Pernah, walau samar
Rasanya aku berbicara dengan Tuhan
Lambat teringat
Aku ketakutan melihat dunia
Manusia penuh ambisi, menumpuk harta, lalu menghitung-hitungnya
Mereka tertawa terbahak-bahak, suara Adzan dilecehkanya
Membelah jalanan di malam hari, berfoya-foya
Mataku kututup, aku menggigil.
Lalu Tuhan datang, tapi aku tak tahu bagaimana rupanya
Tuhan hanya berbisik padaku agar jangan takut.
Lalu bisikan itu pergi melintas begitu saja
Bilamana aku tak takut Tuhan?
Saat kubuka mataku lagi, manusia mengobarkan peperangan
Saling menerkan, berebut kehormatan, menikmati kerusakan.
Terkutuklah aku.
Hingga Tuhan datang lagi, berbisik padaku agar jangan takut
Benarkah ?
Katanya Tuhan menyertakan seorang malaikat
Aku protes, bagaimana jika malaikat itu lalai
Tuhan berkata “ tidak mungkin malaikat itu lalai, sebab malaikat itu akan menjagamu lebih daripada ia menjaga dirinya”
Aku protes lagi, bagaimana jika malaikat itu tidak mengenaliku ?
Tuhan berkata sambil tersenyum “dia akan lebih mengenalimu dan memahamimu lebih dari dia memahami logikanya”
Aku protes bertubi-tubi,
Bagaimana jika aku tidak bertemu dengannya ?
Tuhan tersenyum, “ Dia akan menemuimu, dalam hadirnya dan dalam doanya “
Aku tersenyum, Tuhan pun tersenyum.
Bagaimana aku mengenalinya ?
Tuhan lalu pergi, namun samar hangat suara-Nya terdengar.
“Jika kau kedunia, kau akan langsung mengenalinya”
Dan sapalah dia dengan sebutan
“Ibu”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H