Ratna melangkah pelan menuju sudut ruangan, kedua matanya memindai satu persatu wajah orang dengan pose rapi di dalam bingkai foto yang menempel pada dinding. Tiba-tiba wangi melati menguar kuat diikuti suara sapaan.
   "Temannya Yuli, ya?"
   Dengan cepat Ratna membalikkan badan, tapi justru harumnya Melati semakin menusuk ke penciuman. Tanpa menghiraukan napasnya yang semakin sesak, Ratna memberikan senyum ramah dan menjabat tangan seorang nenek renta yang duduk di kursi roda.
   "Nenek !" seru Yuli yang muncul dari dapur membawa baki dengan dua gelas es sirup di atasnya. "Nenek kan sedang sakit, seharusnya istirahat di kamar."
   Setelah meletakkan baki di atas meja, Yuli segera mendorong kursi roda membawa sang nenek kembali menuju kamarnya. Ratna mulai sedikit lega karena bisa bernapas dengan lapang. Wangi Melati perlahan memudar. Dia kembali duduk di kursi menatap cincin perunggu yang melingkar di jari manisnya.
 Â
  "Maaf ya, kamu menunggu lama," ucap Yuli, berjalan mendekat duduk di samping Ratna setelah lima menit yang lalu mengantarkan neneknya ke kamar.
   "Ah, tidak apa-apa," sahut Ratna dengan seulas senyum. "O iya, sampai lupa. Ini kartu undangan acara reuninya. Jangan lupa harus datang dengan dress code hitam putih," sambung Ratna berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
   Yuli menerima undangan berwarna cokelat yang disodorkan Ratna. Dibacanya sekilas tulisan di dalamnya dan bertanya, "Ini acaranya tiga hari lagi?"
   "Iya, harus datang loh!"
   "Siap !" sahut Yuli disertai tertawa renyah. "Ayo, silakan diminum, Na."
   Ratna mengangguk, mengambil gelas di atas meja dan menyesapnya perlahan. Mereka pun kembali berbincang tentang banyak hal, mengenai masa SMA yang indah dan cita-cita yang masih ingin dikejar.
***