Kematian itu Pasti, Kapannya Rahasia
"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan."
(QS. Al-'Ankabut: 57)
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktunya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Munafiqun: 11)
"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya."
(QS. Yunus: 49)
"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh..."
(QS. An-Nisa: 78)
"Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu."
(QS. Muhammad: 36)
Andaikan rahasia ayat-ayat di atas kuketahui, pastilah aku akan menemani Abang di mana saja hingga detik terakhir itu datang. Namun aku manusia dhoif yang tamak. Masih berkhayal dan berharap Abang sehat dan panjang umur.
Setiap bertemu aku ajak Abang dzikir Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaha illalloh allohu akbar. Laa haula wala quwwata illa billahil aliyyil 'adziim. Abang akan patuh mengikutiku karena beliau suami yang patuh, katanya.
Sabtu, 8 Maret 2025 hari kedua Abang di rumah sakit Yarsi Padang Panjang ditemani adik Abang Epiyardi. Aku mengantar si dedek Yola ke sekolah. Sesudah mengantar Yola aku dhuha di sekolah. Entah berapa rakaat aku dhuha. Badanku akhir-akhir ini terasa melayang. Bahkan kadang aku lupa bacaan apa tadi yang aku baca. Fatihah atau ayat pendek.
Aku menyudahi dhuha. Aku pergi ke rumah sakit. "Uni-uni Yu ka Yarsi santa, yo!" Pamitku pagi itu. Aku masih menutupi bahwa Abang di rumah sakit. Aku ingin abang mendapat perawatan yang tenang tanpa banyak kunjungan. Aku berlalu cepat tanpa menoleh dan tanpa ingin tahu apa reaksi mereka. Lima menit aku sampai di Yarsi.