Berbahasa menunjukkan Kata. Dari Kata bisa terlihat apa karakter kita yang sejatinya. Sebagaimana rumusan:
Pikiran menentukan kata, kata menentukan tindakan, tindakan menentukan kebiasaan, kebiasaan menentukan karakter, karakter menentukan nasib.
Nah dengan rumusan diatas, hanya dengan kata yang kita tulis, pembaca bisa menilai apa karakter kita. Dan kalau sudah ketahuan karakternya, tentu ini menentukan nasib tulisan kita. Apakah menarik untuk dibaca, wah ini tulisannya keren abis, atau yang apes... mending dilewat sajalah!
Oleh karena itu jadikanlah tulisan kita yang sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia yang benar. Sehingga kenyamanan para pembaca saat membaca tulisan-tulisan kita tercipta. Bagaimanapun juga Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu disaat perbedaan menyerta diantara kita.
Sehingga dengan menggunakan kata baku yang benar dalam setiap tulisan kita, maka tulisan kitapun menjadi kaya akan makna bagi para pembaca budiman dalam keberagaman.
2. Menyingkat kata saat menulis dan Typo atau salah ketik
Saya bertirakat untuk tidak menyingkat kata, dan yang paling sulit adalah untuk tidak melakukan Typo saat menulis. Karena pembaca bisa menilai karakter kita dari penulisan kita tersebut, terutama saat meninggalkan komentar di Kompasiana ini.
Saya sering menemukan sahabat penulis yang menulis kata semoga menjadi smg, kata memang menjadi mmg, kata yang menjadi yg. Pertanyaan besarnya, kenapa tidak melimpahkan kata yang ditulis, atau kita memang terbiasa irit saat menulis? Apakah irit dalam menulis juga menunjukkan kebiasaan hidup kita saat berkehidupan? Bahkan menunjukkan itulah karakter kita yang demikian sehari-hari?
Menyingkat kata boleh-boleh saja sih sahabat, asalkan diterima dan diakui maknanya secara universal. Tidak hanya dipahami oleh diri sendiri sahaja.
Demikian juga saat Typo. Typo sejatinya sangat-sangat berbahaya dan dapat menimbulkan permasalahan mengerikan. Satu huruf hilang di kata yang kita tulis bisa menyebabkan hilangnya selera membaca dari para pembaca setia kita. Seperti contoh, kata kontrol hilang huruf r nya. Pasti terbayang pemaknaan para pembaca atas tulisan tersebut. Masih untung kalau bijak dalam memaknai, lah kalau memaknai saat pikiran pembaca lagi belok, apa jadinya?
Typo besar kemungkinan terjadi karena kita terlalu tergesa-gesa saat menulis. Nah, kalau menulis kata saja sudah tergesa-gesa. Apakah itu juga menunjukkan kebiasaan tergesa-gesa dalam berkehidupan? Bahkan sudah menjadi karakter kita sehari-hari? Hayo lo.
3. Terlalu banyak heading yang tidak diperlukan
Inilah kebiasaan buruk yang saya sering lakukan di tulisan saya sebelumnya. Yang tadinya menurut saya agar memberikan kesan tulisan yang berseni. Para pembaca budiman malah dibuat bingung oleh kelakuan saya ini!