Mohon tunggu...
rhayhani salsabila
rhayhani salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswi Fakultas Agama Islam program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Menjadi mahasiswi dengan prodi PGMI sangat membakar semangat pada dalam diri karena sebagai calon pendidik dalam perwujudan generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter islami.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebudayaan Petik Laut di daerah Pesisir Paiton Kabupaten Probolinggo

21 Januari 2025   14:33 Diperbarui: 21 Januari 2025   14:32 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang beragam, baik dari segi budaya maupun sosial. Keberagaman bangsa di Indonesia meliputi berbagai aspek seperti agama, bahasa, dan tradisi social budaya. Bangsa kita kaya akan ragam budaya dan tradisi yang senantiasa berkembang diantara para penerus hingga saat ini. Penduduk Indonesia, yang merupakan salah satu masyarakat paling majemuk di dunia karena keunikan yang berbeda-beda di setiap wilayah yang tersebar. Faktor etnis, agama, budaya, dan letak geografis memengaruhi keberagaman tradisi ini, yang pada gilirannya membentuk karakteristik masing-masing daerah. Tradisi dan adat istiadat yang dipengaruhi oleh letak geografis ini umumnya ditemukan pada masyarakat yang tinggal di lereng gunung atau di daerah pesisir pantai. 

Adat merupakan konsep kebudayaan yang mencakup nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan, lembaga, dan hukum adat yang umum dijalankan di suatu daerah. Secara sederhana, tradisi merujuk pada hal-hal yang sudah dilakukan sejak dulu kemudian menjadi bagian dari kehidupan berbangsa suatu penduduk, berkaitan dengan daerah, budaya, waktu, dan agama yang serupa. Hal terpenting merupakan informasi yang senantiasa berkembang dari waktu ke waktu, baik secara tulisan maupun lisan, sebab tanpa adanya penyampaian ini, adat atau tradisi bisa punah. Tradisi petik laut biasanya dipimpin oleh para sesepuh atau tokoh desa di daerah yang melaksanakannya, dan biasanya diadakan pada bulan Muharram atau Suro. Masyarakat yang menjalankan tradisi ini percaya bahwa jika tidak melaksanakannya, bisa terjadi peristiwa buruk seperti perahu tenggelam, hasil laut yang menurun, bahkan bencana alam seperti gempa atau tsunami. Oleh karena itu, masyarakat pesisir sangat menjaga kelangsungan tradisi ini, terutama mereka yang sudah lama menjalankannya, untuk menghindari dampak negatif jika tradisi ini terabaikan (Hamidah, 2024). 

Tradisi petik laut ini mengandung nilai-nilai penting untuk menjaga kelestarian laut dan sumber daya alamnya. Nilai-nilai yang ada dalam tradisi ini meliputi gotong royong, sosial, estetika, dan religius. Tradisi ini dilaksanakan selama tiga hari; hari pertama diisi dengan pengajian seperti pembacaan Yasin dan tahlil, hari kedua dengan khataman Al-Qur'an, dan hari ketiga menjadi puncak acara dengan pelarungan sesajen ke laut. Seluruh kegiatan ini dilakukan bersama-sama, yang memperlihatkan nilai kebersamaan, gotong royong, sosial, estetika, dan religious (Hamidah,2024).

Upacara petik laut mengandung berbagai nilai, seperti gotong royong, sosial, estetika, dan religius. Masyarakat nelayan memanfaatkan waktu luangnya untuk saling membantu dalam mempersiapkan kebutuhan upacara, seperti menyiapkan sesaji. Hal ini mencerminkan nilai gotong royong, di mana mereka bekerja bersama untuk memastikan kelancaran acara. Selain itu, nilai sosial juga terlihat dalam interaksi masyarakat yang saling membutuhkan bantuan untuk mempersiapkan upacara besar ini, dari persiapan awal hingga pelaksanaan pelarungan sesaji. 

Meskipun masyarakat yang terlibat beragam, upacara ini tetap mempererat ikatan persaudaraan dan persahabatan di antara mereka.Nilai estetika hadir dalam upacara ini melalui dekorasi perahu nelayan yang berpartisipasi dalam iring-iringan larung sesaji, serta pementasan tarian gandrung dan lagu-lagu yang memberikan sentuhan keindahan dan kesakralan pada ritual tersebut. Nilai religius juga tercermin dari pembacaan doa yang dilakukan selama upacara, yang bertujuan untuk memohon kelancaran dan keselamatan. Doa-doa yang dibaca dalam bahasa Arab, Jawa, dan Madura mengandung nilai religius, khususnya ajaran Islam. Salah satu doa yang dibaca adalah surat Yasin, yang memohon kelancaran hidup di dunia dan akhirat. Meskipun upacara petik laut sudah ada sejak zaman prasejarah, dalam perkembangannya upacara ini tetap mencerminkan permohonan kepada Tuhan. Beberapa nilai religius dalam upacara ini adalah permohonan agar hasil laut melimpah, permohonan perlindungan dan keselamatan, ungkapan syukur atas hasil laut yang melimpah, serta upaya menanamkan kecintaan terhadap laut agar kelestariannya terjaga dan bermanfaat bagi masyarakat (Hamidah,20

24).

Acara petik laut juga dikenal dengan adanya upacara tradisional yang melibatkan pemimpin adat, tokoh masyarakat, dan nelayan senior. Upacara ini biasanya diikuti dengan doa bersama, meminta kepada Tuhan agar para nelayan selalu diberikan keselamatan di laut dan hasil tangkapan yang melimpah. Proses pelepasan kapal ke laut merupakan simbol dari harapan yang ditanamkan oleh masyarakat bahwa kehidupan mereka akan terus bergantung pada hasil laut yang berkah. Selama perayaan petik laut, berbagai kegiatan ekonomi juga berjalan seiring dengan acara budaya tersebut. Sebagai contoh, selain pameran UMKM yang menampilkan produk lokal dari masyarakat pesisir seperti kerajinan tangan, makanan khas daerah, dan ikan olahan, pasar malam juga menjadi bagian dari acara yang sangat dinantikan. Banyak pedagang yang memanfaatkan momen ini untuk berjualan, mulai dari makanan tradisional hingga barang-barang lainnya yang menarik pengunjung. Hal ini memberikan dampak langsung pada peningkatan perekonomian lokal.

Kegiatan lainnya yang turut melibatkan masyarakat adalah lomba perahu hias, yang menjadi bagian dari hiburan rakyat yang juga tak kalah menarik. Lomba ini tidak hanya melibatkan nelayan, tetapi juga komunitas lainnya seperti pelajar dan organisasi masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan bahwa petik laut memiliki sifat inklusif, di mana semua elemen masyarakat dapat berpartisipasi dan merayakan kebersamaan. Petik laut juga memberi kesempatan bagi masyarakat dari luar daerah untuk mengenal lebih dekat budaya pesisir Paiton. Keikutsertaan nelayan dari Madura, Besuki, dan daerah lain menunjukkan bahwa tradisi ini tidak hanya terfokus pada masyarakat setempat, tetapi telah berkembang menjadi sebuah ajang pertukaran budaya dan kerjasama antar wilayah pesisir. Dengan semakin banyaknya nelayan dan masyarakat dari luar yang ikut berpartisipasi, petik laut semakin menunjukkan relevansinya sebagai acara yang mempererat hubungan sosial dan budaya antar masyarakat pesisir di berbagai daerah.

Dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah setempat maupun sponsor dari perusahaan swasta, menjadi faktor penting dalam suksesnya acara ini. Selain itu, perhatian khusus terhadap kelestarian lingkungan juga menjadi bagian dari pelaksanaan acara petik laut. Misalnya, di beberapa kegiatan, masyarakat diajak untuk turut menjaga kebersihan laut dan lingkungan sekitar, agar hasil laut yang mereka andalkan tetap terjaga keberlanjutannya. 

Dengan berjalannya waktu, tradisi petik laut di Paiton semakin mendapat pengakuan dan perhatian, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Acara ini telah berkembang menjadi salah satu daya tarik wisata yang tidak hanya berfokus pada budaya, tetapi juga potensi ekonomi yang besar. Dalam hal ini, pelaksanaan petik laut tidak hanya menguatkan nilai-nilai budaya lokal, tetapi juga memberikan peluang bagi masyarakat pesisir untuk meningkatkan taraf hidup melalui partisipasi dalam ekonomi kreatif dan pariwisata. Secara keseluruhan, tradisi petik laut di Paiton bukan hanya sekadar perayaan budaya, tetapi juga merupakan kegiatan yang menyatukan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan spiritual. Dengan keberlanjutan acara ini, diharapkan tradisi petik laut dapat terus menjadi bagian penting dalam mempertahankan identitas budaya pesisir dan memperkuat perekonomian local. (Kompasiana.com)

Beberapa nilai budaya dan sosial yang dapat ditemukan dalam tradisi petik laut:

1. Nilai Spiritual dan Religius

Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat pesisir menjaga hubungan spiritual dengan alam dan Tuhan. Sebelum pelepasan kapal ke laut, ada upacara doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat atau pemuka agama setempat, di mana mereka memohon keselamatan bagi para nelayan dan hasil laut yang melimpah. Hal ini mencerminkan rasa syukur masyarakat atas segala rezeki yang diberikan oleh laut dan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Nilai Gotong Royong

Semua elemen masyarakat, baik nelayan, ibu rumah tangga, hingga anak-anak, ikut berpartisipasi dalam menyukseskan acara ini. Keharmonisan dalam bekerjasama ini memperlihatkan bahwa nilai gotong royong tetap menjadi pondasi yang penting dalam kehidupan sosial masyarakat pesisir.

3. Nilai Kebersamaan dan Persatuan

Hal ini tercermin dalam pelaksanaan acara yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, seperti nelayan, pedagang, hingga siswa sekolah yang ikut berpartisipasi dalam berbagai lomba dan kegiatan. Acara petik laut juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan antar warga yang mungkin jarang bertemu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melibatkan berbagai pihak, acara ini membantu menciptakan rasa persatuan dan kekeluargaan yang kuat di antara mereka.

4. Nilai Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat

Melalui pameran UMKM, pasar malam, dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya, petik laut menjadi ajang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Banyak produk lokal yang dipromosikan dan dijual selama acara ini, seperti hasil olahan ikan, kerajinan tangan, dan makanan tradisional. Dengan adanya pasar malam dan hiburan rakyat, masyarakat bisa memperoleh pendapatan tambahan, sementara para pengunjung atau wisatawan dapat menikmati produk-produk khas daerah. Ini adalah bentuk pemberdayaan ekonomi yang memberikan dampak langsung bagi kehidupan masyarakat lokal, terutama bagi pelaku UMKM dan pedagang kecil.

5. Nilai Edukasi dan Pelestarian Lingkungan

Selain sebagai ajang perayaan dan perekonomian, petik laut juga mengandung nilai edukasi, terutama dalam hal pelestarian lingkungan. Pada beberapa kegiatan yang diselenggarakan selama acara, masyarakat diajarkan tentang pentingnya menjaga kelestarian laut dan lingkungan sekitar. Misalnya, dalam beberapa sesi, nelayan dan masyarakat diberi pemahaman tentang cara memelihara keberlanjutan sumber daya laut, termasuk cara-cara yang ramah lingkungan dalam menangkap ikan. Hal ini penting agar hasil laut tetap terjaga dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Dalam konteks ini, petik laut tidak hanya sebagai sebuah tradisi, tetapi juga sebagai sarana untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam.

6. Nilai Keberagaman dan Inklusi Sosial

Petik laut juga menggambarkan nilai keberagaman dan inklusi sosial yang sangat kental dalam kehidupan masyarakat pesisir. Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi ini telah berkembang menjadi acara yang mengundang berbagai pihak dari luar daerah, seperti nelayan dari Madura, Besuki, dan daerah pesisir lainnya. Hal ini tidak hanya memperkaya acara, tetapi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berinteraksi dan belajar satu sama lain, menghapus batas-batas sosial dan budaya yang ada. Masyarakat Paiton, melalui petik laut, menunjukkan bahwa mereka terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak demi menciptakan harmoni dan kesejahteraan bersama.

Tradisi tahunan "Petik Laut" di Paiton, Kabupaten Probolinggo, adalah bentuk penghormatan masyarakat pesisir terhadap laut sebagai sumber kehidupan, yang diwujudkan melalui rangkaian kegiatan adat, doa bersama, dan pelepasan kapal ke laut. Tradisi ini tidak hanya menjadi ungkapan rasa syukur dan harapan akan keberkahan, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya seperti spiritualitas, gotong royong, kebersamaan, dan pelestarian lingkungan. Selain itu, acara ini mendukung perekonomian lokal melalui pameran UMKM dan aktivitas perdagangan, serta menjadi ajang mempererat hubungan sosial dan memperkenalkan budaya pesisir kepada masyarakat luas. Petik laut adalah simbol keberlanjutan warisan budaya yang mengintegrasikan aspek spiritual, sosial, dan ekonomi masyarakat Paiton.

---

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun