Dunia pesantren pun akrab dengan kitab fikih yang membahas pendidikan seks seperti dalam Qurrotul Uyun karya Syaikh Muhammad Al-Tahami. Nenek moyang atau leluhur kita  pun sudah bijak dalam hubungan seks yang sudah ditulis oleh mereka.Â
Semua itu aturanya tidak hanya asal berhubungan seks seperti binatang saja, tapi ada ritual khusus seperti doa dan saling memuaskan satu sama lain dengan pujian dan rayuan untuk menambah keintiman. Setidaknya untuk bahan pembelajaran pendidikan seks anak muda Indonesia tidak kekurangan bahan referensi bahkan kitab kuno tersebut masih relevan digunakan.
Pendidikan seks di Indonesia faktanya sekarang hanya disisipkan dalam pelajaran biologi secara  tersirat. Saya kira efeknya sangat membahayakan kalau hanya ditekankan soal biologi saja, sebab nantinya persepsi anak muda bisa salah bahwa spesies manusia dapat berhubungan seks dengan bebas layaknya hewan.Â
Sejatinya pendidikan seks penting, sebab manusia sebagai spesies primata paling kompleks dan maju membutuhkan kenyamanan atau standar bercinta yang lebih tinggi seperti keintiman melalui rayuan verbal dan sentuhan penuh kasih  sayang. Situs pornografi dan film pornografi cenderung menyesatkan karena menurut riset kebanyakan  para aktornya banyak melakukan kebohongan orgasme dan berbagai fantasi yang membahayakan kesehatan seperti pencukuran total terhadap bulu rambut di area organ intim.
Saya pikir kita harus berhenti menyalahkan pada situs pornografi, akses sosial media dan berbagai budaya populer seperti komik 17+, hentai, ataupun doujinshi. Sudah saatnya kaum tua yang berdiri sebagai pimpinan lembaga organisasi ini sadar bahwa kaum mudanya  berbeda dengan mereka.Â
Sebagai generasi milenial yang sudah sadar tentang manfaat dan bahaya seks, sebaiknya kita harus menyarankan pemangku kebijakan agar segera menerapkan  pendidikan seks terpadu yang bertanggung jawab. Tujuannya jelas untuk membuka mata generasi muda milenial akan manfaat dan bahaya seks sehingga dapat  diterapkan secara aman dan terlindungi  dengan baik.