Tapi William James akan berbisik : "Percayalah dulu bahwa hidupmu masih berarti - dan lihat bagaimana keyakinan itu mulai menciptakan makna yang baru".
Disinilah keindahan tersembunyi teori James : Bukan sekedar berpikir positif, tetapi berpikir produktif secara eksistensial. Ia tidak meminta kita menipu diri dengan optimisme kosong, tapi nyalakan api kecil di tengah gelap, percaya bahwa cahaya itu nyata - dan perlahan, dunia pun mulai bersinar. William James mengajarkan bahwa keajaiban bukan sesuatu yang menimpa kita dari luar, tetapi sesuatu yang kita bangun dari dalam. Hidup katanya selalu menunggu keputusan paling berani dari manusia : untuk percaya - bahkan sebelum semua bukti ada. Jadi, Stoikisme dan Nietzsche mengajarkan penerimaan aktif terhadap dunia yang sudah ada, maka William James justru melangkah selangkah lebih jauh : ia mempercayai kemungkinan dunia yang belum ada. Dalam kerangka James : keyakinan bukan ilusi psikologis, tetapi daya kausal - ia memengaruhi perilaku, keputusan, dan bahkan proses biologis seseorang. Dengan kata lain, kepercyaan bukan akibat dari kesembuhan - kepercayaan adalah bagian dari proses kesembuhan. Inti kejutan William James adalah ia tidak meminta kita untuk pasrah atau mencintai penderitaan. Ia menantang kita untuk mengubah kemungkinan menjadi kenyataan dengan kekuatan keyakinan. Kalimatnya yang paling berani bisa diringkas seperti ini : "Kamu tidak menunggu hidup menjadi baik baru percaya - kamu percaya dulu, dan barulah hidup mulai menjadi baik".Â
5. Albert Ellis (1913 - 2007) - Filsuf dan Psikolog Modern Model ABCÂ
Menurut Ellis, kehidupan manusia bisa dijelaskan dengan model sederhana tapi mendalam yang ia sebut ABC Theory :Â
- A (Activating Event) - Peristiwa yang terjadi,
- B (Belief) - Keyakinan atau pikiran kita tentang peristiwa itu,
- C (Consequence) - Hasil emosional dan perilaku yang muncul.Â
Masalahnya, kebanyakan orang menyalahkan A atas C - Seolah peristiwa langsung menyebabkan perasaan. Padahal yang sebenarnya menentukan adalah B - cara kita berpikir.Â
Ellis percaya bahwa banyak penderitaan emosional manusia berasal dari pikiran irasional: keyakinan yang tidak realistis, berlebihan, atau "harus". Ia mengajarkan bahwa berpikir rasional dan positif bukan berarti menipu diri, melainkan mengoreksi cara berpikir yang salah agar lebih sesuai dengan kenyataan. Dengan mengubah pikiran yang keliru, sesorang bisa mengubah perasaannya, dari cemas menjadi tenang, dari marah menjadi bijak. Itulah inti positive thinking therapy yang kemudian menjadi dasar bagi banyak bentuk terapi modern seperti CBT (Cognitive Behavioral Therapy).Â
Pemikiran Ellis menggeser fokus dari dunia luar ke dunia dalam. Jika para Stoik menekanan kendali diri dan Neitzsche menekankan afirmasi kehidupan, Ellis menegaskan kekuatan logika dan kesadaran rasional dalam membentuk emosi. Ia memperlihatkan bahwa berpikir positif bukanlah ilusi, melainkan tanggung jawab intelektual untuk memilih cara berpikir yang sehat.Â