Mohon tunggu...
Resti Sari
Resti Sari Mohon Tunggu... Perawat - tie

Penulis amatir, pengkhayal profesional

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prediksi Pilpres 2019: Antara Jokowi dan AHY, Siapa yang Berpeluang Menang?

31 Januari 2018   16:24 Diperbarui: 31 Januari 2018   17:22 1941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada awal tahun 2018, sejumah politisi mulai meraba-raba peta politik di Pemilihan Presiden 2019. Ada yang mengira-ngira berapa jumlah kandidat yang bakal maju. Ada juga yang memprediksi siapa saja nama-nama kandidat itu. Bahkan tak sedikit pula yang meramal siapa yang bakal memenangkan kontestasi.

Namun yang pasti, banyak yang sepakat, pilpres kali ini akan diikuti oleh lebih dua pasang calon. Meski penguasa telah berupaya mengantisipasi hal itu dengan memasang perangkap bernama presidential threshold,guna menjegal langkah para capres alternatif.

Ada dua orang tokoh yang mencoba untuk menerawang Pilpres 2019. Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Baik JK maupun Fahri, sama-sama sepakat pilpres akan diikuti oleh tiga atau empat pasang calon. Namun bedanya, Fahri lebih yakin, bahwa muka-muka lama yang pernah bertarung di pilpres sebelumnya, bakal tumbang oleh tokoh pendatang baru.

Memang, jika melihat syarat ambang batas pencalonan presiden (presidensial threshold)yang diwajibkan 20 persen dari kursi DPR atau 25 persen dari suara sah nasional, munculnya empat atau tiga kandidat di pilpres agak dirasa mustahil.

Lantaran, baik parpol-parpol koalisi maupun oposisi pemerintah, telah menggabungkan diri untuk bersepakat mengusung calon bersama. Seperti Golkar, PPP, Hanura, Nasdem dan PKPI, masing-masing sudah mendeklarasikan untuk mendukung Joko Widodo (Jokowi). Sementara, Gerindra, PKS dan PAN masih malu-malu mengakui akan tetap mengusung Prabowo Subianto guna berlaga untuk ketiga kalinya. Koalisi ketiga parpol ini sudah mulai terlihat dengan kekompakan mereka di sejumlah daerah dalam Pilkada 2018.

Kandidat ketiga bisa muncul dari Demokrat, jika parpol ini bisa mendapa dukungan dari satu atau dua parpol yang belum menentukan pilihan calon, seperti PKB atau PBB. Bukan tidak mungkin juga bila Demokrat bisa menarik parpol lain, selain yang dua itu. Pasalnya, parpol ini masih memiliki daya tarik yang kuat sebagai penantang potensial di pilpres. Ingat, selama mengikuti gelaran, parpol besutan Susilo Bambang Yudhoyono ini tak pernah kalah. Di Pilpres 2004 mereka juara, lalu di 2009 mereka digdaya. Di 2014 PDIP bisa memang, karena mereka tidak ikut serta.

Apalagi kini, mereka memiliki amunisi baru. Setelah bersih-bersih dari hama tikus-tikus berdasi, parpol ini mulai bangkit dengan semangat nasionalis religius. Di bawah komando Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), parpol ini mulai menggeliat. Itu terlihat dari sejumlah survei yang selalu menempatkan putra sulung SBY ini di bawah elektabilitas Jokowi dan Prabowo.

Kemungkinan kandidat keempat bisa berasal dari PDIP, jika parpol berlambang banteng moncong putih ini berpisah nantinya dengan Jokowi. Kabarnya Megawati Soekarnoputri sudah menyiapkan kandidat pengganti jauh-jauh hari, karena khawatir skenario ini benar-benar terjadi. Kandidat itu adalah Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan (BG), mantan ajudan yang kini menjadi orang dekat Megawati.

Namum, kandidat terakhir ini diprediksi sulit untuk menang. Pasalnya ia memiliki banyak kekurangan. Minim prestasi dan pernah dijadikan tersangka oleh KPK terkait dugaan kepemilikan rekening gendut. Untuk jadi kepala Polri saja ia gagal, karena kuatnya penolakan publik, apalagi menjadi presiden. Tentu akan lebih banyak lagi rakyat yang menolaknya.

Jadi, dari keempat kandidat yang mungkin akan maju itu, Jokowi dan AHY lah yang memiliki peluang menang yang terbilang tinggi. Jokowi bisa menang karena ia petahana, sementara AHY mampu unggul lantaran publik ingin pemimpin baru. Lihat saja sepanjang tahun 2017, elektabilitas Jokowi selalu berkutat di bawah angka 40 persen, sedangkan Prabowo tidak pernah tembus 25 persen. Hampir 40 persen rakyat ingin muncul calon alternatif selain kedua muka lama itu. Jika melihat peta kemungkinannya, hanya ada dua kandidat yang berpeluang, AHY dan BG. Tak sulit memprediksi bahwa AHY akan dengan mudah mengungguli elektabilitas BG dalam kontestasi ini.

Jika kita kaitkan dengan prediksi Fahri Hamzah, yang meyakini bakal ada presiden terpilih baru di Pilpres 2019, di luar nama Joko Widodo dan Prabowo Subianto, tokoh yang mempunyai tenaga dan semangat yang kuat untuk memperbaiki kondisi Indonesia ke depan, maka AHY adalah figur yang tepat. Muda, punya karakter yang kuat dan cakap, serta memiliki gagasan besar. Apalagi selama ini ia sudah menjadi teladan kaum muda yang menginspirasi mereka untuk maju dan berkarya. Setiap kali kunjungannya ke daerah, selalu disambut antusias oleh rakyat Indonesia. Bisa jadi, rakyat rindu akan masa-masa kepemimpinan SBY, sehingga berharap suatu saat nanti AHY bisa menjadi pemimpin yang dicintai seperti sang ayah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun