KesimpulanÂ
Metode Askesis adalah latihan kesadaran dan pengendalian diri. Dengan memisahkan Fortuna (nasib) dan Virtue (kebajikan), sesorang belajar ; tidak bergantung pada hal-hal eksternal untuk bahagia, fokus pada nilai - nilai moral dan tindakan baik, menemukan ketenangan batin ditengah ketidakpastian hidup.Â
Seperti kata Marcus Aurelius :Â
"Waste no more time arguing what a good man should be. Be one."Â
(Jangan buang waktu berdebat tentang seperti apa orang baik itu. Jadilah orang baik).Â
Epictetus mengjarkan bahwa kebahagiaan bukan hasil dari keadaan eksternal, tetapi dari disiplin pikiran. Dengan membedakan hal yang bisa dan tidak bisa dikendalikan, kita belajar menerima kehidupan dengan lapang dada dan tetap berpikir positif dalam dalam setiap situasi.Â
Konsep "The Will to Power", "Ja sagen", dan "Amor Fati" membentuk pandangan hidup yang sangat positif bahwa : Hidup harus diyakini dan ditegaskan sepenuhnya, setiap pengalaman bahkan penderitaan adalah bagian dari kekuatan kreatif kehidupan, mencintai takdir berarti menjadi kuat, bebas, dan autentik. Nitzsche ingin manusia berkata: "Ya - ini hidupku - dengan seluruh suka dukanya - dan aku mencintainya sepenuhnya". Ia menegaskan hidup (affirmation of life), tidak menyerah pada penderitaan dan tetap kreatif menghadapi kenyataan.Â
Albert Ellis mengajarkan bahwa pikiran adalah arsitek emosi. Kita bukan korban peristiwa melainkan penafsir aktif dari peristiwa itu. Dengan belajar berpikir rasional, kita bisa mengubah cara merasa dan dengan mengubah cara merasa, kita mengubah hidup. "Menjdi bahagia bukan soal menemukan dunia yang sempurna, tetapi soal belajar berpikir dengan cara yang lebih sehat tentang dunia yang tidak sempurna".Â
Simpulan benang merah evolusi pemikiran positif :Â
1. Stoikisme (Epictetus, Marcus Aurelius) - Fokus pada kendali batin dan penerimaan realitas.