Mohon tunggu...
Rian Ernest
Rian Ernest Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Catatan "Jongos" Dua Cagub DKI

13 Februari 2017   18:43 Diperbarui: 4 April 2017   18:28 95065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Jadilah pemersatu dan pergi ke markas FPI setelah anda jadi pejabat. Pergi ke FPI sebelum menjadi pejabattidak lain adalah taktik meraih suara. Meraih suara ke pihak yang dengan entengnya mengoyak-oyak tenun kebangsaan! Teringat pernyataan Pak Anies pada 2014, yang menyerang Prabowo Subianto dengan menuding bahwa Prabowo berjanji seakan berpihak kepada heterogenitas dan pluralisme yang ada di Indonesia, padahal kata Pak Anies, Prabowo justru mengakomodasi dan merangkul kelompok ekstremis seperti FPI.

Selang dua tahun, Pak Anies telah berubah secara ekstrem. Mungkin Pak Anies adalah orang yang akan melakukan apa saja untuk mencapai ambisinya. Dari menjual kata-kata inspirasional sampai memberi angin surga kepada kelompok yang jelas-jelas menganggap bahwa NKRI ini hanya diperuntukkan untuk satu agama saja. Melihat Pak Anies hari ini, entah apa lagi yang dapat dilakukan beliau demi mencapai ambisinya yang mungkin ingin jadi Presiden? Kunjungan beliau ke FPI inilah garis tegas respek saya kepada Pak Anies, yang sukses menginspirasi saya 5 tahun lalu untuk terjun ke dalam sistem. Karena ambisinya, Pak Anies hari ini bukanlah Pak Anies 5 tahun lalu, yang mencoba merajut tenun kebangsaan.

Dia dulu tidak pernah bertanya kepada saya, apa agama saya waktu saya mendaftar Indonesia Mengajar dan menawarkan diri membantu dia di Tim Transisi. Mungkin rekan-rekan ingat, Pak Anies sudah katakan di Mata Najwa bahwa dia meyakini pemimpin itu harus memeluk agama Islam. Menjadi miris bila memikirkan golongan minoritas yang mendaftar Indonesia Mengajar sebagai bekal kepemimpinan di masa mendatang, karena bekal yang didapat tak dapat dilaksanakan. Bhinneka Tunggal Ika mau ditaruh dimana?

Sepertinya benar teori Abraham Lincoln,

Hampir semua orang bisa menghadapi kesengsaraan, tetapi jika Anda ingin menguji karakter seseorang, beri dia kekuasaan.

Pak Anies sudah teruji dan gagal bahkan sebelum dia diberi kekuasaan.

Setelah melihat cara Pak Anies bekerja dan Pak Ahok bekerja, memang dua orang ini tidak dapat dibandingkan, karena keduanya ada di tataran yang berbeda. Pak Anies adalah konseptor, sedangkan Pak Ahok adalah eksekutor sekaligus konseptor yang sangat baik. Pak Anies ringan mengatakan iya dan merangkul seluruh pihak, sedangkan Pak Ahok adalah orang yang bisa mengatakan tidak tanpa harus berpura-pura.

Saya teringat pertama kali melihat Pak Ahok (sebagai cawagub) pada kampanye pilkada DKI 2012 yang menolak permintaan kelompok warga yang minta dibuatkan lapangan, dengan imbalan warga setempat akan memilih Jokowi-Ahok. Alih-alih mengiyakan demi suara, Pak Ahok malah mentah-mentah menolak permintaan itu, karena menurut beliau tidaklah adil untuk warga lain yang tidak memilih Pak Ahok. Pak Ahok saat cawagub 2012 masihlah sama dengan Gubernur 2017. Aspek kepemimpinan Pak Ahok ini pun diamini oleh Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang mengatakan, “Seni kepemimpinan adalah mengatakan tidak, bukan iya. Sangatlah mudah untuk mengatakan iya”.

Pak Ahok memberantas korupsi dengan cara menaikkan gaji untuk menghancurkan corruption by need (korupsi karena kebutuhan), sedangkan Pak Anies rumornya mencoba memberantas korupsi dan PNS tidak berkinerja baik dengan dialog hati ke hati secara rutin. Saya pribadi, setelah dua tahun bekerja di DKI Jakarta dengan praktek koruptif warisan rezim lama, rasanya hampir mustahil untuk meminta orang berubah dengan kesadaran sendiri tanpa mencari akar permasalahan dan secara konkret memperbaikinya. Perlu cara keras untuk melumerkan hati yang sudah keras terpapar nikmatnya korupsi selama puluhan tahun!

Pak Ahok memberantas korupsi dengan membuat e-budgeting agar dapat menutup celah permainan perencanaan anggaran (masih ingat kan anggaran siluman UPS?), sedangkan Pak Anies malah salah merencanakan anggaran sampai dengan 23 T.

Saya tidak mengatakan bahwa Pak Anies ini adalah orang yang jahat. Tidak sama sekali! Pak Anies ini memiliki hati yang baik dan ambisi. Sayangnya ambisi beliaulah yang lebih menguasai hati beliau hari ini. Pak Anies punya keunggulan dalam menginspirasi dan mengajak orang untuk turun tangan namun saya hanya menegaskan bahwa bukanlah porsi Pak Anies menjadi administratur untuk membenahi benang kusut DKI Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun