Mohon tunggu...
Retno Asih
Retno Asih Mohon Tunggu... Administrasi - Retno Asih

Halo. Aku Retno,

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Suamiku Ada Dua

11 Januari 2024   04:25 Diperbarui: 11 Januari 2024   04:36 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cermin-dunia.github.io/

"Sahurrrr..."

"Sahurrr..."

"Sahurrr, sekarang sudah jam 03.00, waktunya sahurr..."

"Mau sahur silahkan, kalo ga yowis terserah"

Kudengar seruan sahur dari masjid, aku bangun dan menghidupkan ponselku guna mengecek jam berapakah ini. Ternyata benar sekarang jam menunjukkan pukul 3 tepat. Aku bergegas bangun dan menyiapkan makan sahur untuk diriku sendiri, karena suamiku bekerja shift malam setiap harinya, jadi aku setiap harinya sahur seorang diri. Panggil saja suamiku Alfa. Tak kusadari ternyata anak perempuanku ikut bangun, dia berdiri di ambang pintu dan memandangiku. Kuhampiri bocah kecil itu lalu kugendong sambil menyiapkan makanan, kubuatkan susu untuknya sedangkan aku menyantap makan sahurku.

"Sahurrr.. Waktu imsyak tinggal 15 menit lagi, bangunn.. sahurr.."


Suara diluar masih bersahut-sahutan memanggil warga agar bangun untuk sahur. Aku sudah kenyang dan menyelesaikan makan ku dengan rapi. Sekalian kucuci piring kotorku kemudian kembali lagi ke kamar tidur. Kutidurkan lagi anakku,  dan aku ikut tertidur.

"kukuruyukk.. kookkk"

Kubuka mataku, sudah siang ternyata. Jam menunjukkan pukul 06.30 am. Aku masih mager karena sedang bulan ramadhan, toh pekerjaanku sudah kucicil sejak malam. Alias sekarang sudah beres. Pagi hari pun terasa santai. Akhirnya aku tidur lagi, tak berapa lama anakku terbangun oleh suara gaduh tetangga di luar. Biasalah mereka punya kebiasaan ghibah yang sangat akut, aku pun hanya terdiam dikamar, aku yang masih mager masih berada diatas kasur dengan posisi tengkurap. Anakku asyik berkutat dengan mainannya. Sesekali aku memejamkan mataku karena masih terasa berat dan mengantuk.

"klek"

Terdengar suara pintu terbuka, oh ternyata Mas Alfa, baru pulang kerja batinku, dengan tampilan yang agak lain kali ini, dia tidak memakai jaket dan masih menggendong ranselnya. Dengan wajah datar dan tak berekspresi. Karena memang dia orangnya cuek tapi kalo ngomong suka ngegas mau semenangnya sendiri. Dia hanya membuka pintu dan menengok ke dalam kemudian menutup pintu kembali. Setelah itu, tidak taulah apa yang akan dia lakukan setelah itu. Biasanya dia akan mencari rumput untuk makan kambing, jadi ya aku biasa aja. Terserah dia mau ngapain.

Disitu Belum ada kejanggalan yang kurasakan.

Beberapa menit berlalu, aku keluar kamar sambil menggendong anakku. "waktunya mandii" ujarku kepada anakku.

Baru berapa langkah aku keluar dari kamar, ada yang aneh. Entah kenapa mataku tertuju ke kapstock yang menempel di dinding. Tempat yang biasanya digunakan oleh Alfa untuk menggantung jaket dan tas nya. Kosong. Tidak ada jaket ataupun tas yang menggantung disana. Aku belum berpikiran negatif, karena ya biasalah kan para suami kalo naro apa-apa suka asal-asalan. Jadinya ya aku masih berpikiran positif. Mungkin ditaro di meja atau dimanalah.

Kulangkah kan kakiku menuju dapur, kuarahkan pandanganku ke gantungan baju. Nah , baju yang biasanya digunakan oleh Alfa untuk pergi ke sawah masih utuh, alias dia belum pergi mencari rumput. Aku hanya berfikir kemanakah gerangan orang itu. Salah satu kemungkinan yang masih tersisa hanyalah mungkin dia sedang pup atau apalah di toilet.

Kulangkahkan kakiku lebih jauh menuju toilet, pintu terbuka. Alias ya ga ada dong di dalem. Daripada penasaran, kutengok saja kedalam toilet. Dan ga ada siapapun di dalem. Aku balik kanan dengan niat akan merebus air untuk mandi si kecil, tapi perasaanku agak lain dengan kloset di toiletku, akhirnya aku masuk kembali dan menengok ada apakah gerangan di lubang klosetku??

"Aaaaaaaaaaa"

Aku kaget bukan kepalang, bukan ada kotoran dilubang klosetku. Melainkan darah yang sangat kental, merahh!!!

Pikiranku berkecamuk apakah Alfa yang pup darah? Kemudian dilarikan ke rumah sakit tanpa sepengetahuanku? Beberapa pikiran negatif lain pun menghantui pikiranku. Tanpa berlama-lama aku siram klosetku yang penuh darah tersebut sampai bersih. Aku merasa ngeri melihatnya, aku kemudian lari ke kamar untuk mengambil ponselku. Jam di layar menunjukkan pukul 09.10 pagi.

Aku membuka whatsapp dan mengetik pesan untuk mas Alfa. Bertanya apakah dia sudah pulang atau belum.

'kluntingg' terdengar suara balasan pesan di whatsapp.

" aku baru pulang kok, yowis aku pulang dulu"

Reflek, hp ku terjatuh. Kaget. Pikiranku traveling kemana-mana. Mas Alfa baru selesai kerjaannya, dan baru otw pulang. Memikirkan siapakah gerangan manusia tadi yang sangat mirip dengan suamiku?

"Tuttt.. tuttt.. haloo." terdengar suara dari seberang. Aku menelepon ibuku yang berada di kota lain.

"Mak, aku takutt." ucapku sambil bergetar ketakutan.

"kenapa nduk? Ada apa?" Tanya ibuku.

"Mak, tadi ada orang mirip Mas Alfa, padahal dia di pabrik, belum pulang." Ceritaku kepada ibuku.

"Hati-hati nduk, genderuwo itu. Gimana kejadiane? Kamu ga apa -apa kan? Ga di apa-apain kan?." Tangisku langsung pecah karena perasaan takut yang luar biasaaa, terlebih ibuku yang langsung membombardir diriku beberapa pertanyaan yang membuatku merasa kasihan karena merasa tidak enak telah membuatnya khawatir.

"Aku gapapa mak, aman. Tadi dia hanya menengok ke dalam kamar, udah gitu yowis dia menutup pintu lagi. Aku ga berfikir macem-macem karena ya kupikir dia beneran Mas Alfa. Ternyata setelah aku keluar kamar ga ada siapa-siapa. Dan aku dapet wa kalo dia baru mau otw pulang. Makanya aku langsung takut dan seketika menelpon emak" celotehku terbata-bata.

"Yowis nduk, gapapa kalo aman. Alhamdulillah. Jangan lupain sholat, jangan lupa ngaji biar rumahnya damai ga ada gangguan. Nanti emak ceritain ke bapakmu biar dikrimin doa, takutnya nanti ada apa-apa lagi." Sambung Emak.

Kemudian telepon dimatikan, aku terdiam bersama anakku. Berharap cemas menunggu pulangnya Mas Alfa.

'Klik'

Terdengar suara gagang pintu, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang.

Aku spontan langsung menanyakan ke suami apakah tadi sudah pulang? Kemudian pergi lagi?

Suamiku yang memang mempunyai temperamen yang buruk pun auto ngegas "matanya liat gak? Aku udah pulang apa belum? Jelas-jelas baru pulang ditanya kaya gitu. Mikir dulu dong sebelum nanya tuh!"

Deg. Gimana sih rasanya kalo kita nanya baik-baik eh yang diajakin ngobrol jawabnya super ngegas. Aku kecewa dan hanya terdiam. Kubiarkan dia melakukan aktivitasnya sepulang kerja dahulu, ganti baju dan mencari rumput. Aku berniat bertanya setelah dia pulang.

1,5 jam kemudian. Setelah dia mandi dan masuk kamar. Aku bertanya lagi apakah tadi sudah pulang kemudian pergi lagi? Yups, sesuai dugaan. Dijawabnya sama persis ngegasnya seperti tadi. Aku pun merasa sangat kecewa, aku tak kuasa membendung air mata untuk tidak mengalir. Sesak di dada.

"Kamu tau gasih, tadi ada orang persis kamu. Dia masuk rumah, nengokin ke dalam kamar. Terus ditutup lagi pintunya. Aku ga ada pikiran macem-macem apapun. Soalnya kupikir itu kamu, eh pas aku keluar kamar kok ga ada tas kamu. Ga ada juga kamu di toilet, dan kamu tau ga? Kloset kamu warnanya merah darah kentel pol, aku udah mikir yang macem-macem kukira kamu yang berak darah. Eh aku chat wa ternyata kamu baru mau pulang." Celotehku panjang tanpa mempedulikan dirinya, aku capek dengan sifat temperamennya.

"terus dia siapaa?" suamiku nanya ke aku.

"Ya aku mana tau dia siapaa, kamu yang rumahnya disini. Kenapa kamu ada 2? Jangan-jangan dia genderuwo yang mendo-mendo jadi kamu?" ucapku

"Mana ada genderuwo keluar siang bolong begini, bulan ramadhan pula." Sangkalnya.

Sudah, aku tak menjawab lebih panjang lagi karena ku tahu nanti bakalan jadi perdebatan yang lebih Panjang dan serius. Aku pun memutuskan untuk pergi ke rumah tetangga yang biasa aku sambangi setiap harinya, anggap saja namanya bu siti. "aku akan bercerita kepada bu siti, liat aja nanti."

"Assalamualaikum bu."

"Waalaikumsalam nduk, sini masuk. Tumben udah keluar jam segini. Biasanya nanti agak sore baru main." Kata bu siti.

Seperti biasa, anakku langsung bermain setelah sampai dirumah bu siti. Aku mengobrol dengan bu siti membahas kejadian tadi pagi.

"Benar genderuwo itu nduk, genderuwo mah tidak memandang waktu. Kapan dia mau eksis ya eksis. Kalo kamu bertanya kenapa dia bisa berubah wujud jadi suamimu, bisa. Biasanya mahluk itu tinggalnya entah dirumah kamu, atau kalo ga deket rumah kamu. Jadi dia hafal kebiasaan apa yang biasanya kamu lakuin. Terus rutinitas seperti apa yang biasanya  terjadi di rumah kamu, dan tentang semua penghuni rumah kamu, dia paham. Karena dia memang sudah lumayan lama mengawasi." Tutur bu siti.

"Kok gitu ya bu, aku jadi takut." Ujarku.

"Gausah takut nduk, semakin takut malah dia semakin berani. Tapi area rumah kamu itu memang horor, serem dan sepi. Sunyi juga kalo malam hari. Banyak pepohonan rindang, dan banyak pohon pisangnya. Ga ada orang lewat area rumahmu kalo sudah malam hari."

Aku semakin merinding mendengar penjelasan ibu siti, memikirkan beberapa kemungkinan dan banyak kejadian yang sudah kualami dirumah itu. Memang banyak ke ngerian yang terjadi disana.

"Terus gimana bu? Aku takut."

"Entah tahun berapa, ibu lupa. Ibu mertuamu itu juga sebenere sudah pernah dilihatin genderuwo di dapurnya. Kejadiannya pagi hari saat beliau mau memasak untuk sarapan. Terasa seperti ada yang jatuh di atas genteng dapur. Braakkkkkk, Ternyata ada mahluk gede hitam yang nyangkut di atap. Spontan ibu mertuamu lari terbirit-birit ke luar rumah dan mencari orang untuk diajak mengecek dapurnya. Pas balik ke dapur untuk mengecek, sudah pergi dong hantu nya. Tapi memang benar hal itu terjadi wong kondang kok ceritanya sampe kemana-mana. Banyak juga ibu mertuamu mengalami hal-hal mistis. Entah tanah area rumahmu yang dulune ga dislameti dulu opo gimana, ibu gatau juga asal-usulnya. Entah desa ini yang terkutuk, karena banyak juga kejadian mistis diluar nalar yang sudah terjadi di desa ini. Jadi, apa yang kamu alami tadi pagi. Itu bukanlah yang pertama terjadi. Melainkan sudah ada beberapa kejadian serupa yang pernah terjadi."

Kalimat terakhir ibu siti membuat jantungku berdesir lebih cepat. Antara aku puas mengetahui beberapa fakta yang sebenarnya terjadi dan perasaan takut yang amat memuncak yang kurasakan. Satu hal yang kupikirkan berati bukan hanya aku yang diteror oleh makhluk itu, melainkan beberapa orang sudah mengalami hal serupa. Jadi aku tak perlu merasa terlalu takut. Beda cerita kalau makhluk itu hanya menggangguku saja, maka aku harus extra hati-hati.

Tak terasa sudah beberapa jam aku main dirumah bu siti, aku pun akhirnya pamit pulang dan menidurkan anakku. Aku ingin membahasnya lagi dengan suamiku, responnya datar-datar saja karena memang dia bukan tipe suami yang care dengan istrinya. Dia hanya bertanya kejadiannya gimana, lantas meresponnya dengan jawaban "OH". Bukan khawatir atau gimana layaknya suami pada umumnya. Yap, itu saja responnya. Aku memang kadang merasa aneh dengan sikap semua anggota keluarga ini, mereka semua datar, tanpa ekspresi, dan cenderung cuek dengan sekitar. Tapi mereka semua biang gossip, entah laki atau perempuan mereka sama saja biang gossip.  Saat mereka mengetahui kejadian yang kualami kali ini, mereka hanya diam saja, tak berespon. Memang apa sih yang kharapkan dari mereka ini? Bahkan suamiku sendiri pun tak mempedulikan diriku.Aku hanyalah manusia tanpa arti dirumah ini.

Sekarang, perasaanku dirumah jadi selalu was-was, khawatir kalau-kalau si makhluk itu datang lagi. Jika malam hari telah tiba, sekitar jam 9an. Aku akan mengunci kamarku, padahal sebelum ada kejadian ini, aku tidak pernah sekalipun mengunci kamarku. Aku akan tetap berada di dalam kamar sampai pagi hari tiba. Sebenarnya sudah banyak kejadian menyeramkan dirumah ini, karena memang tetua keluarga ini dulunya berhubungan dengan dunia perdukunan. Beliau pun sekarang masih hidup, tapi dengan kondisi yang bisa dibilang tidak waras. Beliau hanya lontang-lantung kesana kemari, tubuhnya sudah kurus seperti tak berdaging karena dimakan usia.

Entah berapa kejadian horror lagi yang akan kualami di rumah ini. Rasanya aku sudah muak berada di rumah ini, capek dengan tingkah laku manusianya. Capek pula dengan makhluk-makhluk halusnya yang sangat usil, tak jarang, mereka juga menggangu anakku sampai mata batinnya pun kini terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun