Mohon tunggu...
Fiksiana

Resume Buku "Negeri 5 Menara"

15 Agustus 2015   15:39 Diperbarui: 15 Agustus 2015   15:39 2374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Nama: Restu Triana Putri

No. Regist: 1815151037

 

Judul Buku: Negeri 5 Menara

Penulis: Ahmad Fuadi

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Cetakan: Pertama, Juli 2009

Tebal: 424 Halaman

 

Tujuan Pengarang Buku

Memotivasi sekaligus menginspirasi para pembaca bahwa dengan mendengarkan perkataan orangtua, perjalanan hidup kita akan lebih berkah dan dikatakan ada mantra ‘Man jadda wa jadda’ siapa yang bersungguh-sungguh pasti dia dapat. Pastinya apabila kita ingin mencapai cita-cita yang kita harapkan kita harus bersungguh-sungguh dan percaya bahwa Tuhan Maha Melihat dan Maha Mendengar.

 

Pokok-pokok / rangkuman isi buku

Cerita novel Negeri 5 Menara ini mengisahkan tentang perjalanan seorang anak yang bernama Alif dari Maninjau, Sumatera Barat. Alif baru saja lulus dari Mts. Ia ingin sekali melanjutkan sekolahnya ke SMA bersama kawan dekatnya, Randai. Karena ia ingin seperti orang pada umumnya, masuk jalur non agama, yaitu SMA. Alif ingin kuliah di ITB dan terus ke Jerman seperti Pak Habibie ia ingin menjadi orang yang mengerti teori-teori ilmu modern, bukan hanya ilmu fiqh dan ilmu hadits. Namun, apalah daya Amak dan Ayah Alif dikenal sebagai orang yang kuat agamanya. Mereka ingin Alif melanjutkan ke sekolah agama. Tapi Alif tetap ingin melanjutkan ke SMA. Tiga hari berturut-turut, Alif mogok bicara dan memeram dirinya di kamar. Ia sedang berfikir, antara meneruskan niatnya bersekolah SMA atau mengikuti kata orangtuanya. Tiba-tiba Amak berkata pada Alif ada sebuah surat untuknya. Surat itu dari Pak Etek Gindo. Di dalam surat itu Alif diberi usul agar melanjutkan sekolah di sebuah pondok, yaitu, Pondok Madani di Jawa Timur. Alifpun berpikir sejenak, karena tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya maka ia memutuskan untuk menerima usul dari Pak Etek Gindo, melanjutkan sekolah di Pondok Madani.

 

Alifpun pergi meninggalkan kampung halamannya di antar dengan Ayahnya untuk ke Pondok Madani. Sesampainya di Pondok Madani, ternyata harus ujian terlebih dahulu. Alhamdulillah Alif lulus ujian. Ayahnya pun kembali ke Bukittinggi dan meninggalkan Alif di Pondok Madani. Awalnya Alif masih setengah hati belajar di PM namun dengan adanya ciri khas PM yang berkomunikasi menggunakan bahasa arab dan inggris setiap hari, ia pun ingin tahu lebih jauh lagi.

 

Di PM ia bertemu teman-temannya, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di sinilah perjalanan mereka dimulai. Kehidupan di PM tidak semudah yang dibayangkan. Di PM diajarkan kedisiplinan yang ketat. Di awal tahun pelajaran 6 sekawan ini sudah membuat kesalahan, yaitu terlambat 5 menit. Mereka langsung dihukum di tempat.

 

Enam sekawan ini sering sekali melewati waktu bersama,belajar dan berdiskusi tentang pelajaran maupun Al-Qur’an. Mereka berkumpul di tempat yang agak sepi, tepatnya di sebuah taman di dekat menara. Karena saking seringnya mereka berkumpul bersama di kaki menara tersebut, 6 sahabat ini dipanggil ‘sahibul menara’ oleh kawan-kawan lainnya. Suatu hari sambil menunggu maghrib, mereka melihat awan, mereka berimajinasi awan-awan tersebut menjelma menjadi Negara dan benua impian mereka. Akankah impian mereka terwujud? Yang mereka tahu adalah: jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

 

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, sampai akhirnya mereka sudah sampai di perjuangan yang terakhir, yaitu kelas 6. Di kelas 6 ini, ternyata Baso harus menghentikan perjuangannya di tengah-tengah, karena neneknya di Gowa sakit, dan ia juga ditawarkan tetangga dekatnya untuk menjadi guru bahasa arab dasar di sekolah madrasah khusus menghapal Al-Qur’an di Gowa. Baso pun pulang ke Gowa meninggalkan PM. 5 sekawan ini merasa seperti gigi graham yang baru saja di cabut, tidak ada namun masih berbekas. Tapi, lama kelamaan mereka ikhlas. 5 sekawan ini bersama-sama berjuang untuk menghadapi ujian terakhir mereka di PM untuk menggapai impian masing-masing.

 

Masa-masa ujian telah selesai. Nilai sudah diberi tahu dan dibagikan. 5 sekawanan ini lulus semua dengan nilai yang memuaskan. Saatnya mereka berpisah. Kembali ke kampung halaman dan melanjutkan perjuangan untuk mencapai impian masing-masing. Sehabis dari PM, banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang diterima oleh Alif dan Kawan-kawannya. Sebelas tahun kemudian, mereka berenam telah berada di lima negara yang berbeda. Di lima menara impian mereka.

 

Keunggulan Buku

Ceritanya menarik, inspiratif serta mudah dipahami. Pembaca bisa mendapatkan wawasan serta memperkaya kosakata baru dari bahasa daerah dan bahasa asing yang ada pada cerita. Novel ini juga dapat memotivasi kita untuk meraih impian. Pembaca juga bisa mendapat pelajaran setelah membaca novel ini. Pelajaran yang dapat dipetik adalah jangan pernah meremehkan sebuah impian setinggi apapun, karena Allah Maha mendengar.

 

Kelemahan Buku

Pada novel ini ada beberapa istilah bahasa asing yang tidak dituliskan artinya. Klimaks pada ceritanya juga kurang diperkuat, dan pada akhir dari ceritanya pun seperti menggantung.

 

Saran

Pada cerita yang kurang penting dan tidak ada kaitannya dengan inti cerita sebaiknya tidak usah dibahas, dan istilah bahasa asing dituliskan lebih jelas agar pembaca tidak bingung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun