Asistant Rumah Tangga (PRT) kita biasanya mengeluh karena ini. PRT kita semula mikir merawat keluarga itu gampang. Ketika tiba di sana, PRT kaget. Dalam satu rumah, bisa jadi ada 3-4 kepala keluarga. Nah!
Itu sebabnya hingga kini tidak dikenal Panti Jompo, walaupun mereka mulai membutuhkan Caregiver, namun tidak tinggal di rumah. Ini guna menghindari double job, agar jangan sampai perawat juga mengerjakan pekerjaan ART.
Negara-negara seperti UAE, Saudi, Kuwait, Qatar, saat ini sudah mulai mengenal trend ini. Sistemnya shift duty. Caregiver tinggal di apartemen yang disediakan oleh perusahaan.
Bagaimana di Indonesia?
Kita mengenal dua sistem. Masyarakat kita yang majemuk ini mengenal sistem Barat, juga Timur Tengah. Artinya ada orang-orang yang menempatkan orangtua mereka di Panti Jompo, tapi ada pula yang tetap tinggal di rumah bersama mereka hingga (maaf), meninggal dunia.Â
Orang kita sekalipun menyewa Caregiver/Nurses, masih banyak yang campur tangan atau ikut serta terlibat dalam perawatannya. Orang Barat tidak. Â
Di Jepang, Korea, Taiwan Hongkong, sama seperti Barat. Mereka sudah memiliki fasilitas modern. Di kita masih sangat tradisional. Oleh sebab itu perawat kita biasanya 'enggan' kerja di Panti Jompo, karena merasa berat kerja sebagai Caregiver. Di RS bagi mayoritas perawat kita lebih baik, dalam artian kompetensi professional.
Ringkasnya, terdapat perbedaan significant cara memperlakukan orangtua antara orang Barat, Arab dan Indonesia. Letaknya pada tempat, institusional. Pemahaman yang beda ini membuat persepsi orang kita yang melihat orangtua di Barat sana, seolah-olah 'terlantar', karena pisah dari anak-anak mereka. Padahal bagi orang Barat, hal ini biasa-biasa saja.Â
Sebaliknya, orang Barat juga heran, melihat banyak orangtua renta di dalam keluarga kita, tinggal bersama anak-anaknya.
Koq bisa ya?
Malang, 15 June 2020
Ridha Afzal