Mohon tunggu...
Rahmat Farizal
Rahmat Farizal Mohon Tunggu... -

sederhana saja, Aksi dan Inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mahasiswa dan Sebuah Narasi Besar

29 Desember 2017   00:55 Diperbarui: 29 Desember 2017   01:21 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal (serta pengorbanan) merupakan karakter yang melekat pada pemuda. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertakwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal (dan pengorbanan) adalah kemauan yang kuat. Hal itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda".(Imam Hasan Al Banna)

Mahasiswa adalah tema yang tiada pernah habis untuk diperbincangkan, dari meja-meja diskusi, dari panggung demi panggung orasi menyoal mahasiswa, lembar demi lembar artikel serta tulisan tentang mahasiswa rasanya tidak pernah cukup menjelaskan secara utuh akan potensi besar yang terdapat didalam dirinya. Kisah demi kisah heroik pun menggema sampai saat ini acap kali tak mampu membangunkan mahasiswa dari tidur panjangnya. Tidur yang begitu pulas hingga ia lupa akan jati dirinya sendiri.

Lihatlah bagaimana hari ini mahasiswa di eluh-eluhkan, kehadirannya dinantikan seolah rakyat kehilangan sosok mahasiswa padahal ia setiap harinya ada 'me-nyenceng' tas berisi laptop dengan pakaian 'stylish' tak lupa parfum yang wanginya semerbak serta 'Pomade' bagi para pria agar rambut licin sepanjang hari. Ya mahasiswa ada setiap saat, setiap waktu, tapi hadirnya tidak dirasakan oleh Rakyat.

Dewasa kini, Mahasiswa harus 'melek' akan sejarah karena pada kenyataannya tak bisa dipungkiri bahwa pemuda dan mahasiswa adalah pemilik saham terbesar bagi bangsa ini. Bahkan sebelum Negara ini lahir, Bangsa Indonesia telah ada dengan pemuda sebagai tonggaknya. Lihatlah jejak sejarah itu tertulis rapi dalam sebuah naskah Sumpah Pemuda. Yang dalam isinya jelas dikatakan"Kami putera dan putri Indonesia mengaku bangsa yang satu bangsa Indonesia".

Ini adalah jejak sejarah. Itulah mengapa Indonesia disebut Bangsa-Negara (Nation-State) karena Bangsa Indonesia lebih dulu ada daripada Negera Indonesia. Maka dalam sejarah ini pula tak bisa ditampik bahwa pemuda adalah aktor utama dibalik lahirnya Indonesia. Pada era penjajahan, kemerdekaan, angkatan 66, sampai peristiwa reformasi pun selalu di gawangi oleh pemuda dan mahasiswa, maka jelaslah bahwa mereka adalah pemegang saham terbesar Indonesia dan mereka pula yang akan menjadi pewaris peradaban selanjutnya.

Bila kita menelisik lebih jauh dari mana datangnya Kemampuan menuliskan sejarah yang dimiliki para pemuda, maka kita akan menemukan sebuah fakta bahwa semua itu ternyata telah ada didalam diri pemuda dan mahasiswa. Namun mayoritas mahasiswa kini telah kehilangan jati dirinya yang membuat ia seperti hilang di telan bumi. Mari kembali pada kodratmu wahai mahasiswa, golongan orang-orang sedikit karena hanya tiga persen saja penduduk Indonesia yang mampu merasakan bangku kuliah.

Seorang pemuda dan tokoh pembaharu islam, Imam Hasan Al Banna mengatakan"Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal (serta pengorbanan) merupakan karakter yang melekat pada pemuda. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertakwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal (dan pengorbanan) adalah kemauan yang kuat. Hal itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda".

Dilihat dari uraian diatas, maka tentu bisa kita tarik sebuah kesimpulan bahwa pemuda dan mahasiswa harus mewarnai dirinya dengan Pemikiran dan daya Kritis, karena ia dipenuhi dengan nuansa intelektual yang tinggi serta dikelilingi oleh lingkungan ilmiah.

Maka untuk memiliki daya kritis dan Intelektualitas, jadilah mahasiswa yang kuat rasa keyakinan pada dirinya sebuah keyakinan bahwa esok akan jauh lebih baik dan kemenangan akan lahir ditangan kita, selanjutnya memilikilah keikhlasan karena kualitas karya akan di ukur dari seberapa ikhlas para pengukirnya, kemudian semangat berkontribusi merealisasikan ide-ide besar dalam dirinya serta rela berkorban demi kebaikan yang lebih luas.

Berbicara tentang daya kritis dan Intelektualitas yang dimiliki oleh seorang mahasiswa, tentu akan berbicara tentang sebuah kemampuan untuk mengevaluasi setiap permasalahan serta menyusun sebuah langkah strategis demi kebaikan yang lebih besar. Maka hal tersebut akan berbicara tentang Sebuah Narasi.

Gagasan atau ide adalah istilah yang dipakai baik secara populer maupun dalam bidang filsafat dengan pengertian umum "citra mental" atau "pengertian".Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ide/gagasan adalah rancangan yang tersusun di pikiran. Gagasan akan melahirkan yang mananya konsep. Sementara narasi adalah kumpulan konsepsi dan peristiwa yang disusun berdasarkan ukuran waktu.

Maka seorang mahasiswa wajib memiliki Narasi didalam hidupnya, sebuah Narasi Besar yang dibuat secara matang dan utuh. Kemudian di ejawantahkan secara detail pada tataran teknis dilapangan dengan orientasi untuk kebermanfaatan bagi orang banyak.

Setidaknya ada dua hal saja yang harus dilakukan mahasiswa agar ia mampu menemukan serta membuat Narasi yang besar dalam hidupnya, dua hal tersebut adalah sebagai berikut :

Pahami dirimu seutuhnya

Seorang mahasiswa sebelum memahami perannya secara sempurna, ia harus selesai degan urusan pribadi pada dirinya. Maka mulailah dari hal yang paling dasar yaitu evaluasi diri. Dengan usia yang telah diberikan oleh allah SWT apa kontribusi yang telah kita berikan untukNya, untuk Agama serta bagi bangsa ini.

Evaluasi diri dilakukan secara komperhensif mulai dari usia sampai sebuah analisa akan kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri. Tuliskan secara jujur dan apa adanya setiap hal yang ada pada diri kita. Selanjutnya buatlah proposal hidup. Banyak artikel yang membahas tentang bagaimana membuat proposal hidup, pada hakikatnya proposal hidup berisi rancangan kehidupan kita dalam jangka waktu yang telah di tentukan semisal lima sampai sepuluh tahun kedepan. Proposal hidup akan melahirkan sebuah tujuan besar dari hidup kita.

Kemudian asahlah bakat-bakat mu, karena setiap kita punya potensi namun terkadang tak banyak orang menyadarinya. Maka sebagai modal bagi kehidupan asahlah bakat dasarmu. Seperti belajar berkendara, memainkan alat musik, berenang, menjalankan software, keahlian bela diri, Bahkan sampai keahlian berbahasa asing. Karena itu semua pada waktunya nanti akan berguna bagi kita .

Penulis bukanlah orang yang telah mampu menjalankan seutuhnya, kita semua sama harus menjadi manusia pembelajaran kapanpun dan dimanapun.

Membaca peristiwa yang terjadi saat ini

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan"(QS. Al Alaq : 1)

Siapa yang tak hafal dengan ayat satu ini, ayat pertama yang turun kepada Rasulullah SAW sebagai penanda perjalanan beliau menjadi seorang Nabi. Secara gamblang kita melihat dalam sirohnya bahwa saat Rasulullah mendapatkan wahyu beliau adalah seorang yang buta huruf dan tak mampu menulis, sehingga ada sebuah dialog kecil yang terjadi saat wahyu itu ditiupkan oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah.

Muhammad mengatakan kepada jibril bahwa ia tak bisa membaca dan menulis tapi malaikat jibril masih saja menyebutkaniqra'kepada Muhammad. Maka bila kita coba telaah lebih dalam makna percakapan tersebut, kita akan memahami bahwa apa yang di inginkan Allah SWT melalui malaikat jibril kepada Muhammad adalah agar ia mampu membaca zaman, membaca arah jalannya sejarah serta mampu menentukan arah masa depan.

Membaca Peristiwa yang terjadi saat ini atau yang biasa disebut membaca zaman adalah sebuah proses memahami lebih jauh bagaimana kondisi dunia saat ini dalam tataran global, atau bangsa Indonesia itu sendiri dan dalam skup yang lebih kecil adalah memahami dinamika kampus yang terjadi saat ini. Maka kaidah awal dalam membangun sebuah Narasi besar adalah membuatnya dari skup yang besar minimal untuk bangsa dan negara ini.

Sehingga kita memahami bahwa hadirnya mahasiswa ditengah masyarakat adalah menjadi pemecah masalah (Problem Solver) bukan malah membuat masalah (Trouble Maker). Mahasiswa seharusnya mengimplementasikan gelar besarnya pada kebermanfaatan yang lebih luas, urusan pribadi adalah hal yang lumrah dimiliki oleh seorang mahasiswa namun jangan sampai mengaburkan tugas kita sebenarnya yang tertuang dalam tiga fungsi besar yaituagent of change, social control dan iron stock. Lalu jalankan step-step nya sampai hal yang  terkecil atau mendasar.

Bila dalam lima tahun kita menginginkan aktif di organisasi kemahasiswaan serta baik secara akademik, maka susunlah dari hal yang terkecil semisal berapa lama waktu belajar dalam sehari, berapa banyak buku yang dibaca setiap bulan, mendapatkan amanah apa saat di organisasi. Semuanya di runutkan secara detail dan dievaluasi secara berkala.

Ikutilah perkembangan zaman yang ada saat ini, sehingga pendekatan yang harus dilakukan baik dalam organisasi atau bahkan aktivitas kita lainnya sesuai dengan harapan. Dan jadilah pribadi pembelajar yang mampu dengan cepat beradaptasi. Karena sebuah Narasi besar tak akan mampu diciptakan manakala para pelakunya tak siap dengan kondisi dan tantangan zaman yang ada.

Tantangan arus informasi saat ini yang begitu cepat harus dimaksimalkan oleh mahasiswa untuk membaca zaman dan meningkatkan kapasitas dirinya. Karena mau bagaimanapun pada masanya nanti estafet kepemimpinan bangsa ini akan sampai pada kita dan permasalahan yang ada pada bangsa serta dunia global ini akan menjadi beban besar yang harus kita selesaikan pula.

Maka sudah siapkah dirimu wahai mahasiswa ? Jawabnya hanya ada pada narasi besar apa yang kita buat.

Selamat berekspresi !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun