Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Di Jepang Jaksa Mengundurkan Diri, Bukan Nobar Kebakaran

24 Agustus 2020   06:26 Diperbarui: 24 Agustus 2020   06:59 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaksa Hiromu Kurokawa mundur. Source: Aljazeera.com

Orang tidak sekolah juga bisa menduga. Kebakaran sebesar itu di ibu kota, di kantor besar selevel Kejaksaan Agung, pasti bukan karena rembetan sampah yang terbakar atau karena arus pendek. 

Meski tidak boleh menuduh, kejadian seperti ini jadi pembelajaran yang sangat berharga bagi petugas keamanan kita. Juga pada masyarakat, untuk segera melapor apabila dijumpai hal-hal yang mencurigakan. Itu pertanda ada kerjasama antara masyarakat dan aparat.

Kejadian kemarin sungguh memalukan. Kita yang suka mengklaim mengedepankan gotong royong dan bahu membahu dalam banyak hal, ternyata mengetahui kebakara segede itu butuh waktu lama. Proses pemadaman lambat dan bisa jadi sehari.

Alasan keterlambatan juga kayak film-film murah. Karena macet jalanan di Jakarta, atau lambat pemberitahuan. Dikira kebakaran sekelas dapur rumah tangga.

Kita bukan negara kaya. Tetapi kayaknya tidak sulit banget kalau menyediakan dana untuk beli Helikopter guna tujuan pemadam kebakara seperti ini, agar cepat penanganannya. Seperti pemadaman kebakaran hutan di Kalimantan atau Sumatera.
Ironinya, ini tidak terjadi di Ibukota yang dekat dengan Istana Presiden, Kantor-kantor Kedutaan Besar serta lembaga negara lainnya.

Siapa Pelakunya?

Kecelakaan biasa itu tidak seperti kebakaran di Kantor Kejagung. Kantor segede itu, masak tidak kelihatan kebakarannya dalam jangka waktu lama dan penanganannya juga sangat lambat?
Petugas keamanan yang jaga ke mana saja? Lagi pula, masak tidak punya alarm pertanda kebakaran bagi gedung yang dihuni oleh para intelejen papan atas? Siapa pelakunya dan apapun penyebab nya, harus segera ditemukan.

Bukankah salah satu ruang yang terbakar adalah tempat pembinaan para intelejen negara? Kalau sampai kecolongan, berarti belum ada keharmonisan antara teori pembinaan dengan praktik lapangan. Dari kacamata negara, ini sungguh memalukan.

Apa Tidak Ada Petugas Piket?

Sarana dan prasarana untuk kepentingan keamanan, seharusnya menjadi prioritas utama bagi gedung sekelas Kantor Kejagung. Mestinya, Policy and Procedure nya jalan tanpa perlu ada komando. Alat perekam, CCTV seharusnya ada dii setiap sudut. Dan ada juga yang memonitor 24 jam. Ini bukan di pedalaman. Ini terjadi di tengah-tengah keramaian Ibukota sekelas Jakarta.

Di samping itu, alarm yang harganya tidak seberapa untuk ukuran gedung bergengsi milik pemerintah pusat, sudah menjadi kelayakan. Orang luar negeri, khususnya para Duta Besar yang tinggal di Jakarta, bisa geleng-geleng kepala dibuat oleh perlakuan aparat kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun