Mohon tunggu...
Richad Ade Sastra
Richad Ade Sastra Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

FST UNAIR

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tesla Bukan Satu-satunya Solusi untuk Indonesia

26 Februari 2021   10:44 Diperbarui: 2 Maret 2021   20:23 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pabrik Mobil Tesla di Amerika Serikat. (sumber: theverge.com via kompas.com)

Tetapi rilis mengejutkan diterima rentan tanggal 19-21 Februari yang sontak mengejutkan banyak pengamat energi juga, bahwa Tesla yang digadang-gadang akan segera meletakkan tiang pancang proyek pabrik batrei berbasis nikel malah merilis bahwa akan segera berlabuh ke India untuk mengerjakan investasi yang sama. 

Sungguh amat menggelitik sekali, ditambah nyinyiran netizen yang menyatakan bahwa India lebih menarik ketimbang Indonesia untuk ditanami investasi hehe.

Tetapi satu hal yang perlu digaris bawahi bersama, yaitu inkonsistensi Indonesia dalam mengupayakan bauran EBT secara nasional. Pasalnya, pada kesempatan yang tak lama dari trending Tesla, adalah suksesnya perusahaan plat merah menemukan bahan bakar berbasis nabati dan mampu diproduksi secara massal bahkan teknologi penunjangnya juga yang menemukan adalah anak bangsa sendiri. 

Iya, siapa yang tak kenal dengan inovasi Green Diesel (D100) pada kesempatan yang lalu sempat menggemparkan jagad, karena dibuat asli dengan tangan anak bangsa sendiri pula dengan sumber daya alam (sawit) milik tanah Indonesia sendiri. 

Berbincang tentang energi terbarukan, seharusnya Indonesia adalah Negara yang sangat ditakuti karena keberadaan agro resources yang begitu melimpah. Telah banyak bukti konkrit perkembangan EBT yang berbasis nabati seperti biodiesel (B30), Green Diesel (D100), Biogassoline, hingga Bio Avtur. 

sumber: mobecls.com
sumber: mobecls.com
Mayoritas bahan yang digunakan adalah Crude Palm Oil (CPO) dari kelapa sawit dan Bioethanol yang didapatkan dari limbah pabrik gula (tebu). Cukup jelas bahwa potensi agraris Indonesia sangat bisa dikembangkan untuk menekan emisi karbon yang menjadi musuh bersama. 

Kemudian adalah teknologi proses (kilang) yang dimiliki, Indonesia sendiri pula melalui insan akademika di Perguruan Tinggi yang mencetuskan teknologi katalis merah putih, yaitu teknologi yang digunakan untuk mendapatkan bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit. 

Secara efektifitas emisi memang bisa dikatakan kendaraan berbasis listrik sangat nihil risiko emisi karbon, tetapi ketika kita cermati bersama ke belakang, maka dengan dilakukannya transformasi kendaraan berbasis listrik maka akan menuntut PLTU untuk mengepul lebih ugal lagi, dan kemudian batu bara yang akan menjadi komoditas yang hilang terkikis padahal kita semua mengetahui bahwa batu bara merupakan resources yang tak terbarukan. 

Begitulah mungkin ketika inkosistensi tetap dimiliki pemerintah dan semua stakeholder bangsa, seharusnya Tesla bukan satu-satunya solusi untuk Indonesia, tetapi bagaimana kita mengembangkan apa yang lebih berpotensi dan kiranya lebih memberikan efek postiti bagi bangsa secara menyeluruh. Semoga bermanfaat.

Sumber :

Katadata.co.od

ESDM.go.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun