Mohon tunggu...
Reza Imansyah
Reza Imansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Indonesia

Seorang mahasiswa teknik sipil yang sangat menyayangi ilmunya. Suka menguak sisi lain Indonesia, khususnya dalam sosial, budaya, dan politiknya. Menulis menjadi bagian dari hidup. Dan akan terus hidup walau saya mati. Saya yakin.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayo Mengenal Autisme!

11 Juli 2020   12:52 Diperbarui: 15 Juli 2020   17:18 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Autisme (Liputan6.com, 2019)

Hari ini tepat dengan ulang tahun adik saya yang ke-19. Kemal, sapaan adik saya merupakan seseorang yang memiliki kekhasan sendiri. Ia adalah pribadi dengan kelainan autisme, kelainan yang sering dianggap memiliki dunia sendiri, menganggu orang, aneh, bahkan gila! Akan tetapi, ternyata setelah menjadi kakaknya kurang lebih dua dasawarsa ini, yang mulanya saya merasa "menyesal" punya adik seperti beliau, justru menyadari bahwa kekhasan dirinya itulah yang berhasil mengembangkan potensi-potensi orang di sekitarnya: saya sendiri salah satunya.

Berbeda dengan pembahasan artikel umumnya, saya membawa Anda dalam pemahaman autisme secara dasar dengan fakta-fakta menarik di dalamnya. Maklum, orang Indonesia kebanyakan masih norak ketika bertemu orang autisme atau kelainan mental yang sebenarnya sudah cukup umum dewasa ini.

Apa itu Autisme?

Secara kata, autisme pertama kali mendunia dari lontaran Eugen Bleuler, seorang psikolog asal Swiss, pada tahun 1911. Saat itu autisme lebih diarahkan seperti gangguan skizofrenia pada remaja. Kemudian, pada tahun 1943, Leo Kanner dari Universitas Johns Hopkins (Maryland, Amerika Serikat), mengemukakan autisme sebagai gangguan yang terjadi pada anak-anak, di mana gangguan tersebut terfokuskan pada ketidakmampuan kelas berat dalam aspek komunikasi anak-anak tersebut.

Beriringan dengan banyaknya observasi mengenai autisme dan gangguan mental lainnya, ternyata autisme tidak hanya berkaitan dengan komunikasi. Autisme juga dinyatakan sebagai gangguan dalam kognitif, emosi, dan psikomotorik seseorang (khususnya anak-anak) sehingga mereka tidak memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan bersosialisasi termasuk kemampuan linguistik, bersikap, berperilaku sopan selayaknya, dan apapun yang berkaitan dengan dunia di luar dirinya. Hal inilah yang sering digeneralisasikan banyak orang bahwa autisme memiliki "dunianya sendiri".

Bagi saya, seseorang yang memiliki gangguan autisme tidak bisa dikatakan memiliki dunianya sendiri. Mereka yang memiliki gangguan ini juga merasakan kehadiran kita dan justru membutuhkan kita (yang normal). Orang autisme tidak bisa hidup sendirian, mereka membutuhkan teman dalam melangsungkan kehidupan mereka seperti yang mereka inginkan. Contohnya, sering kita mendengar orang autisme memiliki bakat tertentu dalam bidang seni. Apabila sedari awal bakat yang muncul itu tidak diapresiasi dan dikembangkan selayaknya, mungkin saja ekspresi bakat yang dimiliki orang tersebut tidak sedemikian indah seperti yang diketahui sekarang. Begitupula dengan orang autisme yang memiliki kemampuan numerik lebih, bilamana tidak ada sokongan orang lain (khususnya keluarga, orang tua), saya tidak meyakini orang-orang tersebut bisa menjadi contoh bagi kita yang (katanya) normal.

Tumpang Tindih Klasifikasi Gangguan Mental

Masih tabu dan kurangnya edukasi mengenai gangguan mental di negara kita membuat pemahaman masyarakat mengenai gangguan mental dan klasifikasinya masih tumpang tindih. Parahnya, kadang kali masyarakat langsung mendefinisikan orang yang berbeda secara tatanan hidup normal sebagai "orang gila".

Autisme adalah gangguan mental dengan gejala umum antara hiperaktif atau sangat lesu, kemampuan berbicara sangat lemah bahkan tidak bisa atau justru berbicara secara berlebihan. Gejala autisme bisa digolongkan dalam empat hal (Walsh, 2014): (1) Secara sosialisasi, mereka sangat buruk dengan kurangnya ketertarikan untuk berkomunikasi dengan orang lain, melawan bilamana dipeluk atau digendong, dan suka mengasingkan diri. (2) Secara bahasa, mereka terlambat paham atau tidak bisa dan memiliki nada/ritme bahasa bicara yang tidak umum serta kosakata komunikasi ekspresif yang sangat terbatas. (3) Secara perilaku, orang autisme suka melakukan pergerakan yang repetitif, kontak mata yang tidak fokus, impulsif, dan sensitif terhadap cahaya, suara, serta sentuhan. (4) Secara kognisi, mereka sulit melakukan multitasking dan lemah mengimplementasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Saya tidak mendefinisikan secara lengkap seperti di atas mengenai gangguan mental yang lain karena artikel ini memang diutamakan untuk topik mengenai autisme. Gangguan mental yang sangat dekat gejalanya dengan autisme adalah ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang mana ADHD justru menginginkan perhatian orang lain (bukan punya "dunianya sendiri"). Lalu terdapat gangguan yang dinamakan skizofrenia, di mana sebenarnya gangguan skizofrenia lebih mengarah kepada seseorang yang mengalami halusinasi, delusi, paranoid, dan perubahan kepribadian yang sangat drastis sehingga membuat orang-orang terdekat terkejut. Keunikan autisme juga sebenarnya lebih mengarah kepada gejalanya yang sudah ditemukan pada usia sangat muda (sekitar 24 bulan).

Penyebab Autisme dan Fakta Unik

Autisme disebabkan oleh banyak faktor. Genetik sebagai faktor dasar kehidupan manusia pastinya punya peran penting, di mana keterlambatan ekspresi gen atau bahkan tidak diekspresikannya gen serta faktor keturunan menjadi alasan terjadinya autisme. Kondisi epigenetik (perubahan aktivitas genetik yang bukan disebabkan oleh DNA) juga punya peranan penting dalam terjadinya gangguan autisme. Tetapi terdapat suatu fakta menarik mengenai penyebab autisme: karakteristik biokimia.

Percaya atau tidak, biokimia mempunyai peranan besar dalam terjadinya autisme dan gangguan mental lainnya. Karakteristik biokimiawi pada autisme beberapa di antaranya adalah kekurangan glutation, under-metilasi, kadar logam yang tinggi, kekurangan seng, kekurangan vitamin A, kadar pirol pada urin yang tinggi, kadar protein metalothionein sangar tendah, tingginya karboksietilpirol, dan kekurangan selenium dan sistein.

Dibalik apa itu penyebab autisme, mungkin sebenarnya mereka dihadirkan Tuhan sebagai makhluk yang canggih untuk mengingatkan kita dengan sesama. Sehingga, memang beberapa faktor tidak bisa dihindari. Sebagai manusia yang patut berusaha, setidaknya ada usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk menjadi upaya baik preventif maupun represif dari adanya kelainan autisme.

Upaya Murah nan Logis untuk Autisme

Autisme tidak memilih orang kaya atau miskin, putih atau hitam, pintar atau bodoh. Sehingga butuh solusi yang mudah, murah, dan masih masuk akal supaya autisme dapat mudah diatasi dan dipahami sekitar masyarakat.

1. Pola Makan

Seringkali orang dengan gangguan autisme melakukan diet. Faktor-faktor biokimiawi yang sudah saya sebutkan di atas dapat dikurangi atau dilebihkan pada orang autisme. Contohnya mengurangi makanan yang memiliki kadar logam tinggi dan memperbanyak vitamin A. Tetapi kecenderungan banyak autisme yang "suka makan" perlu dikontrol. Karena faktanya, lebih banyak orang dengan gangguan mental karena "kelebihan" daripada "kekurangan". Melakukan pengontrolan ke dokter menjadi pilihan yang sangat tepat apabila Anda punya kemampuan dan rezeki lebih.

2. Perlakuan

Jangan menganggap anak Anda gila! Autisme harus diterima dengan lapang dada dan penuh keikhlasan. Bilamana anak Anda merobek-robek sesuatu di depannya, siapa tahu itu karya seninya? Atau jika anak Anda memecahkan telur berkali-kali, siapa tahu dia akan menjadi koki terkenal di masa mendatang? Terapi-terapi seperti selalu mengajak bicara, menarik atensi dengan baik, serta memberikan kehangatan dalam keluarga juga sangat penting untuk kehidupan orang autisme.

3. Lingkungan

Apabila Anda Pak RT/tetuah lingkungan atau siapapun yang punya legalisasi lebih di wilayah tertentu, berilah edukasi lebih kepada warga Anda apabila di wilayah tersebut terdapat anak autisme. Masih banyak komunitas yang menganggap aneh, terganggu, bahkan menjauhi keluarga yang terdapat anak autisme. Saya sendiri masih kesal jika di pusat perbelanjaan adik saya berteriak tiba-tiba orang-orang terus menerus melihati keluarga kami sampai sekitar satu menit lebih. Maka dari itu saya sudah bilang dari awal untuk soal gangguan mental, orang Indonesia masih norak. Data Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak RI menyatakan di tahun 2018 laju perkembangan autisme berada pada angka 500 orang per tahun. Jadi jangan norak lagi.

Akhir kata, janganlah malu jika keluarga Anda mengalami gangguan autisme. Mereka adalah anggota keluarga yang sama dengan Anda bahkan lebih jika sudah menemukan bakatnya. Tidak semua yang multitasking lebih dari Anda! Saya suka dibercandai ibu saya apabila adik saya dibawa ke Amerika Serikat dan belajar masak, bisa-bisa jadi koki mendunia dan gajinya jauh di atas pekerjaan insinyur kelak. Saya juga memohon doa untuk adik saya supaya di hari ulang tahunnya ini semakin panjang umur, sehat, dan membaik kondisi mentalnya. Aamiin..

Referensi:

1. Buku : Nutrient Power karya William J. Walsh, Ph.D.

2. Jurnal : http://digilib.uinsby.ac.id/3201/5/Bab%202.pdf 

3. Web : https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1682/hari-peduli-autisme-sedunia-kenali-gejalanya-pahami-keadaannya 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun