Mohon tunggu...
Reza Furqanza
Reza Furqanza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang hanya memiliki prinsip seperti titik

20107030012 Mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Selamat Tinggal", Hidupkan Kesadaran, Tinggalkan Kebiasaan, dan Ucapkanlah Selamat Tinggal pada Budaya Bajakan

4 Maret 2021   15:06 Diperbarui: 4 Maret 2021   15:25 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kita tidak sempurna. Kita mungkin punya keburukan, melakukan kesalahan, berbuat jahat, bahkan menyakiti orang lain. Tapi beruntunglah yang mau berubah, berjanji tidak melakukannya lagi, memperbaiki, dan menebus kesalahan tersebut".

Begitulah kalimat yang dituliskan pada sampul belakang novel karya Tere Liye ini. Sebuah paragraf yang agaknya sangat mewakili pesan yang ingin disampaikan dalam kisah ini. Novel ini berjudul Selamat Tinggal, yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada November 2020 silam. Saat pertama melihat buku ini, saya langsung ingin cepat-cepat membelinya. Karena menurut saya, novel yang ditulis oleh Tere Liye tidak pernah ada yang mengecewakan. Bahkan karya-karya Tere Liye selalu memberikan kesan mendalam yang susah untuk dilupakan. Tidak hanya menghadirkan cerita yang menghibur, karya Tere Liye juga selalu mengandung unsur edukasi yang akan menambah wawasan dan mengajak kita untuk berpikir tentang bagaimana keadaan kita saat ini, dan novel selamat tinggal ini merupakan salah satunya.

Saat pertama membaca buku ini, saya merasa seakan ikut masuk ke dalam cerita yang disajikan. Saya seakan dapat melihat dan merasakan langsung kejadian yang tengah terjadi dalam novel itu. Hal ini dikarenakan masalah yang diangkat dalam novel ini merupakan masalah yang marak terjadi dan telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan kita. Ya, novel ini mengangkat cerita tentang barang bajakan terlebih buku bajakan.

Barang bajakan merupakan hal yang sudah sangat berakar dalam kehidupan kita, bahkan rata-rata kita semua pernah menikmati barang bajakan. Banyak yang menganggap bahwa memakai dan menikmati barang bajakan merupakan hal yang biasa saja, tanpa memikirkan seberapa besar kerugian yang akan diderita oleh pemilik karya tersebut. Kehidupan kita telah dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat bajakan seperti membeli buku bajakan, menonton film bajakan, memakai produk bajakan dan lain sebagainya. Memang terlihat biasa saja. Padahal sebenarnya, secara tidak sadar kita telah melakukan kejahatan yang sangat merugikan banyak pihak. Masalah inilah yang digaungkan bang Tere dalam novel selamat tinggal miliknya.

Novel ini bercerita tentang Sintong Tinggal yang merupakan seorang mahasiswa tingkat akhir tahun ketujuh di salah satu universitas terbaik di ibukota. Tidak hanya sebagai mahasiswa, Sintong juga merupakan penjaga toko buku bajakan dimana hari-harinya selalu berkutat dengan hal ilegal itu. Sintong sebenarnya tidak ingin melakukan pekerjaan itu karena ia sangat memahami tentang bagaimana kerugian yang akan diderita oleh penulis. Akan tetapi, ia tidak punya pilihan lain.

Sintong berasal dari keluarga sederhana di Sumatera, sehingga kebutuhan kuliah dan hidupnya di ibukota semuanya ditanggung oleh paman nya yaitu paklik Maman. Paklik Maman merupakan orang yang sudah lama berkecimpung dalam bisnis buku bajakan dan memiliki banyak toko yang tersebar di ibukota. Salah satu toko nya itu dipercayakan kepada Sintong. Karena mengingat jasa paklik Maman itulah Sintong terpaksa menerima hal tersebut walaupun sebenarnya ia sangat tidak ingin melakukannya.

Sintong sebenarnya merupakan mahasiswa yang berprestasi. Tulisan yang dihasilkannya sering dimuat dalam koran-koran nasional. Akan tetapi, keadaan itu berubah ketika cinta pertamanya menikah dengan orang lain. Ia mulai kehilangan gairah dalam hidup, berubah menjadi orang yang malas-malasan, tidak pernah serius, bahkan kuliah nya pun ikut menjadi semrawut. Hingga suatu hari, sintong menemukan sebuah buku kuno, buku yang bahkan belum diterbitkan, buku yang ditulis oleh seorang penulis legendaris yang namanya hilang dan tidak ditulis dalam sejarah. Ya, buku yang ditulis oleh Sutan Pane, seorang penulis yang dulunya sangat terkenal. Sutan Pane adalah seorang penulis yang idealis. Beliau sangat memegang prinsip dan tidak takut dalam menyampaikan kebenaran. Akan tetapi, seminggu sebelum kejadian tahun 65 beliau tiba-tiba menghilang begitu saja. Karyanya pun ikut hilang, sehingga namanya ikut tenggelam dan terlupakan dalam sejarah. Memecahkan misteri tentang hilangnya sutan pane inilah yang kedepannya akan sangat mempengaruhi kehidupan Sintong tinggal.

Setelah selesai membaca buku ini, saya pribadi merasa sangat tersindir tentang apa yang disampaikan bang Tere dalam novelnya. Saya juga merasa bahwa apa yang disampaikan bang Tere merupakan hal yang sudah sepatutnya kita perhatikan. Setiap tokoh yang dihadirkan mewakili hal-hal berbau bajakan yang sudah menyebar luas dalam sendi kehidupan kita. Ada tokoh yang berkutat dengan buku bajakan, dengan film bajakan, produk KW, obat-obatan palsu, bahkan para aparat yang bisa-bisanya menutup mata atas segala hal yang terjadi. Walaupun tokoh-tokoh itu hanyalah fiksi belaka, akan tetapi mereka itu mewakili keadaan kita saat ini.

Tokoh dan orang-orang semacam itu memang benar-benar ada dalam kehidupan kita. Kita dapat melihat bahwa di sekeliling kita banyak tersebar barang bajakan, yang seakan telah menjadi makanan pokok. Dan anehnya bisnis bajakan bisa berjalan biasa saja tanpa terkendala apapun, seakan tidak ada yang menghalangi dan tidak takut apa-apa padahal sebenarnya ada peraturan tentang hak cipta yang mengatur tentang hal itu.

Marak dan menyebarluasnya barang bajakan terjadi karena kesadaran kita yang sudah mulai mati. Kita mulai menganggap bahwa bajakan, plagiatisme, dan sebagainya merupakan sesuatu yang biasa. Kita sering menganggap ah yang penting murah, ah yang penting gak susah, ah inilah, ah itulah, dan berbagai macam alasan lain yang tidak akan ada habisnya. Melalui novel inilah Tere Liye mengajak kita untuk kembali berpikir jernih dan kembali menghidupkan kesadaran kita yang sepertinya sedang mati suri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun