Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"Ghost Writer" dan Suka Dukanya

6 Juni 2020   19:45 Diperbarui: 8 Juni 2020   04:00 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan rahasia lagi, karena kita belum memiliki system yang baik, terintegrasi serta model penyimpanan data karya tulis yang baik, mahasiswa akhirnya cenderung ambil jalan pintas. Mereka menyontek karya kakak tingkat atau dari kampus lain, atau lewat internet. Sangat gampang.

Ketiga, keterampilan menulis dianggap tidak memberikan hasil dalam bentuk finansial yang instant dan dalam jumlah besar. Akibatnya tidak pernah diseriusin. Walaupun dapat nilai bagus dari hasil penugasan, hanya sebatas di situ. Tidak dilanjutkan potensinya. Tidak jarang mereka menyuruh orang lain atau membeli tulisan.

Kesenjangan inilah yang menyebabkan muncul profesi baru, Ghost Writer atau Penulis Bayangan. Penulis gelap yang mengisi kekosongan peluang bisnis lantaran mahasiswa, praktisi atau akademisi yang tidak doyan nulis. Penulis Bayangan ini mengerjakan suatu karya literature untuk atau atas nama orang lain.

Saya pernah mengalami dan ikut serta terlibat langsung dalam bisnis ini. Saya melihat di Indonesia sangat bagus masa depannya karena itu tadi, mahasiswa, professional dan akademisi kita banyak yang 'malas' menulis.

Kita rata-rata masih suka "mie instant'. Suka yang siap pakai tanpa susah payah. Kayak bikin SIM tanpa ikutan test. Masuk PNS tanpa seleksi. Dapat bayaran, tanpa kerja.

Apa suka dukanya menjadi Ghost Writer?
Sukanya di antaranya adalah dibayar cash, kontan, jumlahnya lumayan cukup besar ketimbang jualan pulsa, tidak perlu kerja keras kecuali gunakan otak, pikiran dan keterampilan menganalisa makin tajam. Makin sering belajar, baca buku, makin luas wawasan, dikenal orang-orang 'besar'.

Memang tidak gampang jadi Ghost Writer. Untuk meyakinkan klien, harus ada bukti karya nyata. Mereka minta bahwa karya kita benar-benar berkualitas. 

Risikonya, mereka bisa kecewa dan kita tidak digunakan lagi. Pasar bisa mati. Jadi Ghost Writer harus hati-hati. Pasang tarif pun tidak sembarangan. Ada biaya-biaya tertentu yang harus dirinci. Khususnya apabila proses penulisan diikuti dengan penerbitan butu. 

Rincian biaya bisa meliputi: biaya membeli buku referensi, biaya mengetik, biaya menemukan ide, biaya review, penerjemahan bahasa Inggris dan lay out. Sedangkan untuk pembuatan buku, rinciannya juga beda. Mencakup layout, biaya ISBN, design cover, serta harga cetak. Keuntungan bisa di atas angka 10 jutaan.

Karena itu, bagusnya, Ghost Writer ini memiliki Tim. Tim bisa terdiri dari perencana atau pembuat ide, pembeli referensi, layout, penganalisa penelitian dan pembuat layout serta design cover. 

Tim bisa terdiri dari 3 orang, yang akan berbagi keuntungan. Keuntungan yang didapat bukan hanya dalam bentuk Rupiah. Namun juga pengalaman bekerja dalam Tim. Lagi pula, kerja model Ghost Writer ini tidak perlu full time.  Bisa part time atau sambilan atau Freelancer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun