Mohon tunggu...
Riasandoro
Riasandoro Mohon Tunggu... Penyandang Disabilitas Amputasi Kaki Kanan Atas Lutut

Tulisan ini adalah wujud aksi dari apa yang saya pikirkan dan apa yang saya rencanakan terlepas dari banyaknya kekurang yang masi ada namun saya akan terus berusaha selagi saya bisa.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Terjebak Dalam Pusan Lelah

24 Juni 2025   17:32 Diperbarui: 24 Juni 2025   17:32 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Di balik hiruk pikuk kota, di antara jutaan wajah yang berlalu lalang, ada kisah-kisah yang tak banyak terlihat. Kisah tentang perjuangan tak henti, tentang bahu yang terus memikul beban, dan tentang hati yang perlahan terkikis oleh kelelahan. Ini adalah kisah seorang perempuan yang berdiri sebagai tulang punggung keluarganya, namun setiap bulannya, gajinya terasa seperti setetes air di gurun pasir yang luas.

Ia adalah pahlawan tanpa tanda jasa bagi keluarganya, memastikan dapur tetap mengepul, adik-adik bisa sekolah, dan orang tua mendapatkan perawatan yang layak. Namun, di balik peran mulianya itu, ada realitas pahit yang selalu menghantuinya: uang gaji yang tak pernah cukup. Setiap kali tanggal gajian tiba, bukannya lega, yang ada justru kecemasan. Ia harus memutar otak, menghitung setiap sen, dan seringkali, di akhir perhitungan, ia tahu bahwa ia harus kembali berutang.

Utang menjadi sahabat akrabnya. Bukan karena gaya hidup boros, melainkan karena kebutuhan dasar yang tak terpenuhi. Satu lubang ditutup, lubang lain menganga. Lingkaran setan ini terus berputar, menjeratnya dalam keputusasaan yang mendalam. Ia sudah mencoba segalanya. Lembur hingga larut malam, mengambil pekerjaan sampingan di akhir pekan, bahkan mengorbankan waktu istirahatnya demi mencari penghasilan tambahan. Setiap upaya, setiap tetes keringat, ia kerahkan. Namun, hasil yang diharapkan tak kunjung tiba. Seolah semesta bersekongsong, usahanya terasa sia-sia.

Setiap malam, ketika kesunyian menyelimuti, kelelahan itu merayap. Bukan hanya lelah fisik dari pekerjaan yang menguras tenaga, tetapi juga lelah batin. Lelah dengan tuntutan yang tak ada habisnya, lelah dengan kekhawatiran yang tak kunjung usai, dan lelah dengan harapan yang selalu pupus. Ada saat-saat di mana ia hanya ingin menghilang, tenggelam dalam kesunyian, jauh dari segala beban dan tanggung jawab. Ia ingin merasakan kedamaian, meskipun hanya sesaat, jauh dari hiruk pikuk tuntutan hidup.

Kisah perempuan ini adalah cerminan banyak perempuan lain di luar sana yang mungkin sedang menghadapi situasi serupa. Mereka adalah para pejuang yang jarang mendapatkan sorotan, yang terus berjuang demi orang-orang yang mereka cintai, bahkan ketika diri sendiri sudah di ambang batas. Penting bagi kita untuk mengenali dan menghargai perjuangan mereka, serta menciptakan lingkungan yang lebih suportif agar mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi badai kehidupan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun