Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalan kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Barang siapa yang menaati perintah Allah dan Rasulnya maka sesungguhnya dia memperoleh kemenangan yang besar.
Media sosial riuh rendah akan berbagai perkataan yang meresahkan dan toxic. Memang ada yang mengarahkan perkataan yang mengandung kebaikan. Namun juga tidak sedikit yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan isu-isu negatif, ujaran kebencian, hoax, saling sindir, fitnah sana sini.Â
Padahal ayat di atas tadi sudah dijelaskan sejelas-jelasnya bahwa manusia dianjurkan untuk menggunakan perkataan yang benar. Benar di sini secara penyampaian juga dinilai santun dalam bertutur kata, ada etikanya dan tidak mengedepankan emosi dalam mengutarakan sebuah pendapat.
Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari bersabda bahwasannya keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya dalam menjaga lisan. Sudah tergambarkan dengan jelas bahwa ketika kita menjaga lisan maka kita didekatkan untuk hidup tenteram dan aman sentosa. Kita dijauhkan dari perkataan perkataan yang buruk, circle orang-orang yang merasa risih dan sok maha benar atas segala sesuatu yang diutarakannya, hidup kita menjadi nyaman.Â
Sebaliknya, ketika kita sulit untuk menjaga lisan kita, kita jadi merasa rugi kan? Hidup jadi tidak tenang, selalu jadi incaran manusia-manusia lainnya, overthinking tiap malam gabisa tidur. Karena apa? kepikiran omongan-omongan yang kelepasan tadi.Â
Siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam
Pernahkah teman-teman mendengar sebuah pepatah kuno bahwa diam itu adalah emas? Sungguh pepatah yang satu ini bukan sekadar pepatah. Nyatanya diam sekarang menjadi sebuah pilihan yang amat bernilai.
Diam bukan berarti pasrah, diam juga bukan berarti kalah, diam bukan hanya menunjukkan insan yang tidak tahu. Tetapi, diam itu lebih baik daripada menebar dusta.Â
Diam saja sudah bisa menyelamatkan hati orang lain. Orang akan bisa menjaga kepercayaan kamu kalau kamunya pandai untuk menjaga lisan. Terkadang kita juga pernah dan merasa menyesal karena terlalu banyak bicara.Â
Terlepas setuju atau tidak setuju, ucapan itu keluar dari mulut si pembicaranya justru lebih tajam daripada senjata. Sungguh sangat menyakitkan.
Diam justru jauh lebih elegan daripada berbicara dan sibuk menghakimi dan mengumbar kebencian, sampai-sampai lupa untuk bercermin terhadap dirinya sendiri