Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Universe

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mewujudkan Pembangunan Inklusif

26 Februari 2022   06:33 Diperbarui: 26 Februari 2022   09:41 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tukang rongsokan tengah istirahat di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (22/4/2020). Di tengah pandemi Covid-19 dalam situasi yang sangat berat, pemerintah mengumumkan akan terjadi peningkatan jumlah angka kemiskinan hingga 3,78 juta orang (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Akses layanan imunisasi juga masih timpang. Data State of Health Inequality in Indonesia 2017 menunjukkan, angka cakupan imunisasi pada keluarga miskin di Indonesia sangat rendah. Masih 39,8 persen. Tanpa layanan imunisasi, risiko kematian bayi sangat tinggi.

Secara keseluruhan akses layanan kesehatan yang bermutu juga masih timpang. Data Global Burden of Disease Study 2016 menunjukkan, indeks layanan dan kualitas kesehatan Indonesia masih 44,5 persen. 

Banyak masyarakat miskin dan rentan belum mendapatkan akses kesehatan yang baik. Sarana dan prasarana layanan kesehatan yang mumpuni belum merata antar daerah.

Kualitas kesehatan, pendidikan dan teknologi yang diterima atau dimiliki oleh anak sangat berpengaruh pada kesempatan dan kemampuannya ketika bekerja. Karena akses mendapatkan ketiga hal itu kurang atau tidak ada, maka kesempatan bekerja bagi anak yang tumbuh dari keluarga miskin juga terbatas.

Peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang menuntut keterampilan dan upah tinggi sangat kecil. Mereka cenderung mendapatkan pekerjaan yang bersifat informal dan upah yang rendah. 

Pekerjaan dengan upah tinggi biasanya mensyaratkan calon pekerja memiliki keterampilan atau setidaknya mempunyai ijazah dari perguruan tinggi.

Hasil penelitian SMERU Research Institute menunjukkan, pendapatan anak dari keluarga miskin ketika dewasa 87 persen lebih rendah dibanding anak dari keluarga yang tidak miskin. 

Selain itu, tingkat pengangguran terbuka di tanah air masih menjadi masalah yang serius. BPS mencatat tingkat pengangguran terbuka per Agustus 2021 sekitar 6,49 persen.

Meski menurun, tingkat pengangguran di Indonesia cenderung fluktuatif. Oleh sebab itu, penyediaan lapangan pekerjaan dengan upah yang layak harus diwujudkan secara adil dan merata, termasuk kesempatan kerja bagi perempuan.

Perempuan punya hak yang sama untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya dan upah yang setara. Sayangnya, angka partisipasi angkatan kerja perempuan masih rendah dibanding laki- laki. 

BPS mencatat tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia tahun 2020 masih 50,72 persen, sedangkan laki- laki mencapai 85,87 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun