal bagaimana ini nanti dikemas lebih elegan dalam sampul pendidikan tingkat tinggi. Manakala terwujud, bukan tidak mungkin hasilnya bisa dinikmati, menjanjikan hal baru yang kekinian, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat. Semoga.....

Malang, 28 October 2021

Ridha Afzal   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun