Mohon tunggu...
Rezza Lazuardi Pratama
Rezza Lazuardi Pratama Mohon Tunggu... lainnya -

Half time officer Full time writer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pernah, Walau Samar

17 April 2016   14:34 Diperbarui: 17 April 2016   14:42 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pernah, walau samar

Rasanya aku berbicara dengan Tuhan

Lambat teringat

 

Aku ketakutan melihat dunia

Manusia penuh ambisi, menumpuk harta, lalu menghitung-hitungnya

Mereka tertawa terbahak-bahak, suara Adzan dilecehkanya

Membelah jalanan di malam hari, berfoya-foya

 

Mataku kututup, aku menggigil.

Lalu Tuhan datang, tapi aku tak tahu bagaimana rupanya

Tuhan hanya berbisik padaku agar jangan takut.

Lalu bisikan itu pergi melintas begitu saja

 

Bilamana aku tak takut Tuhan?

 

Saat kubuka mataku lagi, manusia mengobarkan peperangan

Saling menerkan, berebut kehormatan, menikmati kerusakan.

Terkutuklah aku.

 

Hingga Tuhan datang lagi, berbisik padaku agar jangan takut

Benarkah ?

Katanya Tuhan menyertakan seorang malaikat

Aku protes, bagaimana jika malaikat itu lalai

Tuhan berkata “ tidak mungkin malaikat itu lalai, sebab malaikat itu akan menjagamu lebih daripada ia menjaga dirinya”

 

Aku protes lagi, bagaimana jika malaikat itu tidak mengenaliku ?

Tuhan berkata sambil tersenyum “dia akan lebih mengenalimu dan memahamimu lebih dari dia memahami logikanya”

 

Aku protes bertubi-tubi,

Bagaimana jika aku tidak bertemu dengannya ?

Tuhan tersenyum, “ Dia akan menemuimu, dalam hadirnya dan dalam doanya “

 

Aku tersenyum, Tuhan pun tersenyum.

Bagaimana aku mengenalinya ?

 

Tuhan lalu pergi, namun samar hangat suara-Nya terdengar.

“Jika kau kedunia, kau akan langsung mengenalinya”

Dan sapalah dia dengan sebutan

“Ibu”

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun