Mohon tunggu...
Ribka Hutauruk
Ribka Hutauruk Mohon Tunggu... Freelancer - blogger, dreamer

I like to observe things

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Privileged Tidak Sepenuhnya Baik

7 Juni 2020   18:32 Diperbarui: 7 Juni 2020   18:28 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Netijen akhir-akhir ini netijen seluruh dunia sedang membahas sekaligus meributkan tentang privileged.

Privilege sendiri artinya adalah hak istimewa yang dimiliki oleh seseorang.

Jika kamu bisa sekolah, kuliah, bahkan menganggur hari ini dan tidak pusing memikirkan besok mau makan apa, maka itu termasuk ke dalam privilege.

Jika kamu bisa bilang ke presiden wah harus lockdown nih satu Indonesia, sedangkan kamu besok ga usah mikirin mau makan apa sementara yang lain tidak tau mau tinggal dimana setelah lockdown, maka kamu termasuk memiliki privilege.

Vincent Martell menuliskan "white people be like how can i be privileged my parents got divorced"

Sedangkan Jerome Polin Sijabat menuliskan "Ada orang sukses / hidupnya enak, dibilang privilege2 mulu. Sedangkan ketika diri sendiri gak sukses, alasannya karena gak dapet privilege. Privilege matters, but effort also matter. Gak sedikit kok orang sukses yang awalnya gak punya privilege."

Saya prbadi setuju jika privileged benar-benar berperan dalam kehidupan karir seseorang. Jika seseorang punya bapak/ibu yang cukup berpengaruh pasti orang-orang akan segan, malah cendrung membantu orang tersebut. Tapi jika orang itu bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa, orang akan cendrung memandang sebelah mata. Malah tidak memandang orang itu ada.

Baiklah mari kita bahas kenapa orang-orang yang mempunyai banyak privileged itu beruntung? Karna mereka mempunyai wajah yang good looking, uang yang cukup, otak yang cerdas. Itu jelas merupakan sebuah privileged. Nah bagaimana dengan orang-orang yang tidak mempunyai banyak uang, wajahnya pas-pasan (cendrung jelek, maap) dan otak yang biasa aja? Bisa dibilang mereka ada di kelas menengah.

Lalu ada akun bisnis yang membahas anak seorang Tukang becak yang kebetulan bisa sekolah S3 ke Birmingham. Ya tentu saja kebetulan anak tukang becak ini mendapatkan spot light saat itu dari Presiden RI karna dia lulus dari S1 dengan cumlaude dan kemudian bisa dapat beasiswa S3 ke Birmingham. Coba seandainya anak tukang becak tersebut tidak mendapat perhatian dari Presiden, apakah dia tetap akan mendapatkan beasiswa? Ya karna memang banyak sekali orang pintar di negara ini yang tidak mendapat perhatian dari negara, sampai mereka kadang tidak punya pekerjaan yang sekeren orang-orang yang mempunya privileged.

Tapi apakah ada jaminan orang yang mempunyai banyak privileged seperti kaya raya, bisa tidur nyenyak pada malam hari? Lucunya saya perhatikan kebanyakan orang yang bisa membeli kasur yang mahal, dekor kamar dengan isi yang cukup mahal malah susah tidur.

Orang yang mempunyai paras yang cakep atau cantik, apakah mereka merasa beruntung? tentu saja. 

Tapi tidak jarang mereka berpikir orang yang ingin temenan atau pacaran dengan mereka hanya karna mereka punya paras yang ganteng atau cantik, yang lebih parah kadang yang kaya secara harta sering berpikiran bahwa orang yang temenan sama mereka itu tidak tulus ingin temenan dengan mereka. 

Kadang privilege tidak selamanya bisa menyenangkan buat hidup sebagian orang, walau banyak orang mendambakan privilege sejak mereka lahir. Nyatanya banyak anak orang kaya yang merasa risih dengan cara berpikir orang lain yang merasa wajar bila anak orang yang mempunyai banyak privilege ini berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun