Salah satu permasalahan Generasi Z yang sulit dihadapi serta dapat berdampak dalam kehidupan sosial, ekonomi dan kehidupan mereka di masa depan adalah banyaknya pembahasan mengenai krisis mental yang dialami oleh generasi Z melalui tekanan Digital. Krisis mental pada gen z ini banyak di alami oleh anak kelahiran 2000-2010 yang diharapkan bisa memimpin Indonesia Emas 2045. Akan tetapi, jika banyak anak yang mengalami krisis mental sedikit kemungkinan mereka dapat mencapai Indonesia emas 2045. Faktor ini biasanya dikarenakan oleh masalah perubahan hidup, tekanan emosional, stress berlebihan, maraknya cyberbullying, penggunaan sosial media yang berlebihan, ketergantungan pada perangkat elektronik, serta kecemasan sosial. Beberapa faktor tersebut diperoleh di era teknologi digital, dimana generasi z ini mudah terpengaruh terhadap sosial media.
Generasi Z memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya dan lebih rentan terhadap gangguan kesehatan mental, salah satunya karena penggunaan sosial media yang tidak tepat seperti membuat konten negatif, pemberian komentar negatif, serta oversharing  yang dimana kegiatan tersebut dapat memicu tekanan emosional dan dapat berakibatkan gangguan kesehatan mental. Generasi z yang selalu bersinggungan dengan tren berkembangnya digital membuat hal itu memicu krisis mental, salah satunya dari akibat oversharing yang cenderung dilakukan oleh generasi z. Generasi z yang sudah mulai mengekspresikan diri mereka di social media tanpa disadari menjadi boomerang untuk diri sendiri karena oversharing dengan keadaan dan kehidupan pribadinya. Hal ini biasanya dipicu karena kurangnya validasi atas kondisi yang dialami, ingin mencari kebenaran, merasa bahwa tidak ada tempat untuk bercerita, lalu jika sesuatu yang dibagikan tidak sesuai dengan ekspektasi atau respon dari social media tidak sesuai, bahkan pemberian kritik yang memicu tekanan emosional, hal tersebut dapat membuat seseorang merasa tertekan karena tidak mendapatkan validasi atas keinginannya. Dalam oversharing juga dapat memuncukan komentar komentar yang tidak diharapkan, bullying disosmed atas oversharing yang diberikan, berfikir berlebihan karena tidak sesuai harapan, kecemasan social karena mendapat tekanan tekanan tersebut. Generasi Z memang sangat mudah terbawa arus dan menggiring opini dari informasi yang didapat, semakin sering memberikan informasi kehidupan pribadi di social media, semakin banyak juga opini yang didapat serta semakin membuat seseorang terkena tekanan mental atas opini opini yang tidak diinginkan secara sadar.
Dampak tekanan digital, terutama akibat cyberbullying, dapat sangat merusak kesehatan mental remaja. Stres yang ditimbulkan seringkali mengganggu konsentrasi, minat, dan kehidupan sosial mereka, serta bisa menyebabkan masalah fisik seperti sakit kepala atau gangguan tidur. Selain itu, kecemasan yang berlebihan muncul karena perasaan takut dan tidak aman akibat ancaman atau perlakuan negatif yang berkelanjutan. Remaja yang menjadi korban cyberbullying juga berisiko mengalami depresi, yang ditandai dengan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari, perasaan sedih yang mendalam, dan kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Dampak yang lebih serius lagi adalah munculnya pemikiran untuk bunuh diri, yang dapat timbul ketika remaja merasa putus asa dan tidak mampu mengatasi tekanan yang mereka rasakan. Mengingat besarnya dampak ini, penting untuk memberikan dukungan psikologis dan intervensi yang tepat, baik dari keluarga, sekolah, maupun profesional, untuk mencegah konsekuensi yang lebih parah.
Dari dampak yang terlihat, perlunya pencegahan yang optimal agar dapat mengurangi resiko terjadinya mentaldown. Generasi z banyak melakukan hal hal di social media tanpa pikir Panjang, lalu terkena dampak negative nya tetapi biasanya tidak ingin menerima atas dampak yang diperbuat, oleh karena itu, sebelum seseorang berbuat aktivitas di social media, perlunya pencegahan seperti :
1. Jangan Terlalu Sering Posting
 Seperti kata pepatah, tidak akan ada asap jika tidak ada api. Kita tidak bisa mengatur komentar seseorang dalam setiap postingan yang kita bagikan, tetapi kita bisa  mengelola apa saja yang akan kita bagikan di sosial media.
2. Batasi Komentar yang Tidak Penting
Janga memperburuk suasana komentar, dengan selalu balas-membalas dalam postingan. Dan jika ingin berkomentar biasakan menggunakan empati dan tidak menghakimi, karena kita tidak tau apa yang sedang dialami seseorang dalam postingan tersebut.
3. Batasi Penggunaan Media Sosial
Terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial bisa meningkatkan penggunaan yang tak perlu. Seperti melihat konten konten yang memicu perdebatan dan melibatkan kubu kubu, terpengaruhi dengan konten yang dilihat hanya beberapa detik tanpa tau kebenarannya. Lebih baik memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan diri sendiri.
4. Jangan Mudah Terpancing