Mohon tunggu...
Ria Agustina
Ria Agustina Mohon Tunggu... Blogger

Mencatat perjalanan sebagai pengingat dan bagian dari pembelajaran kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Firman Muntaco, Masyarakat Betawi, dan Wisata Keliling Jakarta Tempo Dulu melalui Kumcer "Gambang Jakarte"

18 Juli 2025   21:56 Diperbarui: 20 Juli 2025   07:18 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Gambang Jakarte (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Banyak pesan-pesan khas orang tua kepada anak-anaknya. Nasihat sebagai bentuk cinta, dari orang tua yang menginginkan anak-anaknya menjalani kehidupan dan memiliki masa depan lebih baik.

Beberapa cerpen menampilkan interaksi harmonis nan indah masyarakat multietnis. Misalnya pada cerpen berjudul “Cap Gow Meh” yang menceritakan suasana malam jelang perayaan Cap Gow Meh di Senen. Juga pada cerpen berjudul "Guah..Tu", di mana delapan orang penumpang bercakap seru, dalam perjalanan oplet dari Tanah Abang menuju Kebayoran Lama.

Humor dan Kritik Sosial

Humor bukan sekadar humor. Tatkala disajikan oleh seorang yang intuitif, kritis, adaptif, memiliki kecintaan dan dedikasi, serta menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik.

Firman Muntaco memiliki penguasaan luar biasa terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di kehidupan keseharian. Baik itu bermasyarakat maupun bernegara. Multisektor menjadi bahasannya. Ekonomi, keuangan, politik, kesehatan, teknologi, pariwisata juga kebudayaan.

Keresahan yang ditangkapnya, pada kondisi, pada pergeseran budaya di kalangan muda-mudi, pada ketidakadilan, adanya kesenjangan, inkonsistensi oknum aparat, dituangkan melalui tulisan berupa cerita pendek.

Dan humor ia gunakan sebagai media penyampai pesan yang efektif.

Dengan bahasa  sederhana, humor bisa dipahami dan diterima dengan mudah oleh pembaca. Secara luas bahkan di berbagai lapisan masyarakat.

Tokoh-tokoh ceritanya benar-benar orang kecil, yang perasaan, pikiran, sikap dan kecenderungannya bukan priyayi tetapi Firman Muntaco mampu menyampaikannya dalam genre sastra yang paling sulit, yakni humor. (Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono)

Buku Gambang Jakarte (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Buku Gambang Jakarte (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Firman Muntaco dan Konsistensi Menulis

Firman Muntaco menulis secara teratur semasa hidupnya. Karya cerpennya banyak dimuat di berbagai surat kabar yang populer pada masa itu. Sebagian dimuat di surat kabar Berita Minggu, pada kolom Tjermin Djakarte, yang kemudian menjadi Gambang Djakarte.

Semasa hidup, dalam salah satu seminar di Universitas Indonesia, ia menyampaikan bahwa ia mencintai kehidupan masyarakat sederhana di sekitarnya. Yakni masyarakat perkampungan, terutama pribumi asli yang disebut orang Betawi.

Ia menangkap ide dari hal-hal yang dekat. Kejadian sehari-hari, kisah seputar kehidupan yang banyak dialami masyarakat Betawi pada umumnya. Kemudian ia munculkan dalam bentuk tulisan yang bersifat menghibur, informatif, edukatif, sekaligus menyampaikan pesan positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun