Saya pernah mendengar kisah seorang anak yang tidak pernah memiliki kebiasaan membaca di rumah. Saat ia mulai besar dan ingin dibacakan buku, orangtuanya menolak dengan alasan, "Kamu sudah besar." Penolakan ini membuat anak kehilangan kesempatan berharga untuk mengembangkan kecintaan pada bahasa dan belajar dengan rasa aman. Dampaknya terasa sampai ia duduk di bangku sekolah: ia kesulitan membaca, merasa ketinggalan, dan mulai kehilangan motivasi.
Kembali ke Rumah
Kasus speech delay dan language delay yang semakin meningkat seharusnya membuat kita merenung. Guru memang penting, sekolah tentu membantu, tetapi stimulasi terbesar justru terjadi di rumah. Kehadiran orangtua, percakapan sederhana, membaca bersama, dan waktu berkualitas adalah investasi yang jauh lebih bernilai dibandingkan menyerahkan anak sepenuhnya pada gadget.
Bahasa bukan hanya alat komunikasi. Bahasa adalah pintu untuk belajar, menjalin relasi, dan membangun kepercayaan diri. Dan fondasi itu dibangun sejak dini---bukan dengan layar, tetapi dengan suara dan kehadiran orangtua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI