Mohon tunggu...
Rianesty Diantika Maharani
Rianesty Diantika Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa

43225110003 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan

14 Oktober 2025   01:40 Diperbarui: 14 Oktober 2025   01:40 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan-5

Kutipan terkenal : 

"It's not what happen to you, but how you react to it that matters." 

(Bukan apa yang terjadi padamu yang penting, tetapi bagaimana kamu bereaksi terhadapnya.) 

Epictetus mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan hasil dari keadaan eksternal, tetapi dari disiplin pikiran. Dengan membeakan hal yang bisa dan tidak bisa dikendalikan, kita belajar menerima kehidupan dengan lapang dada dan tetap berfikir positif dalam setiap situasi.

"No man is free who is not master of himself."

(Tidak ada manusia yang benar-benar bebas kecuali ia mampu menguasai dirinya sendiri).

Dengan pandangan seperti ini, seseorang tidak dikuasai oleh emosi negatif, melainkan menemukan ketenangan dan motivasi baru untuk berkembang.  

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan-5
Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan-5

3. Friedrich Nietzsche (1844 - 1900) - Konsep "The Will To Power" dan "Ja Sagen" 

The Will To Power adalah konsep inti dalam filsafat Nietzsche. Maknanya bukan sekedar keinginan untuk berkuasa secara politik atau fisik, melainkan dorongan dasar kehidupan untuk berkembang, mencipta, dan menegaskan eksistensi diri. The Will To Power adalah energi positif kehidupan, sumber dari kreativitas, keberanian, dan kebebasan manusia. 

Ja Sagen - menyatakan "Ya" pada kehidupan. Dari The Will To Power lahirlah sikap yang disebut Nietzsche sebagai "Ja Sagen" (dalam bahasa Jerman yang artinya to say yes atau menyatakan ya). Sikap ini berarti menerima kehidupan sepenuhnya - termasuk penderitaan, kegagalan, dan kekacauan - tanpa menolaknya atau membaginya secara dikotomis antara baik dan buruk. Ja Sagen adalah keberanian untuk berkata "ya" pada seluruh kehidupan, bukan hanya pada bagian yang menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun