Sebagai guru, Saya telah memperhatikan tren meningkat dalam beberapa tahun terakhir yang disebut "generasi strawberry" dan fenomena "parenting strawberry." Istilah-istilah ini mengacu pada orang muda yang dianggap mudah terluka atau rusak, dan orang tua yang dianggap terlalu protektif dan terlalu memanjakan anak-anak mereka. Dalam artikel ini, saya akan menjelajahi konsep generasi strawberry, membahas kemungkinan penyebabnya, dan memberikan beberapa saran tentang bagaimana mengatasi fenomena ini.
Istilah "generasi strawberry" berasal dari Asia, di mana digunakan untuk menggambarkan orang muda yang dianggap rapuh dan tidak mampu menangani tantangan atau kesulitan. Individu-individu ini sering dianggap kurang memiliki ketahanan dan ketekunan, dan mereka mungkin kesulitan beradaptasi dengan situasi baru atau mengatasi kegagalan. Mereka juga dianggap memiliki rasa entitlement dan mengharapkan dihargai tanpa melakukan usaha yang diperlukan.
Salah satu penyebab utama dari generasi strawberry adalah gaya parenting yang dikenal sebagai "parenting strawberry." Gaya parenting ini ditandai dengan protektif yang berlebihan dan kecenderungan memanjakan, di mana orang tua terlalu terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka dan cenderung melindungi mereka dari segala kemungkinan bahaya atau kekecewaan. Orang tua ini mungkin juga memiliki harapan tinggi untuk anak-anak mereka dan menginginkan mereka sukses dengan segala cara, yang dapat menyebabkan tekanan dan kecemasan bagi anak.
Saya juga merasa bahwa terkadang orang-orang yang sudah memasuki masa pensiun tidak membantu situasi dengan membuat semuanya terdengar mudah saat ini. Mengenang kejayaan masa lalu tanpa mengakui masalah dan membantu sesuai kapasitas mereka. Saya pribadi menganggapnya sebagai perilaku bullying terhadap generasi stroberi yang sudah rentan.
Faktor lain yang berkontribusi adalah perubahan status sosial dan ekonomi. Di banyak negara maju, orang muda menghadapi berbagai tantangan yang tidak dihadapi oleh generasi sebelumnya, seperti persaingan kerja yang semakin meningkat, biaya perumahan yang tinggi, dan sistem pendidikan yang sangat kompetitif. Faktor-faktor ini dapat menciptakan rasa ketidakpastian dan kecemasan, menyebabkan beberapa orang muda merasa kewalahan dan tidak mampu menghadapinya.
Jadi, bagaimana kita bisa mengatasi fenomena generasi strawberry? Salah satu solusi kunci adalah meningkatkan ketahanan dan semangat dalam diri orang muda. Hal ini melibatkan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menghadapi tantangan dan mengatasi hambatan, dan mendorong mereka untuk mengembangkan pola pikir tumbuh yang berfokus pada pembelajaran dari kegagalan daripada menghindarinya. Orang tua juga dapat membantu dengan mengajari anak-anak mereka untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka dan mendorong mereka untuk mengembangkan rasa kemandirian.
Dalam banyak kasus, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini menjadi bergantung pada orang tua mereka dan kurang siap untuk menghadapi dunia nyata. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain atau mengatasi masalah di tempat kerja.
Selain itu, orang tua yang menerapkan pola asuh seperti ini cenderung membebani anak-anak mereka dengan harapan dan target yang tidak realistis. Hal ini dapat menimbulkan tekanan dan kecemasan yang berlebihan pada anak-anak, dan menyebabkan mereka merasa kurang berharga dan tidak kompeten.
Namun, perubahan sosial dan ekonomi juga dapat mempengaruhi fenomena generasi strawberry. Saat ini, anak-anak dan remaja di seluruh dunia menghadapi tekanan yang besar dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti persaingan untuk masuk perguruan tinggi atau memperoleh pekerjaan yang bagus. Terkadang, mereka merasa sulit untuk menghadapi tekanan ini dan dapat merasa kehilangan arah.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengembangkan karakteristik mental yang kuat pada anak-anak kita, seperti ketangguhan dan semangat pantang menyerah. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan kesempatan pada anak-anak untuk menghadapi tantangan dan mengatasi rintangan, serta mengajarkan mereka untuk berfokus pada pembelajaran dari kegagalan, bukan menghindarinya.
Orang tua juga dapat membantu dengan mengajarkan anak-anak mereka untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka dan mendorong mereka untuk mandiri. Selain itu, mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan juga sangat penting. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan dukungan dan sumber daya bagi anak-anak yang mengalami kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.