Perkembangan teknologi pada era digital tidak dapat ditepis lagi. Hal positif yang dapat diambil yaitu perkembangan ini mendorong perubahan yang memudahkan masyarakat untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang memerlukan teknologi. Perkembangan pada generasi ini disebut revolusi industri 4.0 yang dimana berkomunikasi sudah dapat menggunakan teknologi, revolusi ini juga menitik beratkan kepada unsur kecepatan dan ketersediaan informasi.
Perkembangan teknologi ini diiringi dengan kemunculan media sosial. Media sosial didefinisikan sebagai  media daring yang digunakan untuk dengan mudah berinteraksi dan berbagi dengan pengguna lainnya secara meluas.Â
Salah satu media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat adalah twitter. Pada platform ini pun banyak berita hoax yag biasanya berupa video atau foto maupun cuitan kebencian yang berupa caption atau komentar.
Pengguna pada platform twitter ini terbilang cukup banyak dan luas, hal ini menyebabkan penyebaran berita hoax maupun cuitan kebencian menjadi tidak terbatas karena pengguna platform twitter ini juga tidak terbatas siapa yang menggunakannya.Â
Pada platform twitter sendiri menjadi media sosial yang paling banyak mendapat teguran tentang cuitan kebencian yang mendapat teguran sebanyak 215 akun. Cuitan kebencian bertolak belakang dengan konsep  kesantunan berbahasa, sama hal nya dengan etika berkomunikasi.
 Menurut Beryandhi (2020), ada banyak faktor yang mendorong seseorang untuk mengutarakan kebencian pada sesuatu hal maupun kepada seseorang, bisa saja karena permasalahan emosional pribadi, dendam, berita bohong, atau bahkan sekedar iseng.
 Kasus cuitan kebencian yang dapat kita temukan di media sosial sangat beragam. Dapat berupa penghinaan terhadap suatu ras, penghinaan terhadap fisik atau penampilan seseorang, bahkan hal miris seperti menyuruh suatu individu untuk mati atau menghilang. Cuitan kebencian di media sosial termasuk ke dalam cyberbullying.
Perilaku maupun sifat manusia terhadap suatu pesan berita tidak sama. Pada prinsipnya sifat manusia berbeda perilakunya, karena kemampuan dalam menangkap pesan berita tidak sama. Dalam karakteristik individu memiliki kemampuan yang berbeda, diperlukannya sistem kontrol pada masyarakat, yang akan membuat perilaku maupun sifat masyarakat berbeda menjadi lebih baik dalam menangkap pesan berita (Thoha, 1983:35).
Dengan begitu, hoax dan cuitan kebencian dapat mempengaruhi perilaku masyarakat. Pengaruh positif yang dapat terlihat, yaitu masyarakat lebih waspada terhadap berita-berita
yang beredar serta lebih bijak dalam menyampaikan perkataan di Twitter. Selain itu,
munculnya akun Twitter yang dibuat oleh beberapa masyarakat dengan tujuan untuk