Tragisnya, lanjut Sarhan, pasukan Israel mengepung Ibunya lalu menyeretnya ke sebuah Bus Penyekapan, menolak mengenakan jilbab dan langsung memborgol tangannya. Menurutnya, suara ringkih kesakitan Ibunya terdengar jelas, sewaktu ia diseret ke dalam Bus.
Sementara, kontak senjata terjadi antara pasukan Israel dan ayahnya yang ditonton keempat saudaranya.
"Saya mendengar suaranya, dia berteriak karena penyiksaan, sepanjang perjalanan, mereka terus membenturkan kepalanya ke dinding, mereka juga mengikat saya, dan memukuli saya dengan keras," ulasnya.
Dilanjutkannya, ia melihat ayahnya tergeletak bersimbah darah dengan tubuh dipenuhi peluru. Serakahnya, Pasukan Israel juga telah menggondol senjata Ayahnya.
"Saat mereka menyeret saya keluar, salah satu dari mereka memegang kepala saya dan berkata: 'Lihat apa yang kami lakukan pada ayahmu'," terang Sarhan.
Melihat kejadian mengerikan itu, Kakaknya Wael pingsan sebelum ia dibawa pergi oleh pasukan Israel. Disamping Ayahnya sudah terkapar.
"Dia terkapar didinding. Saudara-saudaraku membeku di tempat. Kakakku Wael pingsan sebelum aku meninggalkan rumah." ujar Sarhan.
Terpisah, Brigade al-Nasser Salah al-Din kemudian mengonfirmasi kematian Sarhan dalam sebuah pernyataan, Â mengatakan: "Komandan Ahmed Kamel Sarhan, perwira operasi khusus brigade, tewas setelah terlibat dalam bentrokan heroik melawan pasukan khusus Zionis." ujar kelompok tersebut.
Seingat Sarhan, ia dan Ibunya digiring menuju dua Bus Mercedes baru, yang dikerumuni pasukan Israel, ia ditempatkan disatu tempat, sementara Ibunya ditempatkan yang tidak diketahuinya.
Dari dalam Bus, lanjut Sarhan, para tentara terus melemparkan pertanyaan padanya dengan nada-nada yang tinggi.
"Mereka berkata, 'Kamu yang pergi membeli barang-barang untuk rumah. Kenapa kamu, dan bukan ayahmu?' Saya bertanya, 'Kenapa kamu membawa saya?' Mereka berkata, 'Karena kamu yang berbelanja untuk rumah.'", jelas Sarhan.