Mohon tunggu...
Arie Riandry
Arie Riandry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Teks Komersil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Relasi Gender dalam Agama Abrahamic Religions: Islam dan Kristen

18 Maret 2023   07:02 Diperbarui: 18 Maret 2023   07:14 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: afi.unida

Relasi Gender dalam Kristen

Problematika gender dalam kristen tidak lepas dari konteks kultur, khususnya dalam budaya agama Yahudi. Dalam agama Yahudi, posisi laki-laki lebih superior daripada perempuan. Dimana dominasi ini yang menimbulkan ketidakadilan gender, serta mendapat legitimasi oleh sebagian masyarakat pada saat itu.

Kesadaran budaya feminis dalam kristen muncul sejak tahun 1820-an. Kesadaran ini muncul pada perempuan Amerika yang memiliki hasrat sejalan untuk merubah tatanan sosial. Pada sekitar abad ke-20, para tokoh sarjana perempuan memperlihatkan intelektual yang kuat di bidang teologis, namun tidak sadar secara sikap feminis. Baru pada tahun 1970-an anggota perempuan dari The Society of Biblical Literature menegaskan bahwa melalui pendekatan hermeneutik dari feminis bermanfaat untuk mereka. Selama abad ke-19 adanya bentuk respon sebagai suatu kesadaran terhadap kitab suci yang merugikan hak perempuan, sebagian besar kaum perempuan menginterpretasi strategi-strategi yang berimplikasi kultus terhadap keagungan perempuan. Jika dalam agama perempuan diciptakan setelah laki-laki dan dibatasi aktivitas geraknya, justru disinilah adanya kekuatan bagi perempuan. Bagi mereka realitas ini sebagai manifestasi dari tantangan dan sebuah panggilan khusus yang diberikan Tuhan untuk kaum perempuan.

Perjuangan feminis Kristen lebih berorientasi pada melahirkan peradaban baru yang responsif gender terus dilakuka di abad ke-20 ini. Salah satu tokoh feminis Kristen ialah Rosemary L. Ruether hingga sekarang. Ada tiga yang dilakukan para femins kristen dalam menginterpretasi ayat-ayat misoginis dalam teks kitab suci, yaitu : 

Pertama, mencari teks-teks tentang kesetaraan gender untuk mendobrak teks misgonis, seperti penciptaan perempuan setelah lelaki, dosa perempuan lebih dulu daripada lelaki, serta tidak mendapatkan hak bersuara untuk gereja. Teks-teks misoginis seperti itulah yang nantinya menimbulkan kesadaran untuk para feminis kristen, kemudian melakukan reinterpretasi untuk menghindari budaya superior laki-laki (Patriarki) untuk melegitimasi status quonya serta agar tidak adanya bias gender.

Kedua, meneliti Kitab Suci secara general untuk menemukan pandangan teologis yang mengkritik patriarki. Pendekatan ini dilakukan bukan dilakukan dengan mengambil teks suci secara langsung sebagaimana yang dilakukan pendekatan pertama, akan tetapi dengan memahami berita suka cita apa yang ingin disampaikan kitab suci, lalu berdasarkan paradigma itu berita khusus mengenai perempuan dirumuskan.

Ketiga, kembali melakukan pemahaman tentang teks-teks tentang perempuan untuk belajar dari sisi historis dan kisah perempuan dimasa lalu dan modern yang hidup dalam kandungan patriarki. Pendekatan ini dilakukan agar kandungan teks kitab suci yang terkait perempuan senatiasa bermakna untuk kepentingan feminis di era modern. Dalam konteks ini semua teks yang ada dilihat dari kacamata perempuan yang tertindas rindu akan kebebasan.

Dalam hal ini bisa disimpulkan bahwa relasi gender merupakan aspek fundamental dalam masyarakat, lebih dari itu gender bukan soal kelamin, melainkan tentang peran, fungsi, dan serta produktifitas. Dalam Islam sendiri baik laki-laki maupun perempuan posisinya setara dalam hal apapun baik dalam segi ekonomi, pendidikan, serta sosial. Relasi perempuan dan laki-laki sendiri dilihat secara historis pada zaman Nabi Muhammad, setelah kedatangan Nabi perempuan diangkat derajatnya setara dengan laki-laki dan tidak menjadikan perempuan sebagai objek domestik saja. Begitupun dalam Kristen adanya perjuangan para feminis serta perempuan yang melakukan reinterpretasi terhadap teks suci yang dimana dapat menghasilkan perubahan untuk masyarakat kristen modern khususnya agar selalu adil gender dan perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun