Selain itu, kedua belah pihak menekankan pentingnya pengelolaan informasi dan pemberitaan di media massa.Â
Hal ini diperlukan agar isu insiden tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berpotensi memperkeruh hubungan bilateral Indonesia--Timor Leste.
Koordinasi di Lapangan
Perwakilan KBRI Dili di Oecusse telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi kejadian. Mereka bertemu dengan sejumlah pihak terkait, termasuk aparat lokal dan masyarakat yang menjadi saksi mata.Â
Tidak hanya itu, melalui Atase Kepolisian dan Atase Pertahanan, KBRI Dili terus menjalin koordinasi intensif dengan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) dan Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur.
Langkah ini ditempuh guna memastikan bahwa proses penyelidikan berjalan transparan dan menyeluruh. Koordinasi erat antara otoritas Indonesia dan Timor Leste juga diharapkan dapat menjaga stabilitas keamanan di wilayah perbatasan yang kerap menjadi titik rawan gesekan.
Pentingnya Diplomasi Perbatasan
Insiden tertembaknya WNI di wilayah perbatasan NTT mengingatkan kembali pentingnya diplomasi perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste.Â
Meski kedua negara telah menjalin hubungan baik, namun penyelesaian sejumlah titik batas wilayah masih menyisakan persoalan teknis di lapangan.
Pengelolaan batas negara tidak hanya menyangkut aspek teritorial, tetapi juga menyentuh langsung kehidupan masyarakat setempat yang bergantung pada lahan pertanian maupun akses ekonomi di sekitar garis perbatasan.Â
Oleh karena itu, komunikasi yang intensif dan mekanisme kerja sama yang jelas sangat diperlukan agar potensi konflik dapat ditekan seminimal mungkin.
Kemlu RI menegaskan bahwa pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melindungi setiap WNI, khususnya mereka yang tinggal di wilayah rawan konflik.Â
Dalam konteks ini, insiden yang menimpa Paulus Oki menjadi pengingat bahwa koordinasi dan keterlibatan masyarakat setempat dalam proses diplomasi batas negara mutlak diperlukan.