Mohon tunggu...
Nature

Meraih Adipura dengan Membangun Bank Sampah

10 November 2010   04:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:43 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menurut wikipedia adipura, adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Adipura diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Kriteria Adipura terdiri dari 2 indikator pokok:


  • Indikator kondisi fisik lingkungan perkotaan dalam hal kebersihan dan keteduhan kota
  • Indikator pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik), yang meliputi institusi, manajemen, dan daya tanggap

Tulisan ini bertujuan untuk menyambung dan meneruskan ide dalam pengolahan sampah yang berkaitan dengan indikator pertama dan kedua dalam meraih adipura.

Salah satu ide yang cukup brilian yang sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas dalam hal pengelolaan sampah adalah mengenai pendirian bank-bank sampah. Dibeberapa daerah yang notabene memiliki persoalan yang cukup serius mengenai sampah telah muncul pioneer-pioneer yang berada dibalik pendirian bank-bank sampah tersebut. Dikala pemerintah dipusingkan oleh permasalahan sampah yang berada dihilir, mereka hadir memotong kompas untuk menangani langsung persoalan sampah tersebut dari hulunya, yaitu rumah tangga.

Dengan kesadaran dan kepedulian akan lingkungan yang telah tertanam dengan baik, mereka memulai mengajak masyarakat untuk melakukan kepedulian yang sama melalui bank sampah yang mereka kelola. Bukan hanya mengumpulkan sampah saja, mereka juga mengolah sampah tersebut menjadi produk-produk yang bermanfaat dan punya nilai ekonomis.

Ide pengolahan sampah yang melibatkan masyarakat melalui pendirian bank sampah seperti yang telah dilakukan oleh warga disini adalah bukti bahwa kesadaran warga untuk memelihara lingkungannya dari ancaman bencana yang timbul akibat sampah bisa terkelola dengan baik jika ada pengkoordiniran, terutama jika dilakukan oleh aparat setempat yang punya kewenangan dan kepentingan akan penjagaan kebersihan lingkungan.

Tentu bukan semata kita mengandalkan aparat pemerintahan atau lembaga-lembaga yang konsen terhadap penanganan dampak lingkungan akibat sampah saja, secara mandiri kita juga bisa ikut serta dalam pengolahan sampah tersebut. Melalui unit terkecil bank sampah, yaitu rumah tangga kita sendiri.

Bukankah awal mula permasalahan sampah yang ada dikota kita bermula dari sampah-sampah rumah-tangga salah satunya?, selain dari pasar-pasar ataupun  pusat-pusat industri. Bila kemudian sampah-sampah tersebut tak lagi tertampung di TPS-TPS (tempat pembuangan sampah) yang ada, ataupun di TPA (tempat pembuangan akhir) maka timbullah masalah besar yang bukan hanya menambah persoalan lingkungan yang telah ada, juga bisa merenggut jiwa manusia yang berada disekelilingnya.

Hal tersebut perlu diantisipasi lebih dini, salah satunya melalui pengolahan sampah rumahan, selain pendirian bank sampah yang lebih banyak lagi untuk menyerap sampah-sampah yang tidak mampu diolah secara mandiri.

Tentu ide-ide semacam ini takkkan berumur panjang jika tidak ada konsistensi, asistensi dan terobosan-terobosan baru dalam pengolahan sampah. Slogan mengenai kebersihan lingkungan semacam ” jangan buang sampah sembarangan” atau ” buanglah sampah pada tempatnya” sudah harus di upgrade menjadi ” kelola sampah mulai dari rumah-tangga anda”, sehingga fungsi TPS dan TPA menjadi lebih ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun