Era Technopreneurship: Mampukah Kampus Ciptakan Lulusan Pencipta Lapangan Kerja?
Oleh:
RezaFahlevi, Nim 240110009
Mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia mengalami perubahan yang begitu cepat. Teknologi digital berkembang pesat dan mulai merambah hampir semua aspek kehidupan, dari sektor ekonomi, pendidikan, hingga sosial budaya. Di tengah perubahan ini, satu istilah mulai sering kita dengar: technopreneurship. Perpaduan antara teknologi dan jiwa kewirausahaan ini dianggap sebagai solusi potensial untuk berbagai persoalan ekonomi, salah satunya adalah tingginya angka pengangguran lulusan perguruan tinggi.
Namun, pertanyaannya: apakah perguruan tinggi di Indonesia sudah siap mendorong lahirnya technopreneur muda? Mampukah kampus mencetak lulusan yang tidak hanya mencari kerja, tetapi justru menciptakan lapangan kerja?
1. Potret Ironis: Lulusan Tinggi, Tapi Menganggur
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun ke tahun selalu menunjukkan bahwa jumlah pengangguran terbuka dari lulusan perguruan tinggi cukup tinggi. Ini tentu menjadi ironi. Di satu sisi, kita percaya bahwa pendidikan tinggi adalah kunci menuju kehidupan yang lebih baik. Tapi di sisi lain, justru banyak lulusan sarjana yang sulit mendapatkan pekerjaan.
Salah satu penyebabnya adalah ketidaksesuaian antara apa yang diajarkan di bangku kuliah dengan kebutuhan dunia kerja. Lulusan sering kali hanya dibekali teori, minim praktik, dan tidak siap menghadapi dunia yang dinamis. Di sinilah technopreneurship menawarkan harapan baru. Konsep ini mendorong mahasiswa untuk berpikir kreatif, melihat masalah sebagai peluang, dan menggunakan teknologi untuk menciptakan solusi yang bernilai.
2. Mahasiswa dan Era Digital: Modal Awal yang Kuat
Sebenarnya, mahasiswa zaman sekarang punya modal yang sangat kuat untuk menjadi technopreneur. Mereka adalah generasi yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi. Sejak kecil sudah akrab dengan internet, media sosial, dan berbagai platform digital. Kemampuan ini seharusnya bisa menjadi senjata utama untuk menciptakan usaha berbasis teknologi yang inovatif.
Kita bisa melihat contohnya di sekitar. Ada mahasiswa yang membuat aplikasi untuk layanan bimbel online, platform konsultasi kesehatan digital, bahkan marketplace untuk UMKM lokal. Sayangnya, semua ini masih bersifat inisiatif individu. Belum menjadi gerakan masif yang didukung penuh oleh sistem pendidikan kampus.