Nah, selama 3 bulan terakhir, kalau yang diekspose oleh media massa tugas Pak Wapres sebagaimana yang kita lihat di Kompas, sangat jauh dari harapan rakyat.
Bukan su'udzon sih. Tapi apa benar Pak Wapres tidak melakukan kegiatan apa-apa? Gak mungkin lah!
Bisa saja Pers salah liput. Atau ada 'kesengajaan' diperlakukan 'diskriminatif', sehingga kegiatan beliau yang 'positif' tidak dimuat alias tidak tampak di mata masyarakat.
Jika ini benar, Pak Wapres kalah sama Manteri dan Gubernur popularitasnya.
Kalau Berhalangan, Siapa yang Gantikan?
Ada satu rumor yang saya baca di sebuah harian online. Dengar-dengar, beliau akan digantikan. Namanya saja rumor, banyak melesetnya. Kalaupun benar, lantas siapa yang bakal menggantikan? Pak Luhut, Pak Prabowo atau puterinya ibu Mega?
Anda milih siapa?
Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu seperti ini, pertumbuhan ekonomi kita sampai minus 5.32% pada kwartal dua, pasti Pak Jokowi butuh pendamping yang tepat. Pak Presiden pasti mikir-mikir jika harus memilih pengganti Pak Haji. Kandidatnya bukan hanya yang tahu soal ekonomi, tetapi lebih dari itu.
Pak Luhut misalnya, seorang jenderal yang dikenal sangat dekat dengan Pak Jokowi ini selalu ada dalam lingkaran kemaritiman dan investasi. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ini banyak menuai kontroversial dan kritikan terutama soal rencana pemindahan ibukota. Ia dianggap piawai dalam hal komunikasi. Sebaliknya, kalau pilih Prabowo, bukannya mulus tanpa tantangan. Â
Kelebihan Pak Luhut sangat diakui oleh Pak Jokowi. Tetapi bukan serta merta dipilih langsung tanpa hambatan jika harus menggantikan Pak Haji. Pak Jokowi pasti akan membanding-bandingkan dengan Prabowo.
Tentang Prabowo, saya tidak perlu jabarkan apa kelebihannya, karena orang-orang sudah banyak yang sudah tahu. Kecuali yang tidak suka pada Prabowo.