Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Sarjana, 1 SMA, dari Bertani di Tanah Warisan Kakek Nenek untuk Ayah

24 Juni 2022   18:06 Diperbarui: 25 Juni 2022   07:20 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaga Stok Pangan: Foto doc. Kominfo.Jatimprov.go.id

Sekali seminggu saya pulang ke kampung untuk menjemput uang belanja. Bila pulang saya pun membersihkan rumah dan pekarangannya. Semua pakaian kotor dicuci dan disetrika. Pagi senin kembali ke kota. Karena lelah, saya sering libur hari Senin ini. Ibuk kost pun marah-marah.

Awalnya saya kost dengan sepupu. Tapi lagi ada masalah dengan anak ibu kos, kami pindah dan tak serumah lagi dengan sepupu. Di kosan inilah awal saya mengenal novel. Ternyata sungguh mengasikkan membacanya.

Bila libur sayapun membantu umak ke sawah. Agar kulit tak hitam, saya pakai bedak Air Mancur. Sejenis masker bengkoang viva. Ternyata begitu melelahkan bertani. Butuh kesabaran. Dari menabur padi menjadi bakal benih padi. 

mencabut same: sumber foto cetak sawah.antaranews.com
mencabut same: sumber foto cetak sawah.antaranews.com

Ketika mencabut benih padi pinggang terasa sakit. Benih padi dicabut jika sudah sejengkal panjangnya. Dikumpulkan dalam satu ikatan. Umak begitu lihai mencabuti. Tanpa ragu dan tanpa beban. Begitupun kawan-kawan umak. Mereka terampil mencabutinya.

Karena lamban, saya pun berinisiatif mengantar ikatan benih itu ke tengah sawsh.Bapak-Bapak sibuk menancapkan benih-benih itu dengan tunjuk (sejenis bambu juga) sebesar seruling bahan bambunya dengan panjang setelunjuk. Bagian bawahnya dibuat seperti bulan sabit dengan dua ujungnya kiri kanan runcing.

Di lengkungannya inilah benih padi agak 5 batang di selipkan lalu dengan tunjuk itu dicukamkan ke dasar tanah sawah yang lembut.

Pernah saya coba menanam menggunakan tunjuk itu tapi tak berhasil. Ketika sawah yang sudah ditanami anak padi, sawah diperbesar volume airnya. Nah, yang saya tanam mengapung ke permukaan. Lucu buat kita tapi buat ayah marah.

Sejak itu menanam padi tak pernah saya coba lagi. Saya ke sawah ketika menyiangi padi, menyabit padi, dan membersihkannya dengan kipas. Waktu itu semua masih serba manual. Mulai menajak, manyabur same, mancabut same, manunjuk, marbabo, manyemprot, hingga manyabi.

Ketika kuliah, sudah mulai ada bajak dan robot atau perontok padi. Mulailah ringan pekerjaan petani. Harga padi pun mulai naik dan bahan yang dimakan pun juga turut naik. Biasa uang jajan dapur anak kost cukup 12000 sebulan tapi waktu itu tak cukup lagi. Minimal 15000 sebulan.

Sejak menjadi petani hingga menjadi PNS kehidupan itu rasanya memang banyak tantangan. Samalah yang kita rasakan hari ini. Cabai 100.000 sekilo. Ikan 5000 seekor. Tak bisa kita lari tapi harus dihadapi. Ulurkan saja tangan, peluk masalah, toh rezki,maut, jodoh kita di tangan Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun