Mohon tunggu...
Richad Ade Sastra
Richad Ade Sastra Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

FST UNAIR

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tesla Bukan Satu-satunya Solusi untuk Indonesia

26 Februari 2021   10:44 Diperbarui: 2 Maret 2021   20:23 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pabrik Mobil Tesla di Amerika Serikat. (sumber: theverge.com via kompas.com)

Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia tentu didahapkan dengan banyak pilihan dan prioritas yang tepat dalam pengembangan EBT, tentunya dengan menyesuaikan keberadaan sumber daya yang dimiliki.

Awal tahun 2021 memunculkan sejumlah topik diskusi yang menarik, dan salah satunya adalah tagline "Tesla dan Elon Musk lebih memilih India ketimbang Indonesia". 

Ya, siapa yang tak kenal dengan Musk? Sosok yang cukup mencuat dengan berbagai macam inovasinya di bidang sains dan teknologi. Tokoh yang dikenal dengan perusahaan Tesla dan SpaceX ini selalu menawarkan inovasi yang banyak memperbaiki permasalahan masyarakat yang ada di dunia. 

Terbaru, adalah tawaran kerja sama pemerintah RI dengan Tesla milik Elon Musk untuk mendirikan perusahaan mobil listrik yang berbasis batrei nikel di Indonesia. 

Proyek ini bisa dibilang sangat strategis melihat sumber daya nikel yang cukup melimpah di Indonesia. Dilansir melalui Badan Geologi KESDM pada Oktober 2020 lalu, Indonesia menempati peringkat pertama produsen nikel di dunia dengan produksi sekitar 800 ribu ton dengan kemudian diikuti oleh Filipina dan Rusia di peringkat kedua dan ketiga dengan masing-masing jumlah produksi sebesar 420 ribu ton dan 270 ribu ton.

Tesla memang menjadi perusahaan yang mencuat dengan teknologi batrei lithium sebagai penampung energi khususnya untuk digunakan pada mobil listrik. 

Indonesia menjadi salah satu Negara yang juga punya tanggung jawab besar dalam mereduksi emisi gas karbon, dan salah satu langkah yang menjadi opsi pemerintah adalah bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki basis produksi mobil listrik. 

Wacana untuk menerapkan kendaraan listrik tentu sudah tak pertama kali naik daun di Indonesia, pasalnya pada 2016 silam juga pun pernah keluar wacana penggantian kendaraan berbahan bakar fosil dengan mesin konverter listrik. 

Pada kesempatan dua tahun yang lalu juga Indonesia sempat berpeluang besar untuk bekerja sama dalam pengadaan teknologi kendaraan berbasis listrik, tetapi terkendala karena tidak dipunyainya industri lithium untuk mengolah batrei sebagai sumber penyimpan energi, kemudian dilanjutkan pada 2021 ini.

Melalui data KESDM Indonesia bermaksud untuk kembali melakukan "bargain" inovasi teknologi kendaraan listrik dengan menawarkan kelimpahan nikel sebagai alternatif penunjang batrei penyimpan energi. 

Pada akhirnya Indonesia melalui kemenko maritim dan investasi mencoba menggaet Elon Musk dengan Tesla untuk mengembangkan proyek pendirian pabrik batrei penyimpan energi untuk kendaraan listrik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun