Mohon tunggu...
Renza Agastha Merdeka
Renza Agastha Merdeka Mohon Tunggu... Saya merupakan lulusan Pendidikan Administrasi Perkantoran.

lulusan S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran dengan minat pada administrasi, kepenulisan, teknologi digital, pemerintahan, politik, kebijakan publik, dan pengembangan masyarakat. Saya menaruh perhatian pada perkembangan teknologi digital, data, serta isu sosial yang relevan dengan pembangunan. Prinsip saya sederhana: bekerja dengan tanggung jawab, menjunjung integritas, dan menghadirkan kebermanfaatan, sembari terus belajar dan berkembang menghadapi tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalah Bukan Tutup Layar: Membangun Kepemimpinan Sejati dengan Kontribusi

8 September 2025   20:12 Diperbarui: 8 September 2025   20:30 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Debat Pemilihan (Sumber: Desain Pribadi dengan Canva)

Dalam kehidupan bermasyarakat, kontestasi posisi atau peran kepemimpinan adalah hal yang wajar. Di berbagai komunitas, organisasi, atau kelompok sosial, sering ada proses seleksi atau pemilihan yang melibatkan lebih dari satu calon. Hasil akhirnya tidak selalu sesuai dengan harapan semua pihak - ada yang terpilih, ada pula yang harus menerima kenyataan belum mendapatkan kesempatan.

Namun, kekalahan seharusnya tidak dipandang sebagai akhir dari perjalanan. Justru di situlah ujian kedewasaan dan kesempatan untuk membuktikan konsistensi komitmen terhadap lingkungan sekitar.

Dinamika Kontestasi Sosial

Setiap proses kompetisi dalam kelompok masyarakat biasanya dipengaruhi beberapa faktor:

  • Pengalaman dan rekam jejak yang menjadi pertimbangan utama.

  • Relasi dan jaringan sosial yang turut menentukan dukungan.

  • Budaya patronase atau "orang dalam" yang kadang menimbulkan kesan kurang adil.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kontestasi bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga tentang bagaimana seseorang membangun citra diri, jejaring, dan kepercayaan dari komunitasnya.

Pentingnya Sikap Legowo

Dalam filosofi Jawa dikenal istilah legowo lapang dada menerima hasil apapun dengan ikhlas. Sikap ini tidak berarti menyerah, melainkan menerima kenyataan sambil tetap membuka ruang untuk refleksi dan peningkatan diri. Dengan legowo, energi kekecewaan bisa diubah menjadi energi produktif untuk kontribusi lain yang lebih nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun