Banyak pesan-pesan khas orang tua kepada anak-anaknya. Nasihat sebagai bentuk cinta, dari orang tua yang menginginkan anak-anaknya menjalani kehidupan dan memiliki masa depan lebih baik.
Beberapa cerpen menampilkan interaksi harmonis nan indah masyarakat multietnis. Misalnya pada cerpen berjudul “Cap Gow Meh” yang menceritakan suasana malam jelang perayaan Cap Gow Meh di Senen. Juga pada cerpen berjudul "Guah..Tu", di mana delapan orang penumpang bercakap seru, dalam perjalanan oplet dari Tanah Abang menuju Kebayoran Lama.
Humor dan Kritik Sosial
Humor bukan sekadar humor. Tatkala disajikan oleh seorang yang intuitif, kritis, adaptif, memiliki kecintaan dan dedikasi, serta menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik.
Firman Muntaco memiliki penguasaan luar biasa terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di kehidupan keseharian. Baik itu bermasyarakat maupun bernegara. Multisektor menjadi bahasannya. Ekonomi, keuangan, politik, kesehatan, teknologi, pariwisata juga kebudayaan.
Keresahan yang ditangkapnya, pada kondisi, pada pergeseran budaya di kalangan muda-mudi, pada ketidakadilan, adanya kesenjangan, inkonsistensi oknum aparat, dituangkan melalui tulisan berupa cerita pendek.
Dan humor ia gunakan sebagai media penyampai pesan yang efektif.
Dengan bahasa sederhana, humor bisa dipahami dan diterima dengan mudah oleh pembaca. Secara luas bahkan di berbagai lapisan masyarakat.
Tokoh-tokoh ceritanya benar-benar orang kecil, yang perasaan, pikiran, sikap dan kecenderungannya bukan priyayi tetapi Firman Muntaco mampu menyampaikannya dalam genre sastra yang paling sulit, yakni humor. (Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono)
Firman Muntaco dan Konsistensi Menulis
Firman Muntaco menulis secara teratur semasa hidupnya. Karya cerpennya banyak dimuat di berbagai surat kabar yang populer pada masa itu. Sebagian dimuat di surat kabar Berita Minggu, pada kolom Tjermin Djakarte, yang kemudian menjadi Gambang Djakarte.
Semasa hidup, dalam salah satu seminar di Universitas Indonesia, ia menyampaikan bahwa ia mencintai kehidupan masyarakat sederhana di sekitarnya. Yakni masyarakat perkampungan, terutama pribumi asli yang disebut orang Betawi.
Ia menangkap ide dari hal-hal yang dekat. Kejadian sehari-hari, kisah seputar kehidupan yang banyak dialami masyarakat Betawi pada umumnya. Kemudian ia munculkan dalam bentuk tulisan yang bersifat menghibur, informatif, edukatif, sekaligus menyampaikan pesan positif.