Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengamatan Saya atas Kinerja Tiap Pimpinan setiap Guru Naik Pangkat

4 Mei 2023   04:33 Diperbarui: 4 Mei 2023   04:34 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi pemimpin memang butuh trik, tips, dan panduan. Kita bisa memakai panduan Al Quran, Hadis, dan sikap Nabi, para Khalifah dan para sahabat.

Kita pun selalu diminta untuk saling ingat mengingatkan. Baik dalam berbuat kebajikan, tetap sabar, dan amal sholeh. Berpikirlah positif, tidak peduli seberapa keras kehidupanmu. Begitu Ali menasihati kita.

Kita adalah makhluk yang suka menyalahkan dari luar, tidak menyadari bahwa masalah biasanya dari dalam. Tetaplah perbaiki diri dan terus berjuang.

Kedua pesan di atas perlu dipegang seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya. Kadang kita memfokuskan diri kepada yang salah hingga mengabaikan yang benar. Malah pemimpin memarahi yang salah di hadapan mereka yang benar tanpa ada yang salah di antara yang benar.

Misalnya, 1x2= 3, 1×3=3, 1x4=4, 1x5=5, 1x6=6, 1x7=7, 1x8=8, 1x9=9, dan 1x10=10. Nomor 1 salah. 1x2=3. Selalu pemimpin fokus pada nomor satu yang salah. Padahal jumlah jawaban benar lebih banyak lho. Jumlah yang benar yang dicerepeti. 

Dari 8 yang benar dan 1 salah ini sejatinya kita merespon positif dan antusias 8 yang benar dan memberikan obat atau solusi untuk yang 1 salah. Jangan rusak yang positif (8 jawaban benar) oleh yang negatif (jawaban 1 salah).

Sudah berulang kejadian di atas saya temui pada seorang pemimpin. Tiap pemimpin selalu menerapkan pola nasihat salah di atas. Si A salah lalu pemimpin mengumpulkan semua personilnya dari B hingga Z dan mencak-mencak kepada mereka tanpa ada si A di ruangan itu.

Ini tentu membuat B-Z mengerutkan dahi, angkat bahu, dan malah ada yang memberi kode jari telunjuk miring di dahi. He he he. Yah, B-Z bukan bersimpati tapi malah heran dan kesal.

Apakah ini memang menajemen pembelajaran seorang pemimpin? Sedang diketahui ketika kuliah belajar strategi pembelajaran, mikro teaching, bila ada anak berkasus, sebaiknya anak didekati lalu dipanggil khusus. 

Demikian juga harusnya bila ada personil seperti si A salah, didekati dan dipanggil secara pribadi. Bukan mereka yang tak salah dikumpulkan lalu dikata-katai tanpa ada oknum yang salah di antara mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun