Mohon tunggu...
Resti Apriyana
Resti Apriyana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang mempunyai segudang impian!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Arti Malam Suro: dalam Masyarakat Jawa

14 Juni 2025   15:10 Diperbarui: 14 Juni 2025   15:05 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Jawa menganggap Bulan Suro, yang dikenal sebagai Muharram dalam kalender Hijriyah, sebagai bulan yang memiliki makna yang sangat istimewa. Malam 1 Suro, yang juga dikenal sebagai malam pertama bulan Suro, bukanlah malam yang sepele. Malam tersebut dipandang sebagai malam yang penuh makna sakral, refleksi, dan sebagai penanda pergantian tahun dalam kalender Jawa. Selain sebagai perayaan, malam Suro dianggap sebagai momen untuk mempererat hubungan dengan Tuhan, mengenang leluhur, dan menyegarkan kembali tekad serta niat dalam menjalani kehidupan.

Dalam asal-usul katanya, Suro berasal dari bahasa Arab Asyura, yang merujuk pada hari ke-10 bulan Muharram. Istilah ini dalam budaya Jawa melekat pada seluruh bulan pertama dalam sistem penanggalan Jawa. Dalam budaya Jawa, pergantian tahun menurut kalender Jawa lebih diisi dengan keheningan, refleksi, dan kegiatan spiritual daripada perayaan besar atau pesta kembang api. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, malam Suro adalah momen ketika gerbang spiritual terbuka. Akibatnya, banyak orang melakukan tirakat, tapa bisu, puasa mutih, atau ziarah kubur sebagai pengisiannya. Segala usaha tersebut bertujuan untuk menyucikan hati, memperkuat kesadaran diri, dan memohon perlindungan dari Tuhan untuk tahun yang akan datang.

Tradisi malam Suro sering dipandang oleh orang awam sebagai sesuatu yang berbau mistik atau bahkan tahayul. Namun, jika diamati dengan seksama, banyak nilai yang sesuai dengan ajaran Islam, khususnya dalam hal pengendalian diri, refleksi diri, dan amalan spiritual. Dalam doa-doa yang dilantunkan, umumnya berisi ayat-ayat Al-Qur'an, zikir, dan salawat. Puasa Suro, termasuk tirakatan, sering dilakukan dengan niat untuk meneladani sunnah Rasulullah saat berpuasa di bulan Muharram. Tradisi malam Suro menunjukkan bahwa tidak ada pertentangan langsung dengan agama, melainkan sebagai jembatan yang menghubungkan budaya dan spiritualitas Islam yang telah lama tertanam dalam masyarakat Jawa.

Dalam pandangan masyarakat Jawa, waktu tidak hanya tentang angka dan detik yang berlalu. Kebanyakan orang percaya bahwa dimensi spiritual bisa membawa keberuntungan atau malapetaka, tergantung pada sikap manusia terhadapnya. Maka, malam Suro dianggap sebagai saat yang penuh dengan kewaspadaan, pengendalian diri, dan semangat untuk memperbaiki kehidupan. Masyarakat Jawa biasanya menghindari aktivitas yang bersifat riuh di malam Suro, seperti menikah, pesta besar, atau pergi jauh. Bukan karena takhayul, melainkan karena malam ini dianggap sebagai waktu yang harus diisi dengan ketulusan dan suasana yang hening. Filosofi Jawa menyatakan bahwa hening adalah pintu gerbang ke kedalaman jiwa, tempat manusia mendengar bisikan Tuhan.

Malam Suro adalah malam yang tidak hanya dipenuhi mitos, melainkan juga memiliki makna yang dalam. Ia menyampaikan bahwa dalam kehidupan, manusia harus menyisihkan waktu untuk beristirahat---agar dapat merenung, menata hati, dan memperbarui langkahnya. Dalam keheningan malam Suro, tersimpan pesan penting tentang identitas kita, asal-usul kita, dan tujuan hidup kita.Tradisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Jawa mampu menyatukan aspek spiritual dan budaya untuk membangun peradaban yang tidak hanya berkembang secara lahiriah, tetapi juga kedalaman batinnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun