Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDIP, Megawati atau Puan, Tinggal Nunggu Giliran

7 September 2020   12:49 Diperbarui: 7 September 2020   12:51 43817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Repelita.com 

Ibaratnya, senior tidak ada harganya, guru kehilangan wibawa, ulama tidak lagi dihormati. Sebuah kondisi yang tidak terjad pada zaman Orba. Betapapun waktu itu Soeharto menerapkan sistem 'Tangan Besi dan sepatu Lars', tetapi sopan santun, etika dan hormat kepada senior, guru dan ulama, sangat dijunjung tinggi.

Jadi, ada sesuatu yang 'hilang' begitu Era Orba ini tumbang. Ada orang-orang yang rindu juga karenanya. Ternyata, Soeharto tidak sepenuhnya salah. Boleh jadi, rakyat kita saja yang belum siap menyambut apa yang disebut kebebasan di era Reformasi dan sesudahnya.

PDIP 'Bertaring'

Tanda-tanda PDIP mulai berkuasa muncul ketika terjadi perpecahan pada partai-partai Islam yang 'haus' akan kekuasaan. Partai-partai berwarna Hijau atau yang berlambang Ka'ba, Bulan Bintang dan sejenisnya, mulai berpencar mencari penggemar sendiri-sendiri.

Visi misinya ada yang murni menyurakan agama, ada yang mengedepankan gabungan agama nasionalis. Inilah yang menyebabkan perpecahan aspirasi umat Islam dalam partai. 

Jadi, bukan karena PDIP yang besar, tetapi partai-partai Islam yang mengecilkan diri, memecah diri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil. Akhirnya terkesan PDIP 'mendominasi'. Padahal sebenarnya tidak.

PDIP tetap butuh dukungan umat Islam karena belum memenuhi syarat minimal maju ke kursi RI 1. Tidak ada cara lain bagi PDIP kecuali mendapat bantuan dari partai-partai Islam yang terpecah-belah tadi. Dari sinilah awal mengapa kemudian PDIP menjadi 'bertaring'.

Pada awalnya, PDIP masih sangat hati-hati dalam menarik minat massa agar bisa masuk dalam lingkaran partainya. Ini terjadi baik pada saat Megawati berkuasa maupun pada masa SBY.

Megawati bisa merobohkan Gus Dur karena bantuan Amien Rais. Megawati masih merasa 'berhutang budi' pada Amien sebagai kolega yang menumbangkan Soeharto. Oleh sebab itu, Mega belum bisa 'seenaknya' meskipun sudah menjabat sebagai Presiden. Ada kesan 'berhutang budi' pada Amien. Rasanya kurang elok jika Mega menunjukkan jati diri siapa sebenarnya Mega saat berkuasa.

Arogansi PDIP

Mega mulai berani frontal pada masa SBY.  Terlebih, mendapat dukungan dari Prabowo. Sosok kuat berbaju militer yang pernah diselamatkan Mega pada saat pengasingan di Yordan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun