Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Ada Apa ya dengan Petualangan Kuliner Blok M hingga Film "Aruna dan Lidahnya"?

30 September 2018   08:32 Diperbarui: 30 September 2018   14:39 1725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aruna dan Lidahnya, film yang menyuguhkan 21 kuliner khas Indonesia. Menontonnya bisa jadi laper dan baper (sumber foto : www.instagram.com/palarifilms)

Nggak salah kalau menyebut Indonesia itu surganya makanan. Setiap wilayah di negeri tercinta ini selalu punya kuliner-kuliner khas yang menggoda untuk dicicipi. Semua itu muncul tak hanya dari segi rasa, tampilan, atau keunikan bahan masakan yang terkadang hanya ada di suatu tempat.

Jika melihat nikmatnya orang yang sedang bersantap di depan mata, tak mampu disangkal seringkali terbit rasa lapar ingin mencoba. Sensor perut ikut tergelitik. Lidah pun tak sabar ingin menjajal rasa. Berburu kuliner pun akhirnya dilakukan untuk memenuhi penasaran dan demi mencari pengalaman baru kelezatan resep yang terwujud dalam hidangan matang.

Seperti Sabtu, 29 September 2018 di wilayah Blok M, Jakarta Selatan. Terinspirasi film Aruna dan Lidahnya yang berpetualang kuliner, teman-teman dari komunitas penggemar film, KOMiK Kompasiana, berkumpul di kawasan yang sangat terkenal sebagai salah satu ikon lokasi mejeng di Jakarta sejak puluhan tahun. Siapa yang tinggal di Jakarta tidak kenal Blok M?

Kawasan Blok M, salah satunya Pujasera Blok M Square menjajakan sejumlah kuliner dari beberapa daerah di Indonesia (dok. linda)
Kawasan Blok M, salah satunya Pujasera Blok M Square menjajakan sejumlah kuliner dari beberapa daerah di Indonesia (dok. linda)
Blok M dikenal sebagai salah satu sentra bisnis Jakarta yang menawarkan beragam wisata, mulai dari wisata belanja hingga wisata kuliner. Sejumlah pusat perbelanjaan berdiri di sini, mulai dari Pasaraya, Blok M Square, Blok M Mal, hingga Blok M Plaza. Setiap pusat perbelanjaan juga punya food court atau pujasera. Ada juga Go Food Festival dengan aneka makanan. 

Jika mencari pilihan kuliner untuk memuaskan perut yang keroncongan atau sekedar menyudahi lapar mata yang tak bisa dihindari, Blok M jangan dilewatkan. Pilihan rumah makan sederhana ataupun sekedar makanan pinggir jalan juga bisa ditemukan. Mau makanan berat hingga jajanan gerobak abang-abang tersedia. Begitupun dengan aneka minuman penuntas dahaga.

Berbagai sajian kuliner yang langsung digoreng bila ada pemesan di Pujasera Blok M Square (dok.windhu)
Berbagai sajian kuliner yang langsung digoreng bila ada pemesan di Pujasera Blok M Square (dok.windhu)
Itupun belum termasuk supermarket dan jajaran resto ala Jepang yang menjadi salah satu destinasi para turis Jepang dan penggemar kuliner Jepang di Indonesia. Satu lagi, ada juga sebuah tempat nongkrong gaul Filosofi Kopi, yang terinspirasi dari film Filosofi Kopi yang diwujudkan di dunia nyata oleh pemeran filmnhya, Chicco Jerikho dan Rio Dewanto.

Tidak pagi, tidak siang, tidak malam, kawasan Blok M senantiasa hidup. Wajar, wilayah ini bisa dijangkau sangat mudah dengan transportasi umum, mulai dari bus kota, Transjakarta, Damri, transportasi online, hingga kendaraan pribadi.

Tahu Bubuteuh dengan khas tumisan daun kemangi (dok.windhu)
Tahu Bubuteuh dengan khas tumisan daun kemangi (dok.windhu)
Makanan dari Berbagai Daerah 

Meski belum hitungannya jam makan siang, pujasera basement Blok M Square sudah dipadati orang. Berjajar orang, baik laki dan perempuan, muda dan tua, sendiri ataupun berombongan sudah duduk di depan meja hidangan yang berjajar di depan kios-kios aneka makanan.

Begitu banyak lokasi kuliner yang bisa dipilih, teman-teman komunitas film Kompasiana yang dibagi tiga rombongan dengan budget yang ditentukan kemudian berpencar. Food tour itu istilah yang disematkan biar lebih efektif dan maksimal. Kelompokku yang terdiri dari lima orang dewasa dan satu anak kecil memilih untuk menyantap mie ayam Don Don.

Seraya saling mengenal lantaran baru pertama kali bertemu, di sela-sela menyantap mie obrolan terjadi. Pujasera Blok M Square mulai banyak didatangi pengunjung. Penjaja donat goreng hilir mudik berteriak menawarkan donatnya yang dipikulnya.

Segarnya Es Oyen, yang asalnya dari Kota Kembang (dok.windhu)
Segarnya Es Oyen, yang asalnya dari Kota Kembang (dok.windhu)
Duduk di jajaran banyak kios-kios makanan, baru saat itu menyadari jika di Pujasera Blok M Square menawarkan menu makanan dari berbagai daerah di Indonesia. Ada makanan asal Jakarta, seperti Soto Betawi, ada sejumlah rumah makan Minang, ada makanan khas Jawa Timur, ada makanan khas Jawa Tengah, ada Makanan khas Jawa Timur, dan lainnya meski tak seluruh provinsi di Indonesia.

Aneka minuman yang bisa dipilih juga ada. Sebut saja ada Es Oyen yang khas Bandung, Timun Serut, aneka jus, es kelapa jeruk, sekedar teh manis atau jeruk manis. Jika mau minuman bubble dan minuman Thailand yang lagi tren juga ada.

Aku memilih untuk tahu yang namanya Tahu Bubuteuh dari Ceu Mumun. Penasaran saja karena memang baru kali itu kenal namanya. Searching di google pun nggak ada. Baiklah, bermodal Rp.10.000, penjual makanan pun beraksi.

Lezatnya Bakmi Ayam (foto:linda)
Lezatnya Bakmi Ayam (foto:linda)
Tahu Bubuteuh ternyata adalah tahu kuning mentah yang kemudian dihancurkan. Setelah itu, ditumis bersama bumbu yang antara lain bawang merah dan bawang putih. Salah satu hal yang menjadi ciri adalah daun kemangi yang ikut ditumis dan memberi wangi kepada tumis tahu ini.

Aruna dan Lidahnya

Sop Buntut dengan kuah yang masih berkepul panas menjadi pembuka film Aruna dan Lidahnya. Duduk di barisan kursi D dan kursi E studio, tampilan aneka makanan kuliner khas daerah menjadi tontonan tak henati-henti sepanjang durasi film yang diputar.

Film yang rilis di bioskop mulai 27 September 2018 ini dibintangi 4 tokoh utama yang sudah sangat dikenal oleh publik pecinta film Indonesia. Dian Sastrowardoyo, Hannah Al Rashid, Oka Antara, Nicholas Saputra. Dinsas dan Nicholas yang dulu lebih dikenal dalam film AADC (Ada Apa Dengan Cinta) hadir dalam film bertaburan kuliner. 

Aruna dan Lidahnya mengisahkan perjalanan kuliner empat sahabat ke 4 kota di Indonesia, yakni Surabaya, Pamekasan, Singkawang, Pontianak (dok.windhu)
Aruna dan Lidahnya mengisahkan perjalanan kuliner empat sahabat ke 4 kota di Indonesia, yakni Surabaya, Pamekasan, Singkawang, Pontianak (dok.windhu)
Kisahnya mengenai Aruna (Dian Sastrowadoyo) dan sobatnya Bono (Nicholas Saputra) yang senang kulineran dan berencana untuk melakukan perjalanan kuliner. Bono adalah seorang chef profesional yang bekerja di sebuah restoran. Sebagai chef, Bono ingin mencari inspirasi untuk menu makananya.

Petualangan kuliner Aruna nyaris batal saat Aruna yang berprofesi sebagai ahli wabah yang bekerja di sebuah konsultan kesehatan One World, ditugaskan oleh bosnya Burhan (Desta) untuk meneliti langsung ke daerah lokasi terjangkit wabah Flu Burung, sesuai dengan laporan lembaga mitra yang dipimpin Priya (Ayu Azhari).

Petualangan kuliner Aruna dan Bono akhirnya tetap dilanjutkan tetapi menyesuaikan dengan jadwal kerja Aruna. Bono yang sudah ambil cuti akan berburu kuliner mengikuti lokasi tempat Aruna ditugaskan melakukan penelitian.

Sambil melaksanakan pekerjaan, Aruna dan Farish menyuguhkan kuliner dan kisah asmara (sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Sambil melaksanakan pekerjaan, Aruna dan Farish menyuguhkan kuliner dan kisah asmara (sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Ada empat kota selain Jakarta yang didatangi, yakni Surabaya, Pamekasan Madura, Singkawang, dan Pontianak. Kehadiran teman masa lalu Aruna, yakni Farish (Oka Antara) dokter hewan yang ditugaskan untuk membantu penanganan kasus flu burung menambah seru jalannya petualangan kuliner.

Belum lagi ditambah Nadezhda (Hannah Al-Rasyid), seorang penulis dan kritikus kuliner yang juga gebetan Bono. Maka, berempat mereka pun melakukan kulineran di sela-sela pekerjaan Aruna dan Bono. Kebetulan, Aruna memang mencari bumbu nasi goreng mbok Sawal yang sangat disukainya. 

Dalam petualangan kuliner itu ternyata satu per satu terungkap hal-hal yang tidak diduga sebelumnya. Ada dugaan konspirasi dan korupsi terkait penanganan kasus Flu Burung yang tidak ditemukan korbannya. Ada bumbu cinta tak diungkapkan antara Aruna dan Farish, serta Bono dan Nades.

Mencicipi berbagai menu kuliner dengan para sahabat 0(sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Mencicipi berbagai menu kuliner dengan para sahabat 0(sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Film romantis komedi ini juga diwarnai bumbu cerita perselingkuhan. Orang-orang yang rela menjadi kekasih dari orang yang sudah punya pasangan hidup dan anak. Namun, di film Aruna dan lidahnya, penonton juga bisa tertawa dengan akting dan komentar lucu di sejumlah adegan. 

Satu hal yang paling mengasyikkan ditonton di film Aruna dan Lidahnya ini adalah tampilan-tampilan kuliner yang terdapat di 4 daerah yang didatangi, yakni Surabaya, Pamekasan, Singkawang, dan Pontianak.

Penonton diajak larut dalam laper dan baper. Ada 21 total menu hidangan yang hadir di film Aruna dan Lidahnya. Semua tampil secara alami dalam balutan jalannya cerita. Kuliner-kuliner khas ditampilkan penuh menggoda mata yang melihat. 

Ada Sop Buntut, ada Rujak Soto, ada Campor Lorjuk, ada roti keju, ada Pengkang, ada Choipan, ada Rawon khas surabaya, dan lainnya. Menontonnya tentu saja menerbitkan selera untuk bisa ikut mencicipi kuliner yang tersaji panas berkepul-kepul mengundang selera.

Perjalanana dua sahabat tak selamanya mulus. kadang ada jutek ((sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Perjalanana dua sahabat tak selamanya mulus. kadang ada jutek ((sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Buat aku yang belum pernah makan Campor Lorjuk, makanan Madura dan Pengkang asal Kalimantan, tayangan kedua kuliner di film Aruna dan Lidahnya memberikan pengetahuan tersendiri.

Seperti itulah, setidaknya tampilan kuliner khas daerah itu. Pengkang adalah kuliner seperti lemper dengan isi udang/ebi yang berbalut dan pisang dan dibakar boak balik dengan jepitan. Menyantapnya dengan sambal kerang.

Menonton Aruna dan Lidahnya, orang diajak untuk menikmati 'rasa' jika makanan bukan hanya sekedar ada dan sekedar kenyang. Ada emosi yang hadir dalam kepiawaian tangan yang meraciknya. Ini diungkapkan oleh salah seorang pasien yang diduga mengidap Flu Burung, saat bercerita lezatnya soto buatan istrinya. Rasa 'tangan' yang tak pernah bisa terganti. 

Pertikaian dengan rekan kerja, sekaligus partner kuliner ((sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Pertikaian dengan rekan kerja, sekaligus partner kuliner ((sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Makanan juga bisa mengubah selera orang yang menyantapnya. Misalnya, saat Aruna menikmati Rujak Soto saat hatinya gundah terhadap Farish. Rujak Soto yang sejatinya enak langsung berubah rasa akibat masalah hati, yang seakan-akan bumbu satu lebih dominan dari lainnya.

Menyaksikan Aruna dan Lidahnya yang disutradarai Edwin, peraih Sutradara Terbaik Piala Citra tahun 2017, penonton bisa menyimak jika makanan bisa menyatukan orang dan memaknai arti persahabatan. Lewat makanan bisa saling mengenal lebih jauh dan pembuka untuk mengungkapkan sesuatu.

Seperti kata Bono dalam salah satu adegan film,"Hidup itu seperti makanan. Bisa merasakan yang sepahit-pahitnya atau yang seasin-asinnya kalau makannya sendiri-sendiri."

Sri Mulayani, Menkeu pun suka dengan Aruna dan filmnya ((sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Sri Mulayani, Menkeu pun suka dengan Aruna dan filmnya ((sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Melalui kuliner, seseorang bisa mengenali orang lain melalui ciri makanan yang dipilihnya dan kesukaannya. Film Aruna dan Lidahnya oleh Palari Films dengan produser Meiske Taurisia yang berpetualang rasa makanan ini, agaknya sukses menampilkan betapa beraneka dan menggugah selera ragam kuliner Indonesia. Ada jejak bayangan sejarah dalam rasa yang tertinggal di lidah dan kenangan.

Film yang diadaptasi secara bebas karya Laksmi Pamuntjak yang rilis pada tahun 2014 ini memang tak main-main menyuguhkan tampilan sajian kuliner karena melibatkan chef professional seperti Bara dan food stylist.

Inilah 4 sahabat yang berpetualangan kuliner, Aruna, Farish, Bono, dan Nad ((sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Inilah 4 sahabat yang berpetualangan kuliner, Aruna, Farish, Bono, dan Nad ((sumber:https://www.instagram.com/palarifilms/)
Film Aruna dan Lidahnya yang berkutat dengan 4 orang denan 4 karakter ini semakin apik dengan hadirnya soundtrack, yang salah satunya adalah berjudul Antara Kita yang dinyanyikan Monita Tahalea.

Lalu bagaimana kelanjutan kisah kuliner yang berbalut asmara, konspirasi, dan korupsi ini? Bagusnya dengan menonton langsung di jaringan bioskop Indonesia. Silakan menikmati. 

Hati-hati buat yang tadinya kurang tahu atau antipati masakan tradisional, menonton Aruna dan Lidahnya selama 1 jam 46 menit nantinya bisa jadi simpati, lalu berubah menjadi empati, kemudian akan jatuh hati pada kuliner Indonesia yang beragam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun