Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kehidupan Seks Generasi Muda Milenial yang Minim Perhatian

7 Oktober 2017   17:03 Diperbarui: 9 Oktober 2017   04:30 9337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://lifestyle.kompas.com

Menurut data GoDok, sebuah aplikasi penyedia layanan kesehatan menyatakan bahwa remaja sampai pemuda Indonesia rentang usia antara 16-25 tahun dengan presentase 68 persen rentan perilaku seks bebas. KPAI malah membuat data yang lebih mencengangkan lagi bahwa 63 persen remaja sudah melakukan seks pra nikah. 

Norma masyarakat Indonesia pada umumnya memang menunjukkan bahwa seks dan anak-anak adalah masa depan dari sebuah hubungan namun dengan catatan hanya dapat dilakukan setelah melakukan suatu ritual upacara yang dinamakan pernikahan. Alasan paling rasional kenapa pada umumnya seks pranikah usia muda banyak ditolak masyarakat karena tubuh atau organ-organ intim belum siap melakukan reproduksi serta belum matangnya kedewasaan berpikir, anak muda rentan menyebabkan hubungan yang tak bertanggung jawab. 

Saya mencoba menelusuri sisi lain anak muda Indonesia terutama generasi milenial lewat gadget dan ternyata melalui forum-forum khusus dengan keyword atau kata-kata "nakal" digabung dengan istilah anak muda pada search engine, menemukan fakta mencengangkan. Generasi milenial zaman now atau sekarang yang sudah melek seks rupanya sangat terbuka dalam mengekspresikan kebebasan seksualnya. Pada forum-forum khusus atau website yang belum terkena sensor internet positif sangat banyak video masturbasi atau onani yang mirisnya kebanyakan dilakukan oleh wanita daripada pria. 

Setelah itu disusul video seks pra nikah dengan berbagai gaya yang kebanyakan terinspirasi dari film porno. Mirisnya lagi, seakan-akan sudah jadi trend kalau semua adegan itu dilakukan dengan seragam sekolah. Pembaca yang tahu banyak tentu paham video macam salam pramuka dan salam batik yang dilakukan para wanita muda dengan seragam sekolah.

Apakah anak-anak beralih ke situs-situs atau sosial media konten porno untuk mendapatkan  pendidikan seks untuk dirinya sendiri? Apakah anak muda melakukan hal-hal porno yang tren seperti lomba unggah salam batik dan salam pramuka versi porno dan kemudian mereka sesali? Pertanyaan tersebut menggelayuti pikiran saya sebagai orang yang sempat dididik menjadi guru namun karena satu dan lain hal banting stir  ke dunia lain.

Fenomena para  gadis  yang berlomba-lomba memamerkan tubuhnya dalam aplikasi populer macam "Bigo" baik yang gratis maupun berbayar   membuat saya bertanya-tanya.  Apakah para gadis melakukannya seperti sebuah kehormatan bahwa mereka telah dipilih  oleh laki-laki, terutama bila mereka adalah anak laki-laki yang  terkenal. Semacam pengakuan terhadap penampilan dan daya tarik mereka atau setidaknya yang mereka kira begitu?

Fenomena para pria yang berlomba-lomba mengupload video percintaan dengan pacarnya dalam aplikasi populer untuk di share baik gratis maupun berbayar, membuat saya bertanya-tanya juga. Apakah para pria melakukannya seperti sebuah legalitas bahwa mereka  telah diakui sebagai lelaki "jantan" oleh sesama kaum pria muda. Apakah stigma pria muda yang belum melakukan seks itu selalu cupu alias "culun" ataupun homo yang berkonotasi negatif tentunya?

Saya kira sudah saatnya para pemangku kepentingan  mengambil langkah tegas soal ini. Peradaban Indonesia sejatinya tidak menutup diri pada pendidikan seks. Dalam sejarahnya, sudah banyak kitab-kitab kuno yang bahas soal seks dan pada zaman hindu-budha bahkan ada candi  seperti candi sukuh yang reliefnya menceritakan soal sex dengan ukiran gambar. Peradaban islam nusantara ketika kerajaan islam memegang kendali di Nusantara pun  tak kalah  terbukanya soal ini. 

Abu Muhammad Adnan alias Raja Abdullah, putra Raja Ali Haji dari Riau, adalah penulis naskah Cempaka Putih.  Ini sebuah kitab yang membahas bagaimana berhubungan seks secara halal ala Islam. Kitab ini dilengkapi ilustrasi lelaki dan perempuan sedang  berhubungan intim, dilampiri doa sebelum mereka melakukannya. 

Tak mau kalah dengan Raja Abdullah alias suaminya, Khatijah Terung juga menulis Kumpulan Gunawan, menandingi Cempaka Putih. Khatijah tampaknya tak ingin perempuan kalah, termasuk di atas ranjang. Itu sebab kenapa karyanya, yang dikenal sebagai Gerak Tujuh,  lebih menonjolkan perempuan dalam kehidupan seksual. Seperti masyarakat Melayu yang punya Cempaka Putih dan Kumpulan Gunawan, masyarakat Bugis punya Assikalaibineng.

Dari tanah Jawa, tepatnya di pusat kebudayaan Jawa, setidaknya ada Serat Centhini yang  digubah Raja Solo Susuhunan Pakubuwana V dengan dibantu Raden Ngabehi  Ranggasutrasna, Raden Ngabehi Yasadipura II, dan Raden Ngabehi  Sastradipura. seks tak bisa dilakukan sembarangan. Semua ada aturannya. Itulah kenapa di beberapa kebudayaan Nusantara, seks menjadi nasihat tertulis dalam  naskah-naskah kuno. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun